Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Negeri Canda

21 Desember 2020   06:58 Diperbarui: 21 Desember 2020   07:35 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: getwalls.io

"Di negeri itu kamu bisa melihat laut yang sangat luas. Banyak ikan yang menumpang hidup di dalamnya. Dan itu dimanfaatkan baik oleh penduduknya. Mereka bekerja sebagai nelayan, setiap malam mereka berangkat berlayar ke tengah laut dengan perahu kayu yang sederhana. Mereka bahu-membahu menjaring ikan. Apabila tangkapannya sudah banyak, mereka akan menepi dan menjual hasil tangkapannya kepada orang-orang. Itulah mengapa orang-orang di sana pintar semua karena mereka suka makan ikan.

"Tanahnya juga subur. Kamu mau menanam apa? Durian? Pinus? Randu? Semua bisa ditanam di sana. Pernah ada seseorang yang mencoba menanam jagung dan dia tidak menyangka bahwa tiga bulan ke depannya, jagungnya sudah bisa dipanen. Tapi kebanyakan dari orang-orangnya suka menanam padi. Bahkan negeri itu dijuluki sebagai lumbung padi dunia. Semua negara di dunia berbondong-bondong untuk belajar kepada negeri Canda itu. Negara paling maju pun rela menghabiskan keringatnya hanya untuk mencuri ilmu dari negeri Canda itu."

"Jadi, kalau Fadlu banyak makan ikan, Fadlu bisa pintar dong, Kek?" tanya Fadlu. Dia  mulai antusias.

"Tentunya, enggak makan ikan pun sekarang kamu juga sudah pintar." Si Kakek mengelus rambut Fadlu.

"Kakek teruskan ceritanya. Di negeri itu kamu harus hati-hati jika ingin memasukinya. Kamu akan terkejut dengan apa yang terjadi. Karena di sana semua hal bisa menjadi kebalikan. Jika kamu berbicara serius, kamu malah ditertawakan orang-orang. Jika kamu melemparkan lelucon, kamu bisa dianggap serius oleh penduduknya. Pernah suatu waktu, ada orang yang melawak dan itu lucu sekali tapi malah dilaporkan kepada aparat. Untungnya, dia banyak yang membela kalau tidak, pasti dia akan masuk ke pengadilan.

"Setiap bulan tertentu kamu bisa melihat hiburan yang diselenggarakan oleh penduduknya. Dalam hiburan itu, semua adat dan kesenian yang dimiliki negeri itu ditampilkan. Tapi yang menjadi favorit satu yaitu kamu bisa melihat laki-laki yang berdandan seperti perempuan begitu juga sebaliknya. Orang-orang yang mau melakukan itu, pasti mereka terkenal. Dicari-cari, dimintai foto bahkan bisa masuk televisi, menjadi artis. Hanya dengan modal berdandan dan membuang rasa malu mereka sendiri."

Mata Fadlu memperhatikan dengan serius cerita dari kakeknya. Setiap kalimat yang keluar dari mulut kakeknya yang sudah beruban itu pasti ditangkap dengan baik.

"Mau Kakek lanjutin atau tidak?" tanya si Kakek kepada Fadlu.

"Lanjutin dong, Kek," kata Fadlu penuh harap.

"Di negeri Canda adalah tempat bermain paling seru, kamu bisa bermain semaunya. Tempat bermainnya pun disediakan oleh negara. Apapun jenis permainan yang kamu inginkan: jungkat-jungkit, ayunan, bola, takraw, semuanya tersedia. Anak-anak kecil seperti kamu ini sangat bahagia. Dari pagi ketemu pagi lagi hanya dihabiskan dengan bermain. Tak ada yang melarang dan tak ada yang memperingatkan.

"Perlu kamu ketahui juga, Fad ... tak hanya anak kecil yang bermain. Orang dewasa juga disediakan tempat bermain. Lebih besar, lebih glamor, dan lebih bagus. Orang dewasa ini lucu kalau hendak bermain, mereka akan memakai pakaian yang rapi supaya terlihat elegan dan dihormati teman-temannya. Mereka juga berangkat ke taman bermain dengan mobil yang mewah. Tapi selalu ada risiko di setiap permainan. Kamu harus bisa bekerja sama dengan baik. Jika kamu berusaha menentang teman-temanmu atau pemilik tempatnya, kamu bisa dilempar ke luar. Dan jika kamu ingin masuk kembali, kamu harus membayar dengan mahal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun