1. Pertumbuhan dan Potensi Manusia.
Aristotle percaya bahwa setiap individu memiliki potensi bawaan yang unik, yang jika dikembangkan dengan benar, dapat membawa kepada kebahagiaan. Ia mengajarkan bahwa manusia secara alami berkeinginan untuk mengetahui dan memiliki potensi untuk berkembang melalui pendidikan dan latihan.
2. Perbedaan Antara Potensi dan Aktualisasi.
Aristotle membedakan antara potensi (dunamis) dan aktualisasi (energeia atau entelecheia). Ini sangat relevan dengan konsep 'growth mindset', di mana kemampuan dilihat sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan dan diperluas melalui upaya dan pembelajaran.
3. Kebajikan sebagai Hasil Pembiasaan.
Kebajikan (arete) bukanlah sesuatu yang warisan atau terlahir dengan, melainkan hasil dari pembiasaan (ethos). Ini mencerminkan prinsip 'growth mindset' di mana sikap dan kemampuan untuk berkembang dianggap sebagai hasil dari praktik dan pengalaman yang terus-menerus.
4. Logika dan Pembelajaran Sebagai Dasar Kemajuan.
Dalam bidang logika, Aristotle dianggap sebagai pendiri, menunjukkan bahwa pemahaman yang benar dan berpikir logis adalah fundamental. Ia menekankan pentingnya proses pembelajaran daripada hasil akhir.
5. Tujuan yang Berorientasi pada Proses.
Menurut Aristotle, kebahagiaan (eudaimonia) adalah hasil dari kehidupan yang dijalani secara virtuous, bukan sekadar pencapaian tujuan jangka pendek. Ia menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang fokus pada proses pembelajaran dan pertumbuhan, bukan hanya pada hasil akhir.
6. Kesabaran dan Ketekunan.
Aristotle mengakui bahwa kebajikan membutuhkan latihan dan ketekunan. Mengembangkan growth mindset bukanlah perubahan yang terjadi dalam semalam. Ia menekankan pentingnya berlatih kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi tantangan.
7. Nilai Pengetahuan dan Pembelajaran.
Aristotle sangat menekankan pada nilai pengetahuan dan pembelajaran. Ia mendorong individu untuk mencari peluang untuk meningkatkan pengetahuan, baik melalui pendidikan formal, membaca, maupun pengalaman praktis.
8. Kebahagiaan sebagai Aktivitas Manusia.
Aristoteles menggagas bahwa kebahagiaan merupakan aktivitas manusiawi. Logika kecil ini menandai kebenaran yang sehari-hari, bahwa kodrat manusia adalah beraktivitas. Kebahagiaan terwujud pada saat seseorang memberikan kasih secara tulus terhadap sesamanya, sehingga kebahagiaan yang diberikan menjadi berkat bagi seluruh aktivitas yang dijalani.
9. Kebahagiaan dalam Konteks Sosial.
Aristoteles juga mengakui pentingnya komunitas dalam pertumbuhan individu. Menurutnya, manusia adalah makhluk sosial yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Komunitas tidak hanya menyediakan konteks untuk praktik kebajikan, tetapi juga memperkuat identitas dan nilai-nilai individu.
DAFTAR PUSTAKA