Kemarin, aku ditanya seorang ibu. Beliau tanya apa merk sendi-sendiku. Lalu ia ku tanya balik, untuk apa ia menanyakan hal itu. Katanya, ia ingin membeli sendi sepertiku yang tahan terhadap segala tekanan. Aku seperti robot yang bisa mengerjakan segala hal di dunia ini, pujinya. Namun, aku bersedih setelah mendengarnya.
Kemudian, aku ditanya seorang bapak. Beliau tanya apakah aku sudah punya pacar. Lalu ia kutanya balik, untuk apa ia menanyakan hal itu. Katanya, ia ingin menjodohkanku dengan anaknya yang tidak bisa apa-apa, supaya aku yang serba bisa, bisa membantu sedikit hidupnya. Namun, aku bersedih setelah mendengarnya.
Lalu, aku ditanya seorang gadis muda. Ia tanya, adakah aku punya waktu luang. Lalu ia kutanya balik, untuk apa ia menanyakan hal itu. Katanya, ia melihatku tanganku selalu penuh, kakiku selalu berdiri dan berjalan ke sana kemari. Aku seperti telah menghabiskan seluruh waktu luangku. Aku bersedih setelah mendengarnya.
Setelahnya, aku ditanya seorang pemuda. Di mana aku membeli muka. Lalu ia kutanya balik, untuk apa menanyakan hal itu. Katanya, ia melihatku berwajah tembok, mengerjakan semuanya diusia muda, apakah aku beranak 10? Aku bersedih setelah mendengarnya.
Kemudian, aku ditanyai oleh seseorang yang terlihat seperti diriku sendiri. Apakah aku punya sisa mimpi? Kenapa hidupku menjadi milik orang lain? Aku bahkan tak ingat hal-hal apa yang aku suka. Hal-hal apa yang ingin aku lakukan. Hidupku hanya bermanfaat untuk orang lain. Sampai aku lupa aku punya diriku sendiri. Tentu saja, aku semakin bersedih mendengarnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H