Mohon tunggu...
RIZKY PASGARA
RIZKY PASGARA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teknologi, Seni, Musik

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Keamanan dan Kenyamanan Mulai Terasa Hilang di Kota Sendiri, Begini Keluhan Warga Kota Bandung

10 Februari 2023   04:17 Diperbarui: 10 Februari 2023   04:30 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Sabari (55 tahun). Dokpri

Idealnya sebuah kota adalah dimana warganya merasa nyaman, aman, serta damai ketika hidup di dalamnya. Sehingga indeks bahagia masyarakat juga meningkat. Masyarakat menjadi tenang melakukan segala aktivitasnya, alhasil masyarakat bisa lebih produktif. Kondisi ini bisa tercipta ketika tempat tinggal yang ditempati oleh masyarakatnya memberikan kenyamanan dan keamanan. Sama halnya seperti menjaga rumah sendiri, sapu teras yang kotor, pasang pagar agar terjaga dari maling, itu semua semata-mata karena kita ingin tinggal hidup nyaman di rumah.

Kota Bandung telah menjadi rumah bagi 2.527.854 jiwa yang terdiri atas 1.267.661 jiwa penduduk laki-laki dan 1.260.193 jiwa penduduk perempuan menurut sensus penduduk pada tahun 2021. Bukan angka yang sedikit, lebih dari dua juta masyarakat menggantungkan hidupnya di kota ini yang harus dijaga keamanan dan kenyamanannya. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah kota dan juga aparat kepolisian. 

Semua orang di dunia pasti ingin hidup nyaman. Akan tetapi apa arti nyaman itu sendiri? Setiap orang pasti mempunyai definisi yang berbeda-beda tentang kenyamanan. Ada yang menyebut hidup nyaman itu dengan mempunyai banyak uang sehingga bisa beli apa saja demi kenyamanan. Ada juga yang mengatakan jika nyaman itu tak butuh uang banyak, yang penting tentram dan tidak memiliki masalah.

Dari kiri ke kanan, Pak Suhendar (76 tahun) dan Pak Jaya (64 tahun). Dokpri
Dari kiri ke kanan, Pak Suhendar (76 tahun) dan Pak Jaya (64 tahun). Dokpri

Namun, menurut Pak Suhendar (76 tahun) dan Pak Jaya (64 tahun), dua orang warga asli Bandung yang penulis temui di jalan sekitar Braga ini. 

"Kalau menurut bapak, sih. Kemanan dan kenyamanan (akan) saya rasain, ketika saya bisa nongkrong dan ngobrol sama temen-temen tanpa adanya rasa takut, dibegal-lah, atau ditodong." ujar Pak Jaya (64 tahun)

Kemudian Pak Suhendar (76 tahun) menambahkan "Iya, soalnya sekarang (kota) Bandung lagi rawan, dek. Kalau untuk nongkrong malem-malem, mana berani saya, lebih enak siang-siang gini." ucapnya.

Mereka berdua sepakat mengenai Kota Bandung yang dirasa sudah tidak aman dan nyaman lagi karena banyaknya kejadian kriminal yang mengancam warganya. Berita-berita seperti begal, pengoroyokan, perkelahian antar geng dan sebagainya memenuhi surat kabar dan lini masa media sosial. 

Bahkan,  warganet menjuluki Kota Bandung, sebagai Gotham City. Nama sebuah kota yang menjadi latar pada cerita superhero Batman. Kota yang dipenuhi kejahatan dan tindakan kriminal. Gimana gak disebut sebagai Gotham City? Akhir- akhir ini Kota Bandung lagi marak sekali kriminalitas jalanan di malam hari. Dimulai dari aksi perampokan, kekerasan, pelecehan seksual dan sampai ugal-ugalan di jalan dengan membawa senjata tajam, juga ada.

Ketika berita ini ditulis pun, kembali muncul berita tentang anggota geng motor yang membunuh seorang remaja. 

Dikutip dalam DetikJabar "Aksi brutal Tatan yang juga merupakan anggota geng motor ini terjadi di Kampung Cancabereum, Desa Rancakasumba, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung pada Jumat (3/2) lalu. Persoalan rokok jadi pemicu Tatan tega menghabisi nyawa F." dilansir pada DetikJabar.

