Kamis, 2 Agustus 2018, kita boleh berbangga, Jakarta International Equestrian Park (JIEP) satu diantara banyaknya official venue Asian Games XVIII telah diresmikan. Inilah arena ketangkasan berkuda ke-3 di Asia yang berstandar internasional, Federation Equestre Internationale (FEI) dan juga telah didukung dengan terbitnya sertifikat bebas penyakit atau equine disease free zone (EDFZ) yang merupakan syarat utama untuk bisa menggelar pertandingan ketangkasan berkuda saat Asian Games XVIII Tahun 2018 nanti.
Fasilitas kandang kuda equestrian (dokpri)
Di atas kawasan 35 Hektar, Equestrian dilengkapi dengan fasilitas arena bertanding utama (80x100 m), arena pemanasan (75x80 m), arena berlatih (40x80 m dan 62x80 m), juga ada area
cross country +/- 3200 m dan area lain yang istilah sangat asing bagi orang awam seperti kita seperti arena area
lunguing,
horse walker, area
paddock yang memang dibutuhkan oleh kuda yang akan mengikuti ajang pertandingan.
Klinik kuda equestrian (dokpri)
Nanti kalau ada kesempatan untuk melihat secara langsung, salah satunya coba lihat kandang kuda
horse stable (
plus farrier quarter) yang ada di Equestrian itu ternyata tingkat loh. Yang lebih mencengangkan ada kliniknya, ruang mandi kuda, ada ruang dokter hewannya, ada ruang isolasinya bagi kuda yang perlu diisolasi, dan tak kalah penting juga ada fasilitas
groom dormitory yang dikhususkan bagi penunggang kuda saat bertanding nantinya.Â
groom dormitory equestrian (dokpri)
Bagi anda warga sekitar lokasi, mungkin anda sadar betul dan mengikuti perkembangan transformasi pembangunan fisiknya sejak 22 Juni 2016 silam. Berawal dari arena balap kuda, kini menjelma sebagai arena ketangkasan berkuda bertaraf internasional dengan fasilitas utama dan pendukung yang sangat lengkap salah satunya termasuk fasilitas yang ada di tribun utama yang didesain ramah terhadap difabel seperti akses ke tribun yang bersahabat dan fasilitas
lift yang memang dikhususkan.
tribun equestrian ramah difabel (dokpri)
Equestrian yang memiliki kapasitas kurang lebih 1.000 penonton pada tribun utamanya juga memiliki fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan untuk bermain di taman dan atau sekedar duduk bersama menghabiskan waktunya di sore hari. Yang membahagiakannya fasilitas umum tersebut juga ramah terhadap difabel, dimana mereka dapat ikut menikmati fasilitas umum yang ada. Â Â
Akses difabel di equestrian (dokpri)
Arena
olahraga yang berlokasi di Pulo Mas, Jakarta Timur yang relatif mudah diakses baik oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum ini juga cocok untuk anda yang membutuhkan
venue eksklusif untuk menikah, seminar, atau acara-acara
meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE), karena Equestrian pada tribun utamanya dilengkapi dengan
ballroom function/ballroom (
lounge) di lantai 4,
meeting room di lantai 2 serta 3, dan
food and beverages di lantai 1 dan
mall di samping persis Equestrian juga fasilitas parkir yang luas.
Grand ballroom equestrian (dokpri)
Perjalanan hari itu saya lanjutkan ke official venue Asian Games XVIII lainnya yaitu Jakarta International
Velodrome. Cukup 10 menit perjalanan dari Kawasan Pulo Mas tempat Jakarta International Equestrian Park megah berdiri. Sama halnya dengan
equestrian, sejak awal dirancang sampai dengan 100% siap digunakan, saya hanya melihat
on paper progres pekerjaan
velodrome dari bulan ke bulan. Baru kemarin, punya kesempatan untuk sekedar foto-foto syantik dan wow saya kembali ikutan bangga sebagai warga negara kalau Jakarta termasuk Indonesia punya Velodrome berkelas dan berstandar internasional.
Jakarta International Velodrome (dokpri)
Mungkin sebagian dari kita sudah tahu, kalau dulu kawasan velodrome ini juga memang sudah menjadi tempatnya arena balap sepeda. Tetapi velodrome yang sekarang ini yang rencananya akan diresmikan dalam waktu dekat dulunya masih berbentuk
outdoor, kalau hujan kehujanan dan kalau panas kepanasan. Bangunan lama dirobohkan dan berdirilah kemudian dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun bangunan baru
indoor berstandar Asosiasi Sepeda Internasional atau Union Cycliste Internationale (UCI) dan Jakarta International Velodrome menjadi yang terbaik di Asia dengan klasifikasi kelas 1 (pertama) dan bahkan layak digunakan untuk Olimpiade.
Jakarta International Velodrome (dokpri)
Velodrome yang berdiri di atas tanah milik Provinsi DKI Jakarta ini memiliki kapasitas 3.000 penonton. Waktu pertama kali menginjakan kaki di dalamnya,
nyess, adem kayak di mall-mall. Ya Velodrome memang punya fasilitas pendingin ruangan dan dilengkapi dengan alat pengatur kelembaban udara sebab
track kayu lintasan yang memang didatangkan khusus berbentuk kayu siberia ini tetap perlu dijaga kualitasnya sesuai standar internasional. Selain itu, velodrome juga didesain dengan fasilitas
lift dari dasar menuju lantai 3 untuk kemudahan para difabel untuk ikut menyaksikan pertandingan dan merasakan kemegahan dari dalam.
Ya, saya hari itu ikut merasakan sebuah kebanggaan dua dari beberapa venue olahraga yang telah didesain dan telah memberikan ruang yang ramah bagi para difabel. Dulu kita mungkin hanya bisa melihat di televisi saat difabel begitu dihormati di stadion-stadion sepakbola Liga Premier Inggris, tetapi kini bangunan olahraga kita di Indonesia telah menjelma menjadi bangunan yang memanusiakan manusia dengan berbagi ruang bagi para difabel salah duanya yakni Jakarta International Equestrian Park dan Jakarta International Velodrome.
fasilitas pendukung plasa velodrome (dokpri)
Tidak hanya difabel yang diberi ruang, velodrome yang ada di dalam kawasan juga dilengkapi plasa terbuka hijau dengan polesan-polesan yang juga menawan dengan fasilitas pendukung seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan basket, bulutangkis, parkir kendaraan termasuk parkir sepeda. Untuk berkunjung ke Velodrome, di Rawamangun Jakarta Timur tidak sulit. Anda bisa naik TransJakarta dari pusat Kota ataupun naik LRT Jakarta jika anda dari kawasan Kelapa Gading.
parkir sepeda pengunjung velodrome (dokpri)
Nampaknya, bangunan-bangunan yang berdiri di dalam maupun di luar dengan fasilitas pendukung benar-benar telah dipersiapkan untuk pasca event Asian Games XVIII yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas masyarakat bersama keluarga ketika akhir pekan dan kegiatan MICE, termasuk arena ruang tengah di Velodrome yang juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan eksebisi, pernikahan, konser, gala dinner dan lain-lain pasca event Asian Games XVIII. Velodrome juga telah menyediakan ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk rapat apabila ada acara-acara. Adanya fasilitas-fasilitas tersebut tentu menjadi penting agar fasilitas tersebut setidaknya dapat menjadi alternatif solusi untuk menutupi biaya operasional yang akan ditanggung ke depannya.
