Mohon tunggu...
Rizky Rafiky Prasetya
Rizky Rafiky Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa aktif universitas Pamulang yang saat ini sedang menjalani kuliah pada semester 7 di program studi Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Horor

Apresiasi prosa

5 Januari 2025   01:20 Diperbarui: 5 Januari 2025   01:23 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. MAKNA PROSA "FRANKENSTEIN"

Karya "Frankenstein" oleh Mary Shelley tidak hanya sekadar cerita horor, tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang kemanusiaan, ambisi, dan konsekuensi dari tindakan kita. Novel ini menggambarkan perjalanan Victor Frankenstein, seorang ilmuwan yang terobsesi dengan penciptaan kehidupan, dan monster yang ia ciptakan, yang terjebak dalam kesepian dan penolakan. Beberapa makna penting dari "Frankenstein" meliputi:

1. Pencarian Identitas: Monster yang diciptakan Victor berjuang untuk menemukan tempatnya di dunia, mencerminkan bagaimana individu dapat merasa terasing ketika tidak diterima oleh masyarakat.

2. Konsekuensi dari Ambisi: Ambisi Victor untuk menaklukkan kematian dan menciptakan kehidupan baru membawa bencana bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa pencarian pengetahuan tanpa batasan etika dapat berakibat fatal.

3. Kesepian dan Penolakan: Monster, meskipun diciptakan dengan niat baik, mengalami penolakan dari penciptanya dan masyarakat. Ini menggambarkan dampak emosional dari kesepian dan kebutuhan akan kasih sayang.

4. Tanggung Jawab Pencipta: Novel ini menyoroti tanggung jawab moral yang dimiliki oleh pencipta terhadap ciptaannya. Victor mengabaikan monster setelah menciptakannya, yang mengarah pada kehancuran.

B. UNSUR INTRINSIK "FRANKENSTEIN"

•Tema

Tema utama "Frankenstein" adalah eksplorasi ambisi manusia dalam ilmu pengetahuan dan dampaknya terhadap kehidupan. Novel ini mempertanyakan batasan etika dalam sains dan bagaimana pencarian pengetahuan dapat mengubah sifat manusia.

•Pemilihan Kata (Diksi)

Mary Shelley menggunakan diksi yang kaya dan deskriptif untuk membangun suasana gelap dan mencekam. Kata-kata yang dipilihnya menciptakan gambaran visual yang kuat tentang lingkungan, karakter, dan emosi, sehingga pembaca dapat merasakan ketegangan dan tragedi yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

•Rasa

Rasa dalam novel ini mencerminkan ketegangan antara harapan dan kekecewaan. Emosi karakter seperti ketakutan, kesedihan, dan kemarahan sangat kuat, terutama dalam interaksi antara Victor dan monster. Rasa ini juga mencerminkan ketidakberdayaan monster yang mencari cinta namun selalu ditolak.

-Nada dan Suasana

Nada novel ini cenderung gelap, serius, dan penuh ketegangan. Suasana yang dibangun Shelley sering kali mencekam, dengan latar belakang alam yang dramatis—gunung bersalju, malam yang kelam—yang memperkuat tema isolasi dan kesedihan.

•Majas

Shelley menggunakan berbagai majas untuk memperkaya narasi. Misalnya:

- Metafora: Monster sebagai simbol dari ketakutan akan yang tidak dikenal.

- Hiperbola: Untuk menekankan emosi karakter, seperti rasa sakit Victor ketika kehilangan orang-orang terkasih.

- Personifikasi: Alam sering digambarkan seolah-olah memiliki perasaan atau reaksi terhadap peristiwa yang terjadi.

•Amanat

Amanat dari "Frankenstein" adalah pentingnya tanggung jawab dalam ilmu pengetahuan serta bahaya dari ambisi yang tidak terkontrol. Beberapa poin amanat yang bisa diambil adalah:

- Manusia harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, terutama dalam hal penciptaan. 

- Pentingnya empati dan penerimaan terhadap orang lain. 

- Bahwa pencarian pengetahuan harus disertai dengan pertimbangan moral.

C. UNSUR EKSTRINSIK

Biografi Pengarang

Mary Shelley lahir pada 30 Agustus 1797 di London sebagai anak seorang penulis terkenal, William Godwin, dan seorang feminis awal, Mary Wollstonecraft. Karya "Frankenstein" ditulis pada tahun 1816 ketika Shelley berlibur di Swiss bersama suaminya, Percy Bysshe Shelley, dan Lord Byron. Dalam suasana diskusi tentang sains dan filsafat, ide untuk novel ini muncul sebagai respons terhadap tantangan untuk menulis cerita horor. Hubungan Karya Sastra dengan Kondisi Sosial Masyarakat "Frankenstein" ditulis pada masa Revolusi Industri di Eropa, ketika kemajuan ilmiah sangat pesat namun sering kali tidak disertai dengan pertimbangan etis. Masyarakat saat itu menghadapi perubahan besar dalam cara hidup akibat perkembangan teknologi. Novel ini mencerminkan kekhawatiran akan dampak negatif dari kemajuan tersebut serta konflik antara sains dan moralitas.

Karya ini juga menjadi kritik terhadap kondisi sosial saat itu—ketidakadilan sosial, eksploitasi manusia oleh teknologi—yang terlihat melalui nasib monster yang diciptakan Victor Frankenstein. Monster tersebut menjadi simbol dari individu-individu terpinggirkan dalam masyarakat industri yang tidak mendapatkan tempat atau pengakuan.

Kesimpulan

"Frankenstein" karya Mary Shelley adalah sebuah karya sastra klasik yang mengajak pembaca untuk merenungkan isu-isu mendalam tentang kemanusiaan, tanggung jawab moral dalam sains, serta pencarian identitas di tengah penolakan sosial. Melalui narasi yang kuat dan karakter-karakter kompleksnya, novel ini tetap relevan hingga saat ini sebagai peringatan akan bahaya dari ambisi tanpa batas serta pentingnya empati dalam hubungan antarmanusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun