Mohon tunggu...
Rizky Samudra
Rizky Samudra Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Renang,Musik,Drakor,Membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Propaganda Politik di Korea Utara: Menciptakan Narasi Negara Totaliter

26 Desember 2024   14:30 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:30 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korea Utara, dengan sistem politik yang totaliter, telah lama dikenal karena penggunaan propaganda sebagai alat utama untuk mempertahankan kekuasaan rezim. Di bawah kepemimpinan keluarga Kim, negara ini membangun narasi yang menekankan kemandirian nasional, loyalitas mutlak kepada pemimpin, dan ancaman konstan dari musuh eksternal. Propaganda tidak hanya menjadi instrumen komunikasi, tetapi juga fondasi ideologi yang mengikat masyarakat Korea Utara dalam kendali negara.

Propaganda Sebagai Alat Politik

Propaganda di Korea Utara memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan legitimasi rezim. Sistem politik Korea Utara berakar pada ideologi Juche, yang menekankan kemandirian dalam politik, ekonomi, dan militer. Ideologi ini diperkenalkan oleh Kim Il-sung, pendiri negara, dan terus diwariskan kepada penerusnya, Kim Jong-il dan Kim Jong-un.

Rezim menggunakan propaganda untuk membangun citra pemimpin sebagai figur paternalistik yang tak tergantikan. Kim Il-sung digambarkan sebagai "Bapak Bangsa" yang membebaskan Korea dari penjajahan Jepang, sementara Kim Jong-il dan Kim Jong-un dipuji sebagai penerus yang membawa kejayaan bagi negara. Media, pendidikan, seni, dan budaya diarahkan untuk memuliakan keluarga Kim, menciptakan kultus individu yang mengakar kuat.

Media yang Dikontrol Negara

Di Korea Utara, semua saluran media berada di bawah kendali ketat pemerintah. Televisi, radio, surat kabar, dan internet digunakan untuk menyebarkan propaganda yang mendukung narasi negara. Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) menjadi sumber informasi utama, menyampaikan berita yang diseleksi dan disesuaikan dengan kepentingan rezim.

Media sering kali menggambarkan Korea Utara sebagai negara yang mandiri dan kuat, meskipun menghadapi "ancaman" dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Narasi ini digunakan untuk membenarkan kebijakan militeristik, termasuk program nuklir, sebagai langkah pertahanan terhadap agresi asing.

Propaganda dalam Pendidikan

Sistem pendidikan di Korea Utara dirancang untuk menanamkan loyalitas kepada pemimpin sejak usia dini. Kurikulum sekolah mengajarkan sejarah yang dimanipulasi, di mana keluarga Kim dipuji sebagai pahlawan yang menyelamatkan negara. Lagu, puisi, dan cerita yang memuliakan pemimpin diajarkan di sekolah, menciptakan budaya penghormatan yang mendalam terhadap rezim.

Anak-anak diajarkan untuk percaya bahwa mereka hidup di negara terbaik di dunia, sementara negara lain dianggap korup, berbahaya, dan bermusuhan. Pendidikan ini bertujuan untuk menghilangkan kritik internal dan membangun kesetiaan tanpa syarat.

Seni dan Budaya sebagai Propaganda

Seni dan budaya juga digunakan sebagai alat propaganda. Film, drama, dan pertunjukan teater sering kali mengangkat tema heroisme keluarga Kim, perjuangan melawan imperialisme, dan kesuksesan Korea Utara sebagai negara yang mandiri. Festival-festival besar, seperti Arirang Mass Games, menampilkan ribuan orang dalam koreografi yang sangat terorganisir, mencerminkan harmoni dan kesatuan di bawah kepemimpinan Kim Jong-un.

Seni di Korea Utara tidak hanya menjadi ekspresi budaya, tetapi juga alat untuk memperkuat ideologi negara. Semua karya seni harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah, memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan sejalan dengan tujuan politik rezim.

Narasi Musuh Eksternal

Propaganda Korea Utara juga sering kali berfokus pada ancaman dari musuh eksternal, terutama Amerika Serikat dan Korea Selatan. Narasi ini digunakan untuk membangun solidaritas internal dan membenarkan kebijakan-kebijakan otoritarian, termasuk pengawasan ketat terhadap masyarakat dan alokasi sumber daya yang besar untuk militer.

Ancaman dari luar digambarkan sebagai alasan utama mengapa rakyat Korea Utara harus tetap bersatu di bawah kepemimpinan Kim. Dengan menciptakan musuh bersama, rezim mampu mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah internal, seperti kelangkaan pangan dan ketidaksetaraan ekonomi.

Efektivitas Propaganda

Propaganda di Korea Utara berhasil menciptakan masyarakat yang relatif homogen dalam pandangan politik. Namun, efektivitasnya mulai diuji oleh meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi luar melalui pasar gelap dan teknologi modern seperti USB, DVD, dan ponsel. Informasi dari luar negeri, terutama dari Korea Selatan, membuka mata sebagian warga terhadap realitas di luar propaganda negara.

Meskipun demikian, kontrol ketat dan ancaman hukuman berat bagi mereka yang menyebarkan atau mengakses informasi asing masih menjadi penghalang utama bagi perubahan signifikan dalam kesadaran masyarakat Korea Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun