Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sepakbola Miskin Prestasi

4 Desember 2014   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:04 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola Kita gagal melakukan regenerasi keteladanan. Catat regenerasi keteladanan! Orang-orang yang berprestasi mengantarkan Timnas juara ini dan itu yang disertai dengan memunculkan banyak pemain muda berbakat seperti Evan Dimas, Hansamu, Yabes Rony, Paulo Sitanggang malah akhirnya harus lebih dahulu harus mencopot tongkat kepelatihan. Sementara yang tidak pernah berprestasi sekalipun terus diberikan kesempatan.

Pemain pun harusnya sama. Harus melakukan regenerasi keteladanan khususnya di Timnas. Menolak panggilan Timnas karena ingin memberikan kesempatan bermain kepada pemain-pemain muda bukanlah dosa besar. Ada ruang yang harus dibagi kepada para pemain muda, seperti halnya yang dilakukan Francesco Totti di Italia atau Stevan Gerard di Timnas Inggris.

Gagalnya regenerasi keteladanan juga sangat tercermin dari tingkah polah para elit sepakbola nasional Kita. Harusnya siapapun yang tidak sanggup mengurus klub dan mengurus sepakbola nasional segera mundur. Indonesia ini terlalu aneh banyak elite yang rangkap jabatan publik, politisi itu jabatan publik, kepala daerah itu jabatan publik, anggota DPR/D juga urusannya dengan publik, sementara sepakbola juga berurusan dengan publik. Lucu juga kalau melihat fakta di PSSI banyak yang juga rangkap jabatan, Wakil Ketua PSSI jadi ketua BTN, Sekjend PSSI merangkap CEO PT Liga yang mengurus kompetisi sepakbola nasional, ketua Komdis merangkap ketua DPP partai. Mungkin banyak yang masih mentolerir rangkap jabatan karena tidak ada aturan hukum dan organisasi yang diberlakukan, tapi apa iya Kita masih mentolerir orang-orang lama yang gagal mengangkat prestasi sepakbola Indonesia?

Sebenernya Indonesia itu bisa kok. Buktinya melalui tim tim bertalenta muda, Kita pernah juara Youth Invitational Cup Hong Kong Football Asociaction 2012-2013, Juara AFF Cup U-19 2013, Sekolah Sepakbola Indonesia (SSB) dari Papua Emsyk Uni Papua pernah juara di Singapura, SSB Purwakarta masuk 8 besar U-12 Danone Cup di Brazil malah sempat mengalahkan Afrika Selatan 3-0, Belgia 2-0, dan menahan Meksiko 1-1 serta menang adu penalti melawan Prancis. Namun, jika sepakbola Indonesia masih seperti saat ini, maka jangan berharap ada prestasi yang lahir kembali dari rahim sepakbola nasional. Bahkan untuk sekedar berharap adanya kenaikan peringkat FIFA pun jangan!

[caption id="attachment_380510" align="aligncenter" width="592" caption="Ranking FIFA negara-negara ASEAN per November 2014 (Filipino Football). Fifa akan merilis kembali pada 18 Desember 2014 mendatang. "]

1417663247719154628
1417663247719154628
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun