Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Surat Terbuka untuk Divine Production

24 April 2015   11:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_412348" align="aligncenter" width="422" caption="Divine Production"][/caption]

Saya ingat betul, puluhan tahun ibu saya mengajar di SMAN 109 DKI Jakarta. Setiap pagi, 05.30 wib, ketika matahari masih malu-malu menampakan sinarnya, ibu sudah berangkat bekerja. Jauh, dari sebuah kota di luar DKI Jakarta. Ibu naik kendaraan umum, dari angkot ke angkot, mungkin bisa berjam-jam ketika macet. Tapi semua dilaluinya sampai Ibu pensiun tahun ini. Sama seperti guru-guru lainnya, ibu mengemban misi negara untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa, minimal ya kehidupan murid-muridnya bisa lebih baik dari kehidupannya dan guru-guru yang lain.

Guru itu digugu dan ditiru. Ibu dan guru-guru lainnya selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Kalau tidak sakit, ibu selalu semangat dalam mengajar, pergi pagi pulang sore bahkan menjelang matahari terbenam ibu baru pulang. Kami anak-anaknya dirumah tentu bersyukur punya ibu yang seorang guru meski waktunya lebih banyak dibagi kepada murid-muridnya. Setidaknya kami yakin, menjadi seorang guru berarti membuka pintu amalan bagi ibu dan guru-guru lain dimana dalam kepercayaannya amalannya akan terus mengalir dari pintu ilmu yang bermanfaat yang dibaginya kepada murid-muridnya.

Jerih payah dengan keringat yang dibangun Ibu dan guru-guru lainnya seolah runtuh melihat nama sekolahnya dicatut oleh Divine Production. Sebagai anak guru tentu saya ikut menyesalkan, ini bukan urusan moral, saya juga gak urus moral lain, kalo boleh memilih saya akan lebih mengurus moral saya sendiri. Surat ini saya tulis juga bukan berarti saya lebih baik dari orang lain dan Divine Production, saya dan juga mungkin guru-guru yang lain juga sama dan akan bertanya, kenapa secara institusi nama sekolah ikut dicatut. Padahal saya yakin, 100% seandainya pun Divine Production izin kesekolah masing-masing, tidak ada satupun sekolah secara institusi yang akan mendukung acara tersebut. Ini keyakinan saya dan juga mungkin anda akan sama seperti saya.

Terimakasih juga telah membatalkan acara yang tadinya akan digelar besok, 25 April 2015. Ini pelajaran penting bagi Divine Production. Hikmahnya, banyak orang yang mungkin juga gak paham siapa itu Divine Production? Dengan kejadian ini, semua orang, ibu dan bapak guru, jadi paham siapa itu Divine Production. Semoga kejadian ini tidak pernah terulang kembali. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun