Korea Utara, dengan sistem politik yang totaliter, telah lama dikenal karena penggunaan propaganda sebagai alat utama untuk mempertahankan kekuasaan rezim. Di bawah kepemimpinan keluarga Kim, negara ini membangun narasi yang menekankan kemandirian nasional, loyalitas mutlak kepada pemimpin, dan ancaman konstan dari musuh eksternal. Propaganda tidak hanya menjadi instrumen komunikasi, tetapi juga fondasi ideologi yang mengikat masyarakat Korea Utara dalam kendali negara.
Propaganda Sebagai Alat Politik
Propaganda di Korea Utara memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan legitimasi rezim. Sistem politik Korea Utara berakar pada ideologi Juche, yang menekankan kemandirian dalam politik, ekonomi, dan militer. Ideologi ini diperkenalkan oleh Kim Il-sung, pendiri negara, dan terus diwariskan kepada penerusnya, Kim Jong-il dan Kim Jong-un.
Rezim menggunakan propaganda untuk membangun citra pemimpin sebagai figur paternalistik yang tak tergantikan. Kim Il-sung digambarkan sebagai "Bapak Bangsa" yang membebaskan Korea dari penjajahan Jepang, sementara Kim Jong-il dan Kim Jong-un dipuji sebagai penerus yang membawa kejayaan bagi negara. Media, pendidikan, seni, dan budaya diarahkan untuk memuliakan keluarga Kim, menciptakan kultus individu yang mengakar kuat.
Media yang Dikontrol Negara
Di Korea Utara, semua saluran media berada di bawah kendali ketat pemerintah. Televisi, radio, surat kabar, dan internet digunakan untuk menyebarkan propaganda yang mendukung narasi negara. Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) menjadi sumber informasi utama, menyampaikan berita yang diseleksi dan disesuaikan dengan kepentingan rezim.
Media sering kali menggambarkan Korea Utara sebagai negara yang mandiri dan kuat, meskipun menghadapi "ancaman" dari Amerika Serikat dan Korea Selatan. Narasi ini digunakan untuk membenarkan kebijakan militeristik, termasuk program nuklir, sebagai langkah pertahanan terhadap agresi asing.
Propaganda dalam Pendidikan
Sistem pendidikan di Korea Utara dirancang untuk menanamkan loyalitas kepada pemimpin sejak usia dini. Kurikulum sekolah mengajarkan sejarah yang dimanipulasi, di mana keluarga Kim dipuji sebagai pahlawan yang menyelamatkan negara. Lagu, puisi, dan cerita yang memuliakan pemimpin diajarkan di sekolah, menciptakan budaya penghormatan yang mendalam terhadap rezim.
Anak-anak diajarkan untuk percaya bahwa mereka hidup di negara terbaik di dunia, sementara negara lain dianggap korup, berbahaya, dan bermusuhan. Pendidikan ini bertujuan untuk menghilangkan kritik internal dan membangun kesetiaan tanpa syarat.