Film dokumenter berjudul atas nama daun merupakan karya film dokumenter Panjang yang bercerita mengenai legalisasi ganja di Indonesia. Film yang disutradarai oleh Mahatma Putra ini mengupas berbagai sudut pandang mengenai tanaman ganja yang kontroversial di Indonesia. Dengan lima sudut pandang yang dihadirkan, film ini membahas tanaman ganja sebagaimana urutan babak yang dihadirkan.Â
Baik perspektif tanaman ganja melalui atas nama riset, atas nama daun, atas nama hokum, atas nama cinta, dan atas nama hak asasi. Sudut pandang yang hadir dalam filmnya pun disampaikan dengan saling konfrontasi satu sama lain sehingga memberi pandangan yang lebih luas kepada penonton mengenai tanaman ganja itu sendiri
Animasi dan infografis sebagai pendukung visual
Subjek pada film ini merupakan tanaman yang dibahas baik dari sisi sejarahnya, kandungannya, hukum regulasi yang mengatur hingga fenomena di masa lampau yang terkait. Untuk memvisualisasikan hal tersebut film ini menyajikan dalam bentuk animasi dan infografis yang bagus sehingga pesan yang sedang disampaikan lebih tersampaikan kepada penonton. Selain itu, elemen-elemen dari animasi dan infografis tersebut memiliki kebersamaan dari segi visual yang khas dan konsisten sepanjang film
Pembabakan dan perspektif yang hadir dalam film
Sepanjang film ini menghadirkan berbagai kisah dan pengalaman setiap orang yang pernah berhubungan secara langsung dengan tanaman ganja. Narasumber yang hadir pun berperan melalui sudut pandang dan pembabakan yang menarik dan terstruktur. Salah satunya adalah korelasi penjudulan pada setiap babak dengan isi konten yang hadir di dalamnya.
Storytelling Concept
Proses penceritaan dimulai dengan pengenalan Aristo Marisi Adiputra dengan aktivitas biasanya yang hidup di lingkungan yang menganggap ganja sebagai suatu hal yang legal dan dapat ditemukan dimanapun. Konsep bercerita yang diisi dengan aktivitas setiap narasumber yang hadir membuat penonton tidak bosan dalam menonton film ini. Penonton disuguhkan dengan interaksi yang terjadi di antara berbagai narasumber.Â
Melalui pengalaman empiris masing-masing narasumber penonton disuguhkan bagaimana sebab latar belakang narasumber melakukan kontak dengan ganja dan secara tidak langsung menunjukan bahwa persoalan ganja bukan melulu soal kenikmatan. Konsep penceritaan yang menarik pada film ini adalah ketika Fidelis yang berjuang menyelamatkan istrinya dari penyakit langka.Â
Pembabakan pada cerita fidelis yang ditutup dengan pembacaan puisi untuk almarhum istrinya membuat pesan mendalam yang tersampaikan kepada penonton. Selain itu, ada aspek sejarah, politik, hukum, medis, dan kemanusiaan yang diceritakan dengan gaya yang berbeda
Visual Culture
Latar cerita yang tervisualkan dalam film ini memuat berbagai narasumber dengan aktivitas dan kesehariannya masing-masing. Visual tempat yang dihadirkan pun memiliki karakteristik tersendiri. Selain interaksi yang terjadi antara narasumber yang hadir di dalam satu frame tempat, film ini juga memuat bagaimana narasumber terhubung dengan narasumber lainnya secara virtual. Selain itu beberapa setting tempat seperti lahan perkebunan, rumah prison art, hingga setting tempat ketika ganja diperjual belikan secara bebas pun tergambar dalam film ini. Dengan berbagai setting tempat pada elemen visual tersebut maka film ini tidak akan bosan ketika ditonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H