Kembali ke Mubyarto. Mubyarto dan rekan juga seringkali ‘disangka’ hanya bermain pada tataran teori. Namun kita tak boleh lupa, IDT atau inspres desa tertinggal adalah salah satu produk seorang Mubyarto semenjak ia menjabat di Bapennas. Memang Ia dkk tak sekedar kata.
Dibuku Teori Ekonomi dan Kemiskinan seorang Mubyarto berharap bahwa ada sisa-sisa idealisme para pakar ekonomi UGM agar dapat diandalkan. Mubyarto selalu ingat Sebuah syair (nyanyian) dari Brazil ketika memperjuangkan ekonomi Pancasila, yang oleh sebagian kalangan Mubyarto dituding hanya bermimpi indah dengan Ekonomi Pancasilanya “When we dream alone, It is just a dream, When we dream together, It is the dawn of reality.” Promotor dan pemikir Ekonomi Pancasila ini memang patut diteladani. Ia meyakini bahwa ilmuwan tidak seharusnya berdiam di menara gading. Baginya, ilmu merupakan sarana untuk memajukan umat manusia. Maka seorang Muby pun bertekad mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan kemanusiaan, terutama bagi yang lemah, miskin, dan terpinggirkan. Lalu kini siapa yang melanjutkan cita-cita pak Muby? entahlah.
Saya pribadi tak sempat merasakan sentuhan ilmu darinya, hanya bisa menuliskan ini dari karya-karyanya yang ada di perpustakaan FEB UGM sewaktu mahasiswa dulu. Kini setelah 9 tahun dari wafatnya Pak Muby, semoga tulisan ini bisa menjadi sedikit kenangan buat Saya. Mungkin juga buat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H