Silakan percaya atau tidak sama polisi, yang jelas kalau ingin tidak percaya, harus punya alasan logis dong.
Polisi itu terkadang lucu ya, seperti demo tahun kemarin. Seorang polisi malah join rokok sama pendemo. Tetapi enggak masalah asalkan rokoknya satu bungkus utuh bukan ngutil. Ada juga polisi usil. Ini polisi banyak dijumpai sewaktu mengamankan hajatan atau dangdutan. Kalau di hajatan, biasanya dia menyembunyikan makanan rekannya sendiri sementara kalau di dangdutan, dia malah ikut joget seperti penonton yang lain. Nyatanya, goyangannya pun lebih luwes dari biduan.
Namun, seringkali mendengar tetangga saya menggerutu tentang polisi. Pasalnya, tanpa ada rambu tiba-tiba dia diberhentikan polisi kemudian ditilang. Padahal hari-hari sebelumnya tidak ada informasi tentang operasi zebra.
Ketika saya tanya apa musabab penilangan itu dia berkata bahwa tidak pakai helm dan tidak bawa surat-surat kendaraan. Mendengar jawaban yang seperti itu, saya hanya mengumpat di dalam hati, "Koplak kowe!!!"
Lha jelas-jelas dalam lalu lintas ada peraturannya, tidak asal naik terus ngegas. Kalau ditilang karena tidak pakai helm atau tidak bawa surat dan selepas itu masih jengkel sama polisi, itu namanya "Ah ... sudahlah". Terang salah kok masih mengelak, gondok pula.
Seperti kemarin nih, teman saya tiba-tiba datang tanpa permisi, ujug-ujug misuh-misuh. Saya awalnya heran, enggak seperti biasanya teman saya ini berkata kasar. Raut mukanya pun tampak kesal. Dia kemudian langsung mengambil tempat duduk dan langsung berucap, "Mulai sekarang aku tak percaya polisi."
Saya langsung kaget lantas menyuruh teman saya ini untuk menceritakan kronologi mengapa dia sampai mengeluarkan kalimat seperti itu.
"Aku kan habis membeli onderdil motor terus langsung pulang. Kebetulan sengaja lewat jalanan yang sepi. Tiba-tiba dari belakang ada polisi klakson-klakson, menyuruh untuk menepi. Kemudian ditanya surat-surat, aku langsung tunjukkan. Polisi itu lalu menanyakan di mana spionku. Kebetulan juga spionku pecah dan tidak aku pasang. Dia lalu memberikan tilang kepadaku. Cari-cari mangsa tuh polisi."
"Kalau begitu kau salah."
"Masa masalah spion saja dipermasalahin. Jelas cari uang tambahan itu."
Kalau sudah seperti ini akan berakibat panjang jika di antara kami berdua tidak ada yang mengalah. Sebagai seorang yang lebih dewasa, saya akhirnya mengendur, tak melanjutkan omongan. Tetapi di dalam hati, saya berkata, "Halah mbell!!!"