Mohon tunggu...
Rizky Satrio Rahardjo
Rizky Satrio Rahardjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 21107030101

Yaaa Gituu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bukan Manusia, 6 Hewan Ini yang Pertama Kali Jadi Astronot

6 Juni 2022   20:48 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:53 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1969 tepatnya pada bulan Juli merupakan hari yang bersejarah bagi manusia khususnya Amerika Serikat. NASA badan antariksa Amerika Serikat telah berhasil mengirimkan manusia pertama yang mendarat ke bulan.

Yap benar sekali, orang tersebut bernama Neil Armstrong, Michael Collins dan ‘Buzz’ Aldrin. Mereka dikirim dalam misi Apollo 11. Apollo 11 sendiri merupakan misi yang didedikasikan dari yang diucapkan Presiden Amerika, John F. Kennedy.

"mendaratkan manusia di Bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke Bumi". Presiden Amerika, John F. Kennedy.

Eitss, ternyata sebelum Neil Armstrong dan timnya dikirimkan ke bulan oleh NASA dalam misi Apollo 11, ternyata ilmuwan sebelum telah mengirim hewan untuk dapat mengetahui cara meluncurkan dan mendaratkan makhluk hidup dengan aman dan memahami efek penerbangan luar angkasa pada tubuh manusia.

Untuk itu ilmuwan memilih hewan yang memiliki genetik yang mirip dengan manusia agar ilmuwan dengan gampang mempelejarinya.

Keenam hewan tersebut ialah;

  • Lalat buah

Hewan pertama adalah lalat buah. Lalat buah ini dikirim pertama kalinya dalam sejarah makhluk hidup pada tahun 1947.

Kenapa harus lalat buah? Yaa karena pada waktu ilmuwan sedang mencari tahu bagaimana dampak ketinggian yang ditimbulkan akibat radiasi kosmik pada astronot. Para ilmuwan memilih lalat buah karena memiliki kemiripan genetik dengan manusia.

Setelah dikirm sejauh 109 km dari bumi, akhirnya lalat buah tersebut kembali mendarat ke bumi dalam keaadan hidup dan tanpa adanya efek radiasi.

  • Monyet dan kera

Ada sekitar 32 monyet dan kera yang telah dikirim ke luar angkasa, di antaranya monyet rhesus, monyet ekor babi, monyet cynomolgus, monyet ekor tupai, dan simpanse.

Monyet yang pertama bernama Albert I. Albert I akan dikirimkan untuk perjalanan luar angkasa. Namun, Albert I sudah mati saat sebelum meninggalkan bumi karena kapsul yang dipakai terlalu sempit.

Setahun kemudian monyet dengan nama Albert II sukses meluncur ke ruang angkasa sejauh 134 km. Namun naas, Albert II meninggal saat perjalanan ke bumi karena kerusakan pada parasut miliknya.

  •  Anjing

Hewan selanjutnya adalah anjing. Anjing ini bernama Laika. Laika merupakan anjing jalanan yang dipungut oleh ilmuwan Uni Soviet yang ditugaskan untuk misi mengorbit bumi pda tahun 1957.

Dalam perjalanannya mengorbit bumi, Laika hanya diberi bekal satu kali makan dan diberi persediaan oksigen untuk tujuh hari.

Ilmuwan memperkirakan Laika mampu bertahan selama tujuh hari, tapi faktanya Laika hanya mampu bertahan lima jam setelah penerbangan karena kepanasan.

  • Kura-kura

Pada tahun 1968, Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa Zond 5 dengan kapsul yang membawa sampel tanah dan biji-bijian, beberapa cacing dan dua kura-kura stepa. Zond 5 adalah misi pertama yang berhasil mengorbit bulan dan kemudian kembali ke Bumi dengan selamat.

  • Kucing

Ada pula kucing yang bernama Félicette yang diluncurkan oleh Prancis pada 18 Oktober 1963. Saat itu ilmuwan menanamkan elektroda ke kepala kucing tersebut untuk mengetahui kondisinya dalam lima menit.

Dia sempat mencapai ketinggian 160,394 km dan mendarat dengan selamat di bumi. Namun, kucing tersebut mati dua bulan kemudian.

  • Katak

Nasa meluncurkan pesawat ruang angkasa Orbiting Frog Olotith yang berisi dua ekor katak. Hal itu terjadi pada tahun 1970. Pengiriman dua ekor katak tersebut ditujukan untuk mengetahui mekanisme keseimbangan telinga bagian dalam katak dan menyelidiki efek perjalanan ruang angkasa pada mabuk perjalanan.

Misi tersebut berhasil menemukan bahwa katak akan mengalami aklimatisasi setelah enam hari dan sistem vestibularnya kembali normal.

Sebenernya masih banyak lagi hewan yang ditugaskan menjadi astronot guna mengembangkan teknologi sains tentang efek perjalanan ruang angkasa.

Ilmuwan pada saat itu memilih hewan-hewan tersebut bukan tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Mereka memilih hewan-hewan tersebut karena memiliki genetic tang mirip dengan manusia dan berkat hewan-hewan tersebut perkembangan teknologi tentang perjalanan ruang angkasa semakin maju.

Hewan saja bisa berguna demi kemajuan perkembangan sains masa kamu enggak bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun