Mikrosefali dapat didiagnosis selama kehamilan melalui ultrasonografi. Biasanya, dokter mendeteksi ukuran kepala janin yang lebih kecil dari rata-rata pada trimester kedua atau ketiga. Setelah bayi lahir, dokter akan mengukur lingkar kepala bayi dan membandingkannya dengan standar pertumbuhan normal.
Jika ditemukan tanda-tanda mikrosefali, dokter mungkin akan melakukan tes pencitraan seperti MRI atau CT Scan untuk mengevaluasi perkembangan otak lebih lanjut. Tes genetik juga mungkin dilakukan untuk mengetahui apakah ada mutasi genetik yang dapat menyebabkan mikrosefali.
Pengobatan dan Penanganan Mikrosefali
Sayangnya, tidak ada obat untuk menyembuhkan mikrosefali atau memperbaiki ukuran kepala bayi menjadi normal. Namun, ada berbagai terapi yang dapat membantu anak-anak dengan mikrosefali untuk meningkatkan kualitas hidup mereka:
- Terapi Fisik: Terapi ini bertujuan untuk membantu anak mengembangkan keterampilan motorik yang lebih baik.
- Terapi Wicara: Karena banyak anak dengan mikrosefali mengalami keterlambatan bicara, terapi ini membantu meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
- Obat untuk Mengontrol Kejang: Jika anak mengalami kejang, dokter akan meresepkan obat untuk mengendalikan gejala tersebut.
- Program Pendidikan Khusus: Anak-anak dengan mikrosefali sering membutuhkan program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka, terutama dalam aspek kognitif dan sosial.
Dengan intervensi yang tepat dan dukungan yang kuat, banyak anak dengan mikrosefali dapat menjalani hidup yang relatif baik, meskipun mereka tetap akan menghadapi beberapa keterbatasan.
Tantangan Hidup dengan Mikrosefali
Hidup dengan mikrosefali membawa tantangan signifikan, tidak hanya bagi anak tetapi juga bagi keluarga. Anak-anak dengan kondisi ini sering memerlukan perawatan khusus dan dukungan medis seumur hidup. Keluarga harus siap menghadapi tantangan fisik, mental, dan finansial yang datang seiring dengan kondisi ini.
Dukungan sosial dan emosional sangat penting bagi keluarga yang memiliki anak dengan mikrosefali. Komunitas dukungan dan sumber daya medis dapat sangat membantu dalam membantu keluarga mengatasi stres dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Contohnya adalah seorang anak usia 3 tahun Bernama Habibi. Sejak lahir, ia mengalami kelainan di kepalanya dan didiagnosa terkena Mikrosefali, yakni kondisi ukuran kepala lebih kecil dari yang semestinya. Usia Habibi sudah beranjak 3 tahun, namun pertumbuhannya sangat lambat akibat penyakitnya yang menyebabkan bayi yang sedang bertumbuh itu sering muntah-muntah, tak pernah lelap dan terbangun di malam hari.
Di usia dininya, Habibi bukan hanya tak bisa tumbuh seperti anak-anak lain seusianya, ia juga harus menjadi pasien tetap Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) untuk mengontrol kesehatannya. Di tengah pengobatannya, balita tersebut juga harus sabar jika orangtuanya tak bisa menebus obat-obat yang menunjang kesehatannya. Keterbatasan dana kedua orangtuanya telah membuat pengobatan Habibi terganggu karena tak bisa menebus resep dokter juga membuat kakaknya Habibi menunggak uang sekolah selama 6 bulan lamanya.