Setelah berbicara tentang tradisi, untuk mencairkan suasana kami pun bernyanyi-nyanyi diiringi dengan Kecapi, lagunya pun bervariasi dari mulai pop, Rnb, hingga lagu wajib nasional. Hal ini membuktikan bahwa alat tradisional pun tidak ketinggalan zaman tinggal bagimana cara memainkan dan menyesuaikan dengan musik-musik zaman sekarang dan hasilnya pun sangat bagus dan unik.
Keesokan harinya kami pukul 07.00 diminta untuk berkumpul di Saung Eling untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya, tetapi sebelum itu kami sudah sarapan di homestay masing-masing yang sudah disediakan oleh ibu pemilik homestay tersebut. Dan kebetulan saya satu homestay dengan Marsya & Rasunnah di Homestay milik ibu dari salah satu pemilik saung Eling, sembari makan kami pun berbincang-bincang mengegani awal mula berdirinya Saung ini, bagaimana satu keluarga ini bisa ikut andil dalam pengembangan pariwisata desa Lembur Sawah dan bagaimana proses mengajak warga-warga sekitar untuk ikut bergabung menyewakan rumahnya untuk dijadikan homestay semua kami bercerita pada pagi itu.
Selesai kami makan, kami pun langsung bergegas ke Saung Eling, di sana kami ada sedikit pemanasan ringan dan pembagian kelompok karena kami akan berkeliling dan dan berinteraksi langsung dengan warga sekitar.
Setelah kaki penuh dengan lumpur kami pun membersihkan diri sekaligus bermain air di sungai Ci gading. Airnya pun sangat sejuk dan jernih dan masih banyak batu batuan yang besar sehingga menjadi suatu tantang untuk kami lewatinya. Setelah semua kegiatan selesai kami pun kembali ke Homestay untuk istirahat dan mandi.
Mungkin itu saja pengalaman berkesan yang bisa saya sampaikan di Desa Lembur Sawah, semoga dari cerita saya di atas dapat memberikan hal yang positif Aamiin.
Terima kasih Saung Eling’
Terima kasih Desa Lembur Sawah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H