Robi tak melanjutkan percakapan. Dia selalu malas jika berdebat tentang sesuatu tak penting, apalagi sifat Maja sejak bergabung ke Gragal mulai berubah. Dahulu Maja berkepribadian baik, ramah, mengedepankan toleransi, dan menghargai perbedaan. Namun, semenjak bergabung dengan perkumpulan tidak jelas itu, sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat padahal mereka berdua tinggal di dusun yang sama walau dalam lingkungan yang berbeda.
Namun, secara rutin di setiap perempatan dan pertigaan utama di dusun tersebut selalu mengadakan suran setiap memasuki bulan pertama kalender Jawa. Memang, di lingkungan Maja, tepatnya di pertigaan jalan itu, sejak tahun lalu tidak melangsungkan suran. Alasan mereka hanya berkutat pada tidak ada tetua yang memimpin acara, sibuk, dan tidak ada waktu.
"Hei, aku mau pinjam sepatumu buat nanti malam," ucap Maja sedikit keras karena Robi sudah meninggalkannya masuk ke rumah.
Robi berhenti sejenak, memberikan isyarat kepada Maja untuk mengambil sendiri sepatunya di beranda.
***
Malam harinya, saat bintang mulai menampakkan diri, ketika warga lingkungan lain berbondong-bondong menghadiri acara suran, Maja sudah bersiap untuk acaranya sendiri.
Maja menghidupkan motor, suaranya masih sama, keras memekakkan telinga. Dari ujung rambut hingga bawah, atribut serba hitam. Tulisan Gragal dengan font Algerian menambah galak, ditambah logo tengkoraknya yang cukup besar di bagian dada. Sungguh perpaduan yang cukup sangar untuk ukuran sebuah kaus.
Perlahan, gas ditarik oleh Maja, keluar dari pelataran rumahnya. Lingkungan tempat tinggal Maja berisi rumah-rumah mewah dengan mobil yang terparkir di garasi. Hampir semua pintu ditutup, penghuninya lebih suka menghabiskan waktu bersama keluarga ketimbang mengadakan acara yang menjadi adat. Jalanan sepi, menyisakan lampu sorot dari motor Maja.
Satu dua menit, Maja menambah kecepatan. Suara knalpotnya semakin mengusik pendengaran. Sebentar lagi pertigaan. Sebagai anak muda yang masih menggebu jiwanya, dia suka sekali bergaya seperti pembalap ketika berbelok. Beberapa kali dilakukannya, bahkan sudah hafal bagaimana meminimalisasi hal buruk.
Namun, kali ini tidak. Saat dia mulai berbelok di pertigaan, dari barat menuju ke arah selatan, saat itulah sesuatu yang tak pernah diduganya terjadi. Ban depannya sedikit tak terisi penuh ditambah batu kecil yang bercokol di tengah jalan. Dua hal itu sudah cukup membuat Maja tersungkur. Motornya terpental langsung menabrak tiang listrik. Tiga detik kemudian, disusul Maja yang terjatuh, membentur tembok pagar rumah salah seorang warga.
Brakk!!!