Mohon tunggu...
Rizky Pahlevi
Rizky Pahlevi Mohon Tunggu... Guru - Guru bimbel

Mencari keindahan dalam kesederhanaan, tapi tak pernah ragu melangkah ke pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Acil

24 Januari 2025   22:09 Diperbarui: 24 Januari 2025   22:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Acil (Sumber: Pinterest/ Andrea)

Hai, dunia...

Izinkan aku memperkenalkan seseorang yang pernah hadir di dalam hidupku

Seseorang yang tak hanya singgah, tetapi meninggalkan jejak indah yang sulit kulupakan

Dia adalah Aliska

Gadis mungil, manis, dan penuh pesona, yang aku panggil dengan nama Acil

Sebuah panggilan manis yang lahir dari tubuh mungilnya

Masih terpatri jelas di ingatanku, awal mula pertemuan kami saat perkuliahan pariwisata

Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya, sesuatu yang membuatnya bersinar di antara keramaian

Acil adalah pendengar yang luar biasa

Ketika beban menghimpitku, dia selalu ada tuk menyimak dengan sabar tanpa lelah, lalu menyodorkan saran yang menenangkan

Dia seperti oasis di tengah kegersangan pikiranku

Dia juga unik dengan caranya sendiri

Di saat teman-teman seusianya sudah berani menghadapi dinginnya air, Acil tetap setia pada air hangat

Hal kecil itu membuatku tersenyum, karena di balik kedewasaannya tersimpan sisi polos yang menawan

Dia seorang penari yang memukau

Dengan gerakan tubuh yang luwes dan penuh energi, ia menari seolah dunia hanyalah panggung kecilnya

Selain itu, dia adalah penggemar sejati K-Popers

Aku sering dibuat kagum melihat antusiasmenya mengumpulkan merchandise idolanya. Baginya, semua itu lebih dari sekadar bentuk cinta dan dedikasi

Satu hal yang selalu membuatku merasa diterima adalah kebiasaannya mengundangku ke rumahnya

Sebagai anak kos, ajakannya seperti itu adalah barang yang sangat berharga

Rumahnya penuh kehangatan, terutama karena kehadiran ibunya yang tak hanya baik hati, tetapi juga welcome terhadap siapa pun

Aku merasakan seperti memiliki keluarga di tanah asing

Namun, setiap pertemuan memiliki perpisahan

Ketika saat perpisahan tiba, aku melihat air mata jatuh di pipinya membasahi kenangan indah yang kami rangkai

Sebelum berpisah dia memberiku sebuah gelang persahabatan, simbol abadi yang akan selalu aku jaga meski waktu dan jarak memisahkan kami

Terima kasih, Acil...

Untuk kehadiranmu yang pernah menjadi cahaya di hariku

Semoga Allah selalu menjagamu, gadis baik hati

Jangan pernah ragu untuk menyapaku, karena bagiku persahabatan kita tak akan pernah mengenal kata akhir

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun