Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Emak dan Anak yang Saling Berbagi Google Meet

31 Januari 2021   16:05 Diperbarui: 5 Februari 2021   22:19 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, di pagi yang tersaput awan, salah satu sekolah madrasah di desa saya mengadakan rapat dengan para orang tua wali murid dengan menggunakan Google Meet. Ini adalah pertama kalinya sekolahan itu menjalankan meeting virtual dengan wali murid selama pandemi.

Yang menjadi perhatian sebelum memulai rapat virtual ini tentu saja para emak-emak. Bagaimana tidak, mereka yang biasanya memegang pisau dapur, harus dihadapkan dengan pegangan baru yakni smartphone. Sesuatu yang awam bagi mereka. Mengajar anak sendiri sudah membuat pusing apalagi diajak meeting virtual. Yang terjadi malah riweuh sendiri. Belum lagi untuk mengunduh aplikasi Google Meet, tambah pusing tuh.

Baiklah, saya membantu menginstal aplikasi dan login ke Google Meet. Karena saya sendiri pun tidak yakin kalau para emak ini bisa login sendiri. Peace, bercanda Mak ....

Kalian pasti bisa menebak outfit yang dipakai emak-emak ini untuk meeting virtual. Yap, bawahan menggunakan rok sepertiga yang biasa dipakai di dapur, atasan hanya memakai kaos sehari-hari, dan yang terlihat rapi hanya kerudung. Itu pun hasil pinjaman. 

Sambil menunggu meeting dimulai, mereka berkelakar ketika melihat salah seorang wali murid di layar meeting, "Lho, lho ... kae sopo mangan enak-enak ke? Oh ... Mbak Tri. He ... Mbak Tri ojo panggah mangan ae!" Dan mereka ngakak sepuasnya.

Ada satu kejadian langka ketika meeting kali ini yakni mempersatukan anak dan emak. Kalian tahu sendirilah ketika sekolah online, bagaimana pusingnya emak-emak mengajar anaknya sendiri. Sampai-sampai mengakibatkan emosi tingkat sepuluh dan migrain. Sang anak pun dengan santainya tak terlalu menggubris omelan emaknya. Ternyata prinsip sang anak sekolah turun temurun juga: masuk kuping kanan dan segera keluar dari kuping kiri.

Namun, kali ini mereka sangat akur. Bahkan saling berbagi Google Meet. Segala emosi yang telah dikeluarkan selama ini seolah pudar, tak tersisa. Mereka juga berbagi tempat. Kalau gini kan enak dilihatnya.

Meeting dimulai. Mereka mendengarkan dengan saksama. Kalau sinyal jelek, mereka akan berteriak. Kalau tak mengerti dengan ucapan sang guru, mereka akan bertanya-tanya. Kalau sudah bosan, mereka akan meletakkan smartphone dan nyemil. Terkadang keluar lontaran kalimat, "Nyusahne tok. Wayahe ngene wes oleh penggaeyan akeh."

Ya begitulah potret emak-emak kalau disuruh meeting virtual. Ada yang menerima dengan legowo, menikmati prosesnya, bahkan tak jarang ngomel-ngomel sendiri karena masalah sinyal. Di beberapa sekolah, mereka mengeluarkan kebijakan agar orang tua murid diminta menyetor nomor ponsel untuk diisi paket data gratis. Mantap. Nah, kalau itu saya setuju. Enggak tahu sih, gimana kebijakan sekolah lainnya. 

Terakhir dari saya, jika sekolah tidak segera dibuka, kayaknya kerja kelompok menjadi opsi yang menarik. Enggak usah sering-sering, cukup seminggu tiga kali. Dan enggak usah banyak-banyak, empat atau lima anak cukup. Anak-anak ini kan membutuhkan bertemu dengan teman-temannya, bercengkrama secara normal. Anak-anak ini pastinya sudah sangat bosan belajar di rumah saja. Apa yang mereka dapatkan selama belajar di rumah?

Tidak ada rasa yang dibangun ketika anak-anak belajar secara mandiri.

Dengan terus-terusan belajar dari rumah, maka tidak ada energi yang dirasakan anak-anak ini selayaknya dengan teman-teman biasanya. Kalau biasanya di sekolahan mereka membutuhkan teman untuk memantik ilmu agar masuk ke otak mereka. Lantas kini siapa yang akan menjadi pemantik ilmu lagi atau untuk menjadi kompetitor dalam meraup ilmu?

Sebagai penutup, tulisan saya di atas enggak usah diambil hati, ini hanya tulisan remeh-temeh saja. Peace, salam sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun