Tentu, apa yang dikatakan Agung ialah guyonan. Lebih dari itu, sudah sering kali dia berkata seperti itu. Ya sudah hal tersebut kami jadikan lelucon saja sembari menghilangkan rasa lelah. Dia yang punya ide untuk jalan kaki dari basecamp ke gerbang pendakian tapi dia juga yang pertama kali ngos-ngosan. Mblegedhes. Hehehehe .... (Baca Part 1)
"Katanya enggak jauh. Katanya enggak mau naik ojek." Hal tersebut yang kami ucapkan berulang kali. Setiap ada yang mengucapkan kata tersebut, kami pasti langsung tertawa sembari melihat Agung. Dia pun juga ikut tertawa.
Stamina Agung terkuras setelah lama tak naik gunung. Kaget. Seperti motor, kalau lama tak dipanasi pasti lama hidup kembali. Manusia pun begitu.
Setelah istirahat selama lima menit. Kami melanjutkan perjalanan. Tujuan kita adalah puncak bayangan. Tidak jauh lagi. Di tempat tersebut kami rencananya akan mendirikan tenda. Puncak bayangan juga biasa digunakan para pendaki lain untuk nge-camp.
Tak lama kami berjalan, puncak bayangan sudah di depan mata. Rosyad yang menjadi leader karena dia yang paling tahu jalan.
Di sana, kami segera mendirikan tenda. Mempersiapkan segala keperluan untuk memasak. Soal perut enggak bisa ditawar lagi. Kami semua kelaparan. Rosyad yang menjadi juru masak di sini. Dengan keahliannya, dia meracik bumbu. Bawang putih, bawang merah, penyedap rasa, cabai. Menu kami ialah mie dengan campuran sayur kol. Menu segala rakyat. Sederhana.
"Di rumah, aku hanya sering lihat ibu memasak," jawabnya setelah Ahmad menanyakan mengapa dia bisa memasak.
Aroma bumbu yang sedap semakin membuat perut berontak. Entah itu karena bumbunya benar-benar sedap atau kami saja yang kelaparan. Nasi sudah matang dengan sempurna. Hanya tinggal lauk.
Rosyad mencicipi. Dia diam sebentar. "Kayak sedikit asin. Coba kau rasakan!"
Ahmad mengambil sendok, mengecap-ngecap. "Enggak tuh, enak."