Mohon tunggu...
Rizky Maulana Fataah
Rizky Maulana Fataah Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Berminat Jadi Seorang Penyunting Naskah?

5 Desember 2022   22:43 Diperbarui: 6 Desember 2022   00:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mesin tik di atas meja (https://pixabay.com/images/id-2584166/)

Ketika di sekolah, setelah mengerjakan soal ulangan atau ujian dan sebelum mengumpulkan lembar jawaban untuk diberi nilai oleh guru, kalian mungkin akan kembali membaca kalimat per kalimat jawaban tersebut. Memeriksa apakah terjadi kesalahan penulisan kata atau kalimat yang menurut kalian kurang pas.

Apa kalian pernah atau bahkan sering melakukan hal di atas?

Reaksi apa yang muncul ketika menemukan kesalahan dalam lembar jawaban tersebut? Menghapus dan menggantinya dengan kata yang lain, atau malah menambahkan beberapa kata lagi?

Kegiatan seperti itu mungkin lebih tepat disebut dengan mengoreksi, namun itu merupakan contoh kecil dari penyuntingan.

Penyuntingan menjadi hal yang sangat penting dalam dunia penerbitan. Kegiatan menyunting dilakukan untuk mempersiapkan naskah dari seorang penulis untuk disebarluaskan.

Seorang penyunting bertugas menyiapkan naskah sesuai kaidah dan sistematika penulisan, seperti pemilihan diksi yang tepat, ejaan yang sesuai, dan tata bahasa yang efektif sehingga dapat diterima oleh pembaca.

Beberapa syarat untuk menjadi seorang penyunting naskah salah satunya adalah harus menguasai ejaan. Misalnya penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan tanda baca, dan sebagainya. Kemampuan ini wajib dimiliki untuk dapat memperbaiki ejaan dari naskah yang digarapnya.

Mengerti susunan kalimat yang baik, kata baku, bentuk-bentuk salah dimengerti, dan pemilihan kata yang tepat juga menjadi kemampuan yang harus dimiliki. Untuk membantu urusan tersebut, maka penyunting perlu sering-sering membuka kamus agar memahami kata beserta maknanya agar tidak salah memilih dan memperbaiki diksi.

Penyunting setidaknya paham mana kalimat yang kurang sopan, kalimat yang halus dan kata mana yang sebaiknya digunakan. Untuk itu, biasanya penyunting perlu mengikuti tulisan para ahli di media cetak dan rutin memantau perkembangan bahasa Indonesia untuk menumbuhkan kepekaan bahasa.

Mencari pengetahuan dari berbagai sumber, baik cetak maupun daring sangat dianjurkan, karena memungkinkan semakin banyak referensi dan ide yang bisa disesuaikan dengan tema naskah yang sedang digarap.

Meski kelelahan, penyunting masih harus terus memeriksa naskah dari segi kalimat dan kata yang luput di awal meski telah melewati proses cetakan percobaan.

Kepekaan terhadap hal yang menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan tertentu juga pornografi perlu dimiliki. Karena hal-hal sensitif seperti itu kadang menjadi alasan sebuah tulisan dilarang peredarannya.

Penyunting naskah harus menjadi pendengar yang baik atas berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Baik dari penulis naskah atau penerbit. Sebagai wakil penerbit dalam hubungannya dengan pihak luar, maka ia harus mampu menjaga citra dan nama baik penerbit.

Jika penyunting menguasai bidang ilmu tertentu seperti ilmu bahasa dan sastra, matematika, jurnalistik, atau keilmuan lainnya. Hal itu akan sangat membantu proses menyunting.

Dalam urusannya nanti, seorang penyunting naskah harus menulis surat atau email kepada penulis naskah, menulis sinopsis, atau menulis biografi singkat penulis. Memiliki kemampuan menulis akan membuatnya semakin peka terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam naskah.

Di dalam naskah pasti terdapat istilah dalam bahasa asing yang umumnya berasal dari bahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa asing akan memudahkan pekerjaannya tersebut. Apalagi jika yang disunting adalah naskah terjemahan dari bahasa asing.

Demi menghindari terjadinya kesalahan dalam proses menyunting dan akibat buruk yang bisa muncul dan merugikan masing-masing pihak, maka penyunting wajib memahami kode etik penyuntingan.

Penyunting harus mencari informasi seputar penulis naskah yang disuntingnya dan tidak mengambil alih tanggung jawab penulis. Selain itu, seorang penyunting harus menghormati gaya penulis naskah dan menjaga kerahasiaan dari isi naskah.

Jika ingin melakukan perubahan atau terdapat hal yang kurang dipahami, maka penyunting perlu berkonsultasi dengan penulis. Dan yang terakhir, penyunting tidak boleh menghilangkan atau merusak naskah yang akan, sedang atau sudah selesai disuntingnya.

Menjadi seorang penyunting naskah bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebuah naskah dari penulis akan lebih dulu melewati beberapa proses rumit untuk memenuhi kriteria siap cetak atau publikasi.

Beberapa syarat di atas ada yang bersifat wajib dimiliki seorang penyunting naskah dan ada yang berupa syarat pendukung untuk memudahkan proses menyunting.

Dengan kerja keras dan usaha yang tidak putus diselingi doa, bukan mustahil untuk seseorang menjadi penyunting naskah.

Referensi :

https://pelitaku.sabda.org/syarat_menjadi_penyunting_naskah

https://www.atpressofficial.com/2019/05/6-kode-etik-yang-wajib-diketahui.html

ade yugha nusastri https://osf.io/3p8hz/download/?format=pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun