Begini ya, saya juga pernah tidak pernah percaya sama polisi. Alasan saya cukup logis, dulu sewaktu kena tilang, saya disuruh seorang polisi membayar uang 500 ribu ke bank. Saya nurut saja, lha wong tidak paham. Saat saya jalani, prosesnya sangat panjang dan rumit, saya harus bolak-balik ke bank dan pengadilan. Setelah menerima STNK pun saya disuruh kembali ke bank untuk mengambil sisa dari bayar tilang.
Nah, di saat yang bersamaan, salah satu kerabat juga kena tilang tetapi dia langsung membayar di pengadilan, tidak perlu repot ke bank dulu. Kata petugasnya, tidak apa-apa langsung membayar di pengadilan. Dan itu tidak dipermasalahkan oleh petugas pengadilannya. Di saat seperti itulah saya merasa dipermainkan oleh perkataan polisi.
Misal ada yang tidak percaya polisi atau bahkan membenci itu sah-sah saja, enggak ada yang hukum yang mengikat juga. Tetapi harus ada alasan logis dong. Jangan asal jeplak seperti kambing kekurangan makanan.
Pusing saya tuh kalau mendengar orang yang seperti itu. Ujung-ujungnya pun hanya debat kusir. Ingin menasehati tapi nanti dibilang sok bijak. Mau mengingatkan takutnya malah ngelunjak. Jadilah hanya bisa memaki dalam hati seraya berkata, "Karepmu wes!!!"
Memang sih, di luar banyak simpang siur berita tentang polisi. Misalnya, ketika mobil polisi lewat di depan rumah, pasti akan selalu menimbulkan omongan. "Siapa yang kena kasus baru?" atau "Pasti polisi itu mau menangkap si anu." Seakan-akan polisi punya image yang jelek di lingkungan masyarakat.
Padahal siapa tahu, mobil polisi itu numpang lewat karena jalanan yang biasanya lagi ada perbaikan. Stay positive!
Daripada bertemu dengan orang seperti itu, lebih baik ngudud sembari menikmati alunan musik Fiersa Besari ditambah secangkir kopi. Betapa syahdunya dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI