Mohon tunggu...
Rizky Rachmat
Rizky Rachmat Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Seorang digital marketer sambil kegiatan sosial kemanusiaan, baca fiksi dan foto-foto

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaza dan Air Bersih bagai Pungguk Merindukan Bulan

23 Oktober 2024   16:33 Diperbarui: 24 Oktober 2024   16:16 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan jika setiap tegukan air yang Anda minum adalah ancaman bagi kesehatan Anda. Di Gaza, ini bukan sekadar khayalan. Setiap tetesan air yang mereka konsumsi bisa membawa penyakit, bahkan kematian.

 Krisis air bersih di wilayah konflik ini bukan lagi soal kekurangan, tapi soal hidup dan mati. Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Di sini ini kita akan mengungkap kenyataan yang terjadi di Gaza dan bagaimana kita bisa berkontribusi untuk mengubah nasib mereka, satu tetes air sekaligus.

Fakta Mengerikan Air Bersih di Gaza

Jalur Gaza menghadapi krisis air akut dengan satu-satunya sumber air tawar, akuifer pesisir, mengalami pencemaran berat. Lebih dari 90% air dari akuifer ini tidak layak minum akibat tercemar air laut, limbah, dan limpasan pertanian. Tingkat ekstraksi air mencapai 160 juta meter kubik per tahun, jauh di atas batas aman yang direkomendasikan, yaitu 55 juta meter kubik. 

Over-ekstraksi ini menyebabkan air laut merembes ke dalam akuifer, memperparah pencemaran, sehingga warga Gaza tidak punya pilihan selain menggunakan air yang tercemar.

Kerusakan infrastruktur air akibat pengeboman Israel semakin memperburuk krisis ini. Sebelum 2006, 97% rumah tangga di Gaza memiliki akses ke air tawar, namun serangan yang terus-menerus merusak tiga dari lima pabrik pengolahan air, menyebabkan pembuangan 3,5 juta kaki kubik limbah mentah ke Laut Mediterania setiap hari. Warga Gaza kini harus menempuh jarak jauh atau membeli air kemasan mahal yang diselundupkan dari Mesir, sementara Israel menguasai 80% dari sumber air Gaza.

Proyek desalinasi yang diusulkan pada 2012 gagal karena konflik, memperpanjang krisis air. Dengan tidak adanya akses terhadap bahan baku untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, serta blokade yang membatasi upaya perbaikan, Gaza semakin terancam menjadi tidak layak huni dalam waktu dekat jika krisis air ini tidak segera diatasi. (https://blog.npc.id/krisis-air-di-gaza/)

Dampak Nyata Krisisi Air Bersih

Krisis air bersih di Gaza membawa dampak yang serius, terutama pada kesehatan. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Penyakit-penyakit seperti diare dan infeksi kulit, yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi, meningkat tajam di Gaza. Setiap harinya, ribuan anak-anak berisiko terkena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan akses ke air bersih.

Selain dampak kesehatan, krisis air juga memengaruhi pendidikan. Ketika anak-anak sering sakit, mereka tidak bisa bersekolah secara teratur. Selain itu, ketersediaan air di sekolah-sekolah seringkali tidak mencukupi, sehingga fasilitas sanitasi menjadi tidak memadai. Ini membuat sekolah menjadi tempat yang tidak sehat dan tidak aman bagi para siswa.

Dampak lebih jauh dari krisis ini juga dirasakan pada sektor ekonomi. Ketika keluarga menghabiskan banyak uang hanya untuk air, mereka tidak punya cukup untuk kebutuhan lain seperti makanan dan pendidikan. Hal ini semakin memperparah siklus kemiskinan yang ada di Gaza.

Konflik Yang Memperburuk Keadaan

Krisis air di Gaza tidak bisa dipisahkan dari konflik yang berkepanjangan. Infrastruktur air di Gaza rusak parah akibat serangan udara dan operasi militer yang berulang. Setiap kali ada serangan, fasilitas air seperti pipa, pompa, dan instalasi pengolahan air ikut hancur. Perbaikan seringkali sulit dilakukan karena blokade yang membatasi masuknya bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

Selain itu, konflik juga menyebabkan ketidakstabilan yang membuat sulit untuk menjalankan proyek-proyek jangka panjang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah air. Setiap kali ada ketegangan militer, bantuan kemanusiaan pun terhenti. Krisis ini pun semakin sulit diatasi.

Upaya Penanggulangan Pihak Internasional

Beberapa organisasi kemanusiaan, baik internasional maupun lokal, telah berupaya untuk mengurangi dampak krisis air di Gaza. Salah satu solusi jangka pendek yang diterapkan adalah penyediaan air melalui tangki-tangki air portabel yang dibawa ke kamp-kamp pengungsi dan komunitas yang paling terdampak. Selain itu, ada pula proyek-proyek desalinasi, di mana air laut diubah menjadi air tawar yang layak diminum. Namun, upaya ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.

Beberapa inisiatif lain melibatkan pembangunan sumur air dan rehabilitasi instalasi pengolahan air yang sudah ada. Namun, tantangan besar yang dihadapi adalah ketiadaan bahan-bahan bangunan dan peralatan yang dibutuhkan untuk memperbaiki infrastruktur air secara lebih permanen. Blokade yang diberlakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik memperburuk situasi ini (OCHA, 2022).

Gotong Royong Mengalirkan Air ke Gaza

Sebagai warga dunia, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu mereka yang hidup di tengah krisis. Krisis air di Gaza tidak hanya memerlukan solusi dari pemerintah dan organisasi besar, tetapi juga dari individu yang peduli dan mau beraksi.

Laznas Dewan Dakwah sebagai salah satu lembaga amil zakat nasional tak henti-henti terlibat mendukung dan memberikan bantuan kepada warga Gaza. Salah satu bantuan yang terlah disalurkan beberapa kali adalah air bersih melalui mobil-mobil tanki air yang dibawa ke Gaza dan dibagikan kepada warga Gaza yang membutuhkan air bersih.

Source: laznasdewandakwah.or.id
Source: laznasdewandakwah.or.id

Sampai hari ini telah dilakukan 3 kali penyaluran air bersih kepada masyarakat Gaza. Air yang dialirkan adalah himpunan infaq dan sedekah dari masyarakat Indonesia yang dikumpulkan oleh Laznas Dewan Dakwah. Selain air bersih, bantuan pangan pun juga Laznas Dewan Dakwah kirimkan termasuk hewan kurban masyarakat Indonesia di hari raya Idul Adha kemarin.

Harapannya, kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Gaza melalui Laznas Dewan Dakwah maupun lembaga sosial lainnya tidak pernah padam. Sehingga dukungan yang datang ke Gaza tiada henti untuk mendukung kemerdekaan rakyat Palestina dari penjajagan yang mereka terima selama ini. 

Bantuan apapun sangat diperlukan sebagai bahan bakar rakyat Gaza meneruskan perjuangannya. Kepedulian kita juga sebagai bentuk keberpihakan kita kepada pihak yang benar sesungguhnya dan juga sebagai saksi kita di hadapan Allah SWT nanti.


Kesimpulan: Air adalah Kehidupan, Mari Kita Berbagi Kehidupan

Selain konflik yang belum diketahui kapan akhirnya, krisis air di Gaza juga menjadi tantangan terbesar yang harus segera diatasi. Perlu lebih banyak usaha dan pihak yang terlibat untuk memastikan air tetap mengaliri kehidupan di Gaza. 

Saat air itu berhenti, bisa jadi makin banyak nyawa yang melayang akibat kelaparan dan kekeringan yang terjadi. Karena itulah jangan berhenti untuk membantu Palestina dengan apapun yang kita miliki bahkan jika itu hanya sekedar menyebarkan berita terkait Palestina kepada kerabat kita. Lantangkan terus perjuangan palestina dan usaha-usaha menuju Palestina merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun