Kenapa saya jawab demikian. Boleh percaya boleh tidak, 27 Mei 2010, ketika laga Persija vs Persema waktu itu berakhir, saya mulai keluar dari Gelora Bung Karno. Ketika ada seseorang yang dipukuli entah apa penyebabnya toh polisi juga yang menyelamatkan si korban dan membubarkan para pengeroyok.
Bersama Bule asal Inggris, sepakbola tanpa anarkis tentu akan sangat menarik
Dalam konteks yang lebih luas, sosok polisi yang sudah diakui dan dikenal luas kejujurannya dan kebaikannya seperti Jenderal Hoegeng, Aiptu Sulaiman asal Mapolsek Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara, Aiptu Jailani Satlantas Polres Gresik hingga Bripka Seladi asal Polres Malang Kota juga tak pantas sama sekali dicap sebagai A.C.A.B.
Sama halnya dengan The Jakmania. Saya juga sangat yakin bahwa tidak semua The Jakmania juga bi*d*b. Anda pernah dengar Ronaldikin? Orang Bandung pecinta Persib yang mirip dengan pesepakbola dunia asal Brazil, Ronaldinho.Â
Waktu itu saya menyaksikan laga Persija vs Persib juga di Gelora Bung Karno 30 Oktober 2010. Karena wajahnya cukup populer, maka selepas laga, tiba-tiba bogem mentah dari para Rojali (Rombongan Jak Liar) bersarang diwajahnya. Tetapi toh, teman-teman The Jak juga yang akhirnya menyelamatkannya.
Berpose bersama Ronadikin di GBK selepas laga Persija vs Persib
Maka, sebagai kesimpulan akhir, pribadi kitalah yang menentukan, apakah kita mau dicap sebagai polisi b*st*rd atau akan dikenal dan dikenang sebagai seorang polisi yang baik dan bekerja sesuai protap. Begitu juga jika diri kita sebagai suporter, apakah kita memilih sebagai suporter yang bi*d*b atau suporter yang santun di dalam dan luar stadion.
Lihat Bola Selengkapnya