Cawapres ini biasanya merupakan sebuah tenaga 'esktra' yang diharapkan semakin mendongkrang elektabilitas capres. Cawapres bisa diambil dari basis partai pendukung koalisi dengan memperhitungkan basis massanya. Saya mencoba melakukan prediksi koalisi ini berdasarkan historisnya
Koalisi Incumbent
Koalisi incumbent adalah koalisi dari partai pemenang pemilu dan partai pendukung pemerintah yang terdiri dari Demokrat (9,8%), PAN (5,2%), PPP (4,6%), dan PKB (4,6%). Total suaranya adalah 24,2%. Capres dari koalisi ini berasal dari pemenang konvensi Demokrat, yang kemungkinan besar adalah Dahlan Iskan. Sentimen politik dinasti akan membuat suara Pramono Edhi tertinggal. Saya perkirakan Dahlan Iskan akan unggul 60:30 dengan Pramono Edhi, sisanya adalah para peserta konvensi lainnya. Lalu, cawapresnya kemungkinan besar adalah Mahfud MD yang diusulkan dari gabungan partai islam, ada juga kemungkinan Hatta Radjasa namun suaranya akan kecil. Prediksi saya sekitar 70:30. Maka peluang besar capres-cawapres dari koalisi incumbent adalah Dahlan Iskan-Mahfud MD. Duet alternatif yang berpotensi mengejutkan
Koalisi PDIP-Gerindra
Melanjutkan cerita cinta di pilkada DKI, kemungkinan besar PDIP hanya akan berkoalisi dengan Gerindra (6,6). Sehingga total suaranya adalah 25,3%. Lalu siapa capresnya? Kalau LSI hanya melihat Megawati, maka bisa jadi akan terjadi Megawati-Prabowo jilid 2. Namun arus bawah yang ramai mencalonkan Joko Wi bisa jadi mengubah pencalonan sang ketua umum. Saat ini, media sosial sudah ramai mendengungkan duet Joko Wi dengan Prananda Prabowo yang merupakan anak Megawati. Gerindra pun tak akan berkeberatan, karena mereka akan mendapatkan DKI1. Peluang Megawati-Prabowo dan Jokowi-Prananda masih akan ketat (50:50) sebagai pasangan capres cawapres. Saya sendiri berharap duet muda ini yang bertarung.
Koalisi Golkar-PKS-Hanura
Golkar yang dalam survei LSI akan menjadi pemenang pemilu diprediksi akan berkoalisi dengan PKS (4,4%) dan Hanura (3,4%). Sehingga total suaranya adalah 28,2%. Sejauh ini total suara koalisi ini paling besar dibandingkan koalisi sebelumnya. Namun, belajar dari pilkada DKI, bahwa figur memiliki peran sentral dalam elektabilitasnya tentu membuat koalisi ini tetap harus berjuang keras dengan koalisi lainnya. Capres dari koalisi ini adalah Aburizal Bakrie yang hampir 99,99% akan dicalonkan. Sisanya 0,01% adalah Jusuf Kalla. Tidak seperti koalisi PDIP-Gerindra, kali ini kemungkinan duet ARB-Wiranto sangat kecil terjadi mengingat kekalahan JK-Wiranto pada 2009. Maka kemungkinan besar PKS mau bergabung dengan koalisi ini karena akan mendapatkan jatah cawapres. Calon yang paling besar dicalonkan adalah Hidayat Nur Wahid untuk mendapatkan basis suara pemilih Islam. Maka koalisi ini akan mencalonkan ARB-HNW, sebagai sebuah duet yang realistis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H