Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Uang dan Organisasi Mahasiswa

22 Desember 2014   18:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_384899" align="aligncenter" width="490" caption="Aksi Organisasi Mahasiswa (Dokumentasi Dema Justicia FH UGM/Almeria Putri)"][/caption]

Pernah membayangkan organisasi mahasiswa/siswa/kepemudaan tanpa uang?  Perlu diakui, uang bukan merupakan satu-