Tidak ada yang menyangka satu pun 2020 menjadi tahun merebaknya wabah penyakit yang memukul telak dan merubah sendi-sendi kehidupan bermasyarakat di tengah peradaban manusia yang semakin maju.
Wabah virus SARS-COV2 penyebab COVID-19 yang kemudian diklasifikasikan sebagai pandemi oleh World Health Organization memaksa pemerintah di berbagai belahan dunia mereduksi bahkan cenderung melarang berbagai aktivitas di tempat-tempat publik.
Larangan dengan berbagai macam sebutan dan konsep yang berbeda di tiap-tiap negara pada prinsipnya ialah sama yakni mencegah masyarakat  agar tidak terinfeksi penyakit COVID-19 sehingga dapat memutus rantai penyebaran.
Berbagai macam kegiatan dialihkan di rumah sehingga secara tidak langsung streaming film, mendengarkan musik hingga podcast menjadi salah satu cara untuk menghilangkan rasa bosan di rumah.
Itulah yang Penulis rasakan selama menghabiskan waktu di rumah. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah lama terpinggirkan. Menonton berbagai macam film dan series adalah pilihan Penulis. Kali ini Penulis akan membagikan pandangan pribadi ketika menonton miniseries besutan AppleTV berjudul Defending Jacob.
Siapa yang sudah pernah mendengar atau justru asing dengan miniseries ini? Miniseries yang tergolong baru, karena baru dirilis sekitar bulan April 2020, menghadirkan kembali sosok Captain America, Chris Evans, bersama Michelle Dokery dan Jaeden Martell. Ini kali kedua kita bisa melihat Chris Evans adu akting dengan Jaeden Martell yang sebelumnya juga pernah berperan bersama di film Knives Out.
Dalam miniseries yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan William Landay, Chris Evans berperan sebagai Andy Barber, seorang Ayah dan seorang Asisten Jaksa dengan Michelle Dokery sebagai istrinya, Laurie Barber, dan Jaeden Martell sebagai buah hati mereka berdua bernama Jacob Barber.
Miniseries ini mengisahkan Jacob Barber, seorang anak SMP kelas 8 yang kehidupannya berubah 180 derajat ketika dirinya dituduh melakukan pembunuhan terhadap teman sekelasnya sendiri, Ben Rifkin. Keharmonisan, kebahagiaan, tawa-canda keluarga Barber seketika sirna ketika penyelidikan mengarah pada Jacob sebagai tersangka pembunuhan.
Penyelidikan yang dilakukan pun semakin dikuatkan dengan motif hubungan Jacob dengan Ben yang tidak harmonis selama di sekolah sekaligus bukti-bukti sempurna lainnya yang terungkap di persidangan.
Tidak hanya itu, kita semakin dibuat penasaran dan menduga-duga apakah benar Jacoblah pelaku pembunuhan meskipun dalam berbagai kesempatan Jacob bersumpah bukan dialah pelakunya.
Meskipun miniseries ini bergenre crime-drama, kita akan dapat melihat bagaimana sutradara mengarahkan cerita ke sisi psikologis para karakter sehingga kita akan melihat kerapuhan, keputusasaan, kecurigaan di tiap-tiap  hari kehidupan Keluarga Barber.
Selain itu, di setiap episode kita akan dapat melihat bagaimana mimpi buruk yang menimpa keluarga kecil itu berimbas pada banyak hal. Mulai dari karier, teman dan kolega kedua orang tua Jacob, masyarakat sekitar, teman-teman Jacob hingga pers yang siap menguliti habis kehidupan Keluarga Barber. Berjumlah 8 episode, konflik dalam cerita akan semakin intens dan memuncak di akhir episode.
Konflik-konflik yang timbul tersebut benar-benar dapat memengaruhi pandangan penonton terhadap siapa pelaku pembunuhan Ben Rifkin sebenarnya. Setiap episode ditampilkan dengan sangat padat dalam durasi yang dapat dikatakan tidak terlalu lama namun tidak menghilangkan esensi cerita itu sendiri sehingga kita tetap dapat menangkap setiap scenes yang ada secara sempurna.
Alur yang digunakan adalah alur maju-mundur yang berpusat pada persidangan sehingga terdapat kilas balik peristiwa per peristiwa hingga kita mendapatkan gambaran utuh ceritanya.
Penulis mengakui bahwa para pemain tampil dengan sangat ciamik dan sangat menjiwai. Tiap-tiap karakter yang ada sangatlah hidup sampai-sampai membuat siapapun yang menonton akan ikut merasakan perasaan yang dirasakan oleh karakter sehingga menimbulkan kesan "relatable".
Kesempurnaan penulis naskah dalam mengadaptasi cerita dari novel didukung dengan alunan musik yang terkesan dalam menimbulkan nuansa cerita yang sangat gelap dan menyesakkan hati. Ajaibnya dan yang membuat Penulis sangat terkesima adalah konflik yang memuncak di akhir episode melahirkan antiklimaks yang sangat plot twist bagi penonton.
Penulis menganggap plot twist tersebut tercipta hasil dari sisi psikologis karakter yang sangat terguncang dengan semua hal yang sudah terjadi. Bahkan dapat dikatakan penulis pun tidak menduga sama sekali antiklimaks tersebut meskipun ceritanya berakhir dengan sangat menggantung. Mungkin cerita akan diselesaikan pada season berikutnya. Jika ada, Penulis sangat tertarik bagaimana kelanjutan kisah keluarga malang ini.
Chris Evans menuntaskan perannya dengan sangat memukau. Kalau biasanya kita melihat dia sebagai sosok pahlawan yang akan melindungi dan menyelamatkan bumi dari ancaman apapun dengan segenap jiwa dan raganya, melalui peran ini kita bisa melihat bagaimana Chris memerankan sosok ayah yang akan melakukan apapun juga yang dibutuhkan untuk melindungi keluarganya.
Perjuangan, kebijaksanaan sekaligus letupan-letupan amarah yang ditampilkan Evans menunjukkan artis ini sangatlah hebat dalam bidangnya. Ada kesamaan dialektika yang mengingatkan Penulis pada film Avengers: End Game yakni ketika Andy Barber mengatakan "whatever it takes" kepada sang istri untuk menyelamatkan anaknya dari jeratan hukum.
Tidak lupa pula Michelle Dokery yang mampu menunjukkan bagaimana emosionalnya seorang Ibu ketika melihat anaknya dituduh sebagai seorang pembunuh dan memengaruhi psikisnya secara perlahan namun pasti. Sekaligus Jaeden Martell yang tidak kalah dari artis-artis seniornya.
Ia mampu menampilkan sosok Jacob yang sangat dingin, mulai dari tatapan, perilaku hingga perkataan yang menimbulkan kesan "emotionless" sehingga penonton dibuat berspekulasi dan berpikir berulang kali apakah betul ia yang melakukannya.
Jadi apabila Penulis ditanya apakah miniseries ini sangat recommended dan wajib untuk ditonton maka jawabannya adalah ya! Kita juga dapat melihat bagaimana sistem peradilan di Amerika Serikat sekaligus dampak yang mengerikan apabila seseorang berurusan dengan hukum.
Stay safe and healthy, everyone!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H