Tragedi pelanggaran HAM berat di masa lalu, dimana orang-orang dibunuh tanpa diadili terlebih dahulu, mungkin hanya ini yang bisa Pak Didin pikirkan untuk solusi terhadap masalah kriminalitas yang terjadi di Kota Bandung. Saya cukup mengerti, mengapa beliau berpendapat seperti itu. Karena kejahatan saat ini sangat masif dan dilakukan secara terang-terangan.Â
Peran polisi seperti dikerdilkan, karena pernah terlihat rombongan motor yang sedang konvoi ugal-ugalan melewati pos polisi yang sedang dijaga oleh polisi itu sendiri, mereka masih berani membunyikan knalpotnya dengan tidak ada rasa takut.
Ditambah penerangan jalan yang kurang dibeberapa jalan di Kota Bandung, semakin mendukung situasi dimana kejahatan bisa terjadi. Kondisi seperti ini menjadi tanggung jawab pemimpin daerah beserta dinas terkait. Namun sayang, tanggapannya kurang mengenakan. Alih-alih memperketat pengamanan ketika malam hari, warganya malah diminta untuk tidak keluar malam. Padahal, ada karyawan yang diharuskan pulang kerja ketika malam, ada juga warga yang berangkat kerja karena kebagian shift malam, dan masih banyak warga yang mengharuskan beraktifitas di malam hari yang bukan keinginannya mereka.
Salah satunya, seperti Kang Mulki (26 tahun). Kang Mulki ada seorang driver ojek online yang sering berkegiatan di malam hari untuk bekerja sebagai ojek online.
"Kadang saya suka cancel orderan di daerah rawan, soalnya takut, denger cerita temen-temen yang jadi korban pembegalan. Saya mah lebih mentingin keselamatan saya aja." ujar, Kang Mulki.
Miris sekali mendengar ceritanya, ia tidak bisa maksimal dalam mencari rezeki hanya karena ketakutan dan merasa tidak aman di kotanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H