Akhir-akhir ini cyberbullying marak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya untuk para Publik Figure. Banyak sekali publik figure yang mengalami cyberbullying, salah satunya adalah Kesha Ratuliu. Sesuai dengan apa yang saya baca pada situs pemberitaan online, di antaranya hot.detik.com dan kompas.com, Kesha Ratuliu mendapatkan beberapa lontaran kebencian. Di antaranya adalah karena bentuk tubuhnya yang terlalu gemuk dan di nilai oleh
netizen bahwa Kesha Ratuliu hamil dengan mantan pacarnya, hinggan hasil USG yang pernah Kesha Ratuliu posting di story instagramnya yang di nilai oleh netizen bahwa USG tersebut adalah hasil USG kehamilannya.
Saya tertarik membahas kasus ini kembali di karenakan kasus body shamming sudah sering terjadi di kalangan masyarakat luas, khususnya untuk para publik figure. Sehingga kasus tentang body shamming masih akan menjadi pembahasan yang hangat untuk di perbincangkan. Selain itu, saya juga tertarik karena dari Kesha Ratuliu menanggapi cyberbullying tersebut dengan sabar, dari cara menanggapinya tersebut lalu Kesha Ratulium memamerkan bentuk tubuhnya yang sudah ideal kembali setelah mengalami cyberbulling ini.
Bila perbuatan cyberbullying ini dibiarkan terus menerus oleh Kesha Ratuliu atau masyarakat luas, maka akan membuat psikis dari Kesha Ratuliu atau orang yang
mengalaminya akan terganggu. Beruntungnya Kesha Ratuliu dengan cepat menanggapi pemberitaan miring tentang dirinya dengan mengunggah sebuah story klarifikasi di akun media sosialnya. Pentingnya sebuah media informasi mengenai cyberbullying di kalangan
masyarakat, supaya para remaja sadar akan dampak dan bahaya dari cyberbullying tersebut.
Menurut Teori Peluru (Teori Jarum Hipodermik), dalam komunikasi massa diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, terarah, dan segera. Karena media massa dapat menimbulkan efek yang kuat, cyberbullying tersebut masuk ke
dalam kategori cyberbullying denigration. Mengapa disebut cyberbullying denigration? Karena dianggap dapat mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir, berperilaku sesuai apa yang diinginkan oleh orang lain. Lalu juga dapat mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi pada dirinya, sehingga dengan mudah memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu hal.
Kasus mengenai cyberbullying masih menjadi salah satu kasus yang sangat serius di tengah masyarakat, khususnya di Indonesia. Dampak yang dapat di timbulkan dari kasus cyberbullying di media sosial ini adalah, korban akan sering kali merasa depresi dengan apa yang dia alami. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bila kasus cyberbullying terus menerus di diamkan, akan membuat psikis dari orang yang mengalaminya akan terganggu. Dengan begitu, makin banyak orang yang mengalami gangguan mental hanya karena kasus cyberbullying ini.
Kadang kala, orang yang melakukan cyberbullying tidak sadar bahwa tindakannya termasuk dalam tindakan cyberbullying. Hal itu di karenakan cyberbullying mudah dilakukan, karena mudahnya mendapat informasi negatif dengan mudah untuk disebarkan dengan cepat, dengan tujuan untuk menjatuhkan harga diri korban. Informasi yang di dapat juga dengan mudah disebarkan secara cepat karena fitur jejaring sosial yang mudah untuk disalahgunakan oleh pelaku cyberbullying ini.
Dengan demikian, tindakan cyberbullying harus di tindak lanjuti oleh pihak yang berwenang. Supaya tidak semakin banyak korban-korban dari kasus cyberbulying ini, baik dari kalangan publik figure maupun kalangan masyarakat biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H