Banyak warganet yang mengomentari berita tersebut, khususnya pada platform twitter

"Kok Bandung makin mirip gotham city ya?" tulis @negatvisime

Pak Sabari (55 tahun). Dokpri
Pak Sabari (55 tahun). Dokpri

Tak jauh dari lokasi saya mewawancarai Pak Suhendar dan Pak Jaya, saya bertemu dengan Pak Sabari (55 tahun) seorang juru parkir di kawasan braga. Beliau adalah seorang pendatang dari Cilacap yang merantau ke Kota Bandung pada tahun 2000-an. Beliau berpendapat bahwa krimininalitas yang terjadi di Kota Bandung tak ada bedanya ketika Ia pertama datang kesini. Biang masalahnya masih sama yaitu remaja tanggung yang sok jago.

"Itu biasanya yang begitu-begitu (kriminalitas), tuh, anak-anak remaja yang ngerasa jagoan, terus ikut-ikutan geng motor, jadi nama geng motornya ikut rusak juga. Padahal yang kriminal itu, menurut saya pasti bukan anggota resmi, cuma mengaku anggota aja." ujarnya.

Selain, itu beliau juga pernah menyaksikan langsung pengroyokan yang terjadi di depan matanya.

"Iya waktu itu udah malem sekitar jam dua belas, awalnya ada segerombolan motor lagi konvoi, terus gatau tiba-tiba mereka nyerang pemotor yang lewat." ujarnya.

Kejadian tersebut kerap kali terjadi, sekelompok geng menyerang orang tidak bersalah, dan tidak pandang bulu. Seakan mereka seperti gerombolan hewan yang sedang kelaparan mencari mangsanya. Kemudian, ketika para pelaku tertangkap, alibinya pun klise, selalu beralasan dengan argumen salah sasaran atau salah orang.

Pak Didin. Dokpri
Pak Didin. Dokpri

Bahkan menurut Pak Didin, yang saya temui di jalan Asia Afrika, hari Sabtu (4/2), solusi untuk menurunkan angka kriminal ini adalah dengan melahirkannya kembali petrus atau penembak misterius.

"Mustinya petrus diadain lagi tuh, biar orang-orang kriminal dibredel kayak jaman orba dulu." ujarnya

Tragedi pelanggaran HAM berat di masa lalu, dimana orang-orang dibunuh tanpa diadili terlebih dahulu, mungkin hanya ini yang bisa Pak Didin pikirkan untuk solusi terhadap masalah kriminalitas yang terjadi di Kota Bandung. Saya cukup mengerti, mengapa beliau berpendapat seperti itu. Karena kejahatan saat ini sangat masif dan dilakukan secara terang-terangan. 

Peran polisi seperti dikerdilkan, karena pernah terlihat rombongan motor yang sedang konvoi ugal-ugalan melewati pos polisi yang sedang dijaga oleh polisi itu sendiri, mereka masih berani membunyikan knalpotnya dengan tidak ada rasa takut.

Ditambah penerangan jalan yang kurang dibeberapa jalan di Kota Bandung, semakin mendukung situasi dimana kejahatan bisa terjadi. Kondisi seperti ini menjadi tanggung jawab pemimpin daerah beserta dinas terkait. Namun sayang, tanggapannya kurang mengenakan. Alih-alih memperketat pengamanan ketika malam hari, warganya malah diminta untuk tidak keluar malam. Padahal, ada karyawan yang diharuskan pulang kerja ketika malam, ada juga warga yang berangkat kerja karena kebagian shift malam, dan masih banyak warga yang mengharuskan beraktifitas di malam hari yang bukan keinginannya mereka.

Salah satunya, seperti Kang Mulki (26 tahun). Kang Mulki ada seorang driver ojek online yang sering berkegiatan di malam hari untuk bekerja sebagai ojek online.

"Kadang saya suka cancel orderan di daerah rawan, soalnya takut, denger cerita temen-temen yang jadi korban pembegalan. Saya mah lebih mentingin keselamatan saya aja." ujar, Kang Mulki.

Miris sekali mendengar ceritanya, ia tidak bisa maksimal dalam mencari rezeki hanya karena ketakutan dan merasa tidak aman di kotanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun