Berhenti menyembunyikan luka di balik senyum yang palsu
Berhenti berpura-pura tegar menghadapi segalanya
Kamu juga manusia, sama rapuhnya seperti yang lain
Namun, menjadi anak sulung membuatmu tak kenal kelemahan dalam kamus hidupmu
Anak sulung....
Di pundakmu, beban pertama dipikulkan
Langkah awal tak pernah henti meski terjal dan penuh kerikil
Kau menjadi perisai bagi adik-adikmu
Meskipun dirimu sendiri masih mencari makna arti dewasa
Tapi dunia tak pernah memberi ruang untuk beristirahat, ia menuntutmu menjadi bayangan yang selalu kuat
Saat yang lain tertawa lepas, kau memilih meredam suara
Beban beratmu tergambar jelas dimata yang tak pernah dusta
Harapan orang tua tergambar yang menjulang tinggi, harus kau realisasikan tanpa keluhan
Mimpi-mimpi yang kau simpan dalam hening malam, kerap tenggelam di hati yang penuh dengan renungan
Namun kau tetap berdiri, tanpa keluh dan tanpa goyang
Anak sulung....
Meski suara hatimu tak selalu didengar, tapi kau tetap tinggal
Kau adalah pondasi yang menopang segalanya, kuat melawan badai, dan kokoh menghadapi hujan
Mengukir senyuman bagi orang lain meski hatimu berdarah
Semoga Allah senantiasa menjagamu, menguatkan langkahmu tuk mewujudkan mimpi yang kau titipkan di langit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H