Halte Velodrome TransJakarta (dokpri)
Kebanggaan BersamaKetika Indonesia ditunjuk secara resmi sebagai tuan rumah Asian Games XVIII Tahun 2018 oleh Dewan Eksekutif Olimpiade Asia tanggal 19 September 2014, ini merupakan kebanggaan bersama. Dalam sebuah forum diskusi, 19 April 2018 di Bank Indonesia Perwakilan Jakarta, Sesmenpora RI, Gatot S Dewa Broto  menyebutkan akan ada 45 negara Asia, 15 ribu atlet dan official, 5 ribu media members, 30 ribu volunteers dan tenaga kerja serta 5 miliar pasang mata dari seluruh dunia semua tertuju ke Indonesia.Â
Forum Diskusi bersama Sesmenpora (dokpri)
Ketika Provinsi Jawa Barat dan Banten yang wilayahnya juga kebagian dalam penyediaan
official venues Asian Games XVIII namun secara resmi tidak masuk dalam
tagline seperti Jakarta serta Palembang, dan kedua Provinsi tersebut berbesar hati dengan tetap ikut menyukseskan dan menjalankan Keputusan Presiden No 12/2015 dan Instruksi Presiden No 2/2016 tentang Asian Games XVIII itu juga merupakan kebanggaan bersama. Â Â
Maka sama seperti itu seharusnya, venue baru yang berdiri seperti Jakarta International Equestrian Park dan Jakarta International Velodrome juga merupakan kebanggan bersama. Kadang politik telah banyak memisahkan kita semua dalam banyaknya perbedaaan yang sengaja kita buat termasuk dalam menyikapi siapa yang paling berjasa sekaligus disaat bersamaan menegasikan peran-peran orang lain. Padahal semua pihak punya peran, dalam konteks Jakarta, Pak Ahok punya peran, Pak Anies juga punya peran. Pemerintah Pusat punya peran, Pemerintah Daerah punya peran, anggota dewan juga punya peran, BUMD punya peran, BUMN punya peran, bahkan maafÂ
cleaning service sekalipun juga punya peran termasuk kita sebagai warga biasa juga punya peran, karena pajak-pajak yang kita bayarkan mulai dari pajak bangunan, kendaraan sampai restoran menjadi sumber pendapatan utama APBD, dari APBD jadilah semua fasilitas olahraga tersebut dengan standar internasional.
Peran kita sebagai apapun profesi kita itu punya 3 tahapan (
staging) 3S: Sebelum, Sesaat berlangsungnya Asian Games XVIII dan Setelahnya. Yang paling menantang adalah setelahnya. Sedikitnya ada dua tantangan.
Pertama, bagaimana fasilitas internasional yang lengkap tersebut punya tantangan agar tetap terawat dan terjaga kualitasnya, karena khususnya
venue-venue yang telah berstandar internasional memiliki beban biaya operasional rutin yang juga cukup besar seperti beban listrik, air dan tenaga kerja.
Pengelolaannya perlu  kreatifitas untuk sering mengadakan event-event bertajuk nasional, internasional termasuk event-event MICE yang memang telah disediakan ruangnya. Maka pengelola venue siapapun dapat mengandeng pihak-pihak lainnya baik BUMD/N termasuk swasta. Menurut pendapat pribadi saya, kalaupun harus menambahkan nama venue dengan nama sponsor yang mau bekerjasama agar fasilitas yang ada tetap terawat seperti nama beberapa stadion sepakbola di luar negeri yang identik dengan nama sponsor utamanya buat saya pribadi tak menjadi persoalan tinggal dipikirkan payung hukumnya. Ini bukan soal privatisasi atau liberalisasi, ini soal bagaimana venue tersebut dapat terjaga kualitasnya, tidak menjadi museum seperti halnya fasilitas-fasilitas mewah yang dibangun dari dana APBD/N yang kini terbengkalai.
Tantangan kedua adalah infrastruktur-infrastruktur yang telah terbangun, direnovasi yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta, Palembang, Jawa Barat dan Banten dapat dimanfaatkan oleh para pengurus olahraga dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, BUMD/N dan termasuk swasta, untuk melahirkan atlet-atlet berprestasi kelas dunia. Kini kita tidak boleh inferior lagi untuk bersaing dengan orang luar negeri karena kini kita punya fasilitas penunjang yang juga lengkap berstandar internasional. Pilihannya ada di kita, mau dan mampukah kita memanfaatkannya?
Terakhir, saya mohon izin untuk menyampaikan sekaligus mengganti kata Persija menjadi Indonesia dari lirik lagu yang diciptakan Bung Ferry, Ketua Umum Jakmania saat ini:Â
Genggam erat lambang di dadamu.Â
Pastikan jadi harga diri.
Suatu kebanggaan suatu ke hormatan.
Genggam erat lambang di dadamu.
Indonesia menyatukan kita semua.Â
Hapus segala perbedaan.Â
Selamanya Indonesia semua bersaudara. Â
Indonesia menyatukan kita semua.Â
Indonesia menyatukan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Olahraga Selengkapnya