Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Di Balik Layar Asian Games XVIII Tahun 2018

3 Agustus 2018   13:42 Diperbarui: 3 Agustus 2018   14:04 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fasilitas pendukung plasa velodrome (dokpri)

parkir sepeda pengunjung velodrome (dokpri)
parkir sepeda pengunjung velodrome (dokpri)
Nampaknya, bangunan-bangunan yang berdiri di dalam maupun di luar dengan fasilitas pendukung benar-benar telah dipersiapkan untuk pasca event Asian Games XVIII yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas masyarakat bersama keluarga ketika akhir pekan dan kegiatan MICE, termasuk arena ruang tengah di Velodrome yang juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan eksebisi, pernikahan, konser, gala dinner dan lain-lain pasca event Asian Games XVIII. Velodrome juga telah menyediakan ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk rapat apabila ada acara-acara. Adanya fasilitas-fasilitas tersebut tentu menjadi penting agar fasilitas tersebut setidaknya dapat menjadi alternatif solusi untuk menutupi biaya operasional yang akan ditanggung ke depannya.

Halte Velodrome TransJakarta (dokpri)
Halte Velodrome TransJakarta (dokpri)
Kebanggaan Bersama

Ketika Indonesia ditunjuk secara resmi sebagai tuan rumah Asian Games XVIII Tahun 2018 oleh Dewan Eksekutif Olimpiade Asia tanggal 19 September 2014, ini merupakan kebanggaan bersama. Dalam sebuah forum diskusi, 19 April 2018 di Bank Indonesia Perwakilan Jakarta, Sesmenpora RI, Gatot S Dewa Broto  menyebutkan akan ada 45 negara Asia, 15 ribu atlet dan official, 5 ribu media members, 30 ribu volunteers dan tenaga kerja serta 5 miliar pasang mata dari seluruh dunia semua tertuju ke Indonesia. 

Forum Diskusi bersama Sesmenpora (dokpri)
Forum Diskusi bersama Sesmenpora (dokpri)
Ketika Provinsi Jawa Barat dan Banten yang wilayahnya juga kebagian dalam penyediaan official venues Asian Games XVIII namun secara resmi tidak masuk dalam tagline seperti Jakarta serta Palembang, dan kedua Provinsi tersebut berbesar hati dengan tetap ikut menyukseskan dan menjalankan Keputusan Presiden No 12/2015 dan Instruksi Presiden No 2/2016 tentang Asian Games XVIII itu juga merupakan kebanggaan bersama.   

Rapat pimpinan (dokpri)
Rapat pimpinan (dokpri)
Maka sama seperti itu seharusnya, venue baru yang berdiri seperti Jakarta International Equestrian Park dan Jakarta International Velodrome juga merupakan kebanggan bersama. Kadang politik telah banyak memisahkan kita semua dalam banyaknya perbedaaan yang sengaja kita buat termasuk dalam menyikapi siapa yang paling berjasa sekaligus disaat bersamaan menegasikan peran-peran orang lain. Padahal semua pihak punya peran, dalam konteks Jakarta, Pak Ahok punya peran, Pak Anies juga punya peran. Pemerintah Pusat punya peran, Pemerintah Daerah punya peran, anggota dewan juga punya peran, BUMD punya peran, BUMN punya peran, bahkan maaf cleaning service sekalipun juga punya peran termasuk kita sebagai warga biasa juga punya peran, karena pajak-pajak yang kita bayarkan mulai dari pajak bangunan, kendaraan sampai restoran menjadi sumber pendapatan utama APBD, dari APBD jadilah semua fasilitas olahraga tersebut dengan standar internasional.

Rapat pimpinan (dokpri)
Rapat pimpinan (dokpri)
Peran kita sebagai apapun profesi kita itu punya 3 tahapan (staging) 3S: Sebelum, Sesaat berlangsungnya Asian Games XVIII dan Setelahnya. Yang paling menantang adalah setelahnya. Sedikitnya ada dua tantangan. Pertama, bagaimana fasilitas internasional yang lengkap tersebut punya tantangan agar tetap terawat dan terjaga kualitasnya, karena khususnya venue-venue yang telah berstandar internasional memiliki beban biaya operasional rutin yang juga cukup besar seperti beban listrik, air dan tenaga kerja.

Pengelolaannya perlu  kreatifitas untuk sering mengadakan event-event bertajuk nasional, internasional termasuk event-event MICE yang memang telah disediakan ruangnya. Maka pengelola venue siapapun dapat mengandeng pihak-pihak lainnya baik BUMD/N termasuk swasta. Menurut pendapat pribadi saya, kalaupun harus menambahkan nama venue dengan nama sponsor yang mau bekerjasama agar fasilitas yang ada tetap terawat seperti nama beberapa stadion sepakbola di luar negeri yang identik dengan nama sponsor utamanya buat saya pribadi tak menjadi persoalan tinggal dipikirkan payung hukumnya. Ini bukan soal privatisasi atau liberalisasi, ini soal bagaimana venue tersebut dapat terjaga kualitasnya, tidak menjadi museum seperti halnya fasilitas-fasilitas mewah yang dibangun dari dana APBD/N yang kini terbengkalai.

Tantangan kedua adalah infrastruktur-infrastruktur yang telah terbangun, direnovasi yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta, Palembang, Jawa Barat dan Banten dapat dimanfaatkan oleh para pengurus olahraga dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, BUMD/N dan termasuk swasta, untuk melahirkan atlet-atlet berprestasi kelas dunia. Kini kita tidak boleh inferior lagi untuk bersaing dengan orang luar negeri karena kini kita punya fasilitas penunjang yang juga lengkap berstandar internasional. Pilihannya ada di kita, mau dan mampukah kita memanfaatkannya?

Terakhir, saya mohon izin untuk menyampaikan sekaligus mengganti kata Persija menjadi Indonesia dari lirik lagu yang diciptakan Bung Ferry, Ketua Umum Jakmania saat ini: 

Genggam erat lambang di dadamu. 

Pastikan jadi harga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun