Yogyakarta, 09 September 2020. Kali pertama dipagi hari itu telponku berdering, tak biasanya sepagi buta itu ada telpon masuk di ponselku. Kudengar sayup sayup suara yang tak asing kudengar di telingaku, suara lirih Ibu yang mulai berat menahan sesuatu, jelas aku bisa mendengar dari nada bicaranya. Tak berapa lama kudengar juga suara yang juga tak kalah berat yang keluar dari mulutnya, Iya suara Ayahku.Â
Ada yang tidak biasanya  di pagi ini yang terus menghantui pikirannku, tapi seksama aku dengarkan percakapan yang sedang terjadi antara orang tuaku, dan benar saja sesuatu yang sedang tidak baik terjadi. Ayahku terbaring di Rumah sakit di salah satu kota dekat dengan Palembang.
Ayahku dikabarkan terpapar virus yang menjengkelkan ini. Ayahku dirawat sendirian didalam kamar RS tersebut, tanpa ada keluarga, sanak saudara dan tentu saja dengan protocol serta perlakuan yang sebagaimana mestinya diterapkan disitu.
Hari berganti, memasuki hari ke-4 Ayahku tak kuasa lagi menahan beban yang dipikulnya sendiri, beliau meminta untuk dipindahkan saja ke tempat yang lebih dekat dengan keluarga dan manajemen perusahaan langsung mengurus semuanya, dan benar saja tak butuh waktu lama Ayahku telah berpindah di RS yang lebih dekat dan dapat pendampingan dari pihak keluarga.
Di hari itu juga aku memutuskan untuk langsung terbang ke Palembang menggunkan salah satu maskapai penerbangan yang tersisa.
14 hari sudah berlalu, kupikir semua akan kembali seperti sedia kala, Ayahku akan kembali bekerja, Ibuku kembali beraktivitas serta aku yang sedang menempuh Pendidikan di perantauan bisa kembali untuk menyelesaikan semuanya yang sempat tertunda itu.
Namun semua tak seperti apa yang ada dalam pikiranku, Ayahku tanpaknya masih syok serta trauma atas kejadian yang di alaminya, yang memaksa beliau untuk mengurung dan tidak terlalu terbuka terhadap lingkungan nya setelah keluar dari RS itu.
Ini tak mudah, perusahaan tempat Ayah bekerja tentu punya kebijakan dan peraturan di manajemen yang tidak bisa dengan se enaknya kita langar. Dengan sangat berat maka status pekerjaan ini harus dilepas mengingat kondidsi Ayah yang masih belum kunjung membaik.
Berbagai macam usaha keluarga untuk mengembalikan Ayah seperti sedia kala masih belum membuahkan hasil yang signifikan, Ayah masih dengan sikap yang sama, menarik diri dari masyarakat bahkan dari keluarga besarnya sendiri. Sosok yang dulunya menjadi panutan, menjadi contoh, menjadi tulang punggung kini tak ditemui lagi di sosoknya.
Untungnya aku punya malaikat (Ibu) beliau tak pernah Lelah mengurus Ayah, menemani dan berbagi keluh kesah. Jika tanpa beliau mungkin sudah berbeda cerita hidup yang aku alami, ditambah lagi ada dua bidadari (Adik perempuanku) yang masih cukup kecil untuk menghadapi kondisi ini.
Kami merindukanmu Ayah, kami rindu sosokmu hadir di tengah-tengah keluarga kita, masih banyak cita-cita kita yang belum kita tunaikan yah, masih cukup banyak sekali. Anakmu masih butuh bimbingan darimu, dunia ini keras yah, dunia ini kejam, apakah kami bisa melewati ini semua tanpa sosok mu di sisi kami.
Ya tuhan, kembalikan sosok Ayah kami seperti sedia kala, kami merindukannya, kami mencintainya. Kami percaya Ayah pasti akan kembali lagi kan seperti dulu, Ayah Cuma lagi mau lihat sejauh mana kami bisa bertahan, kami yakin itu yah. We love you superhero (1233)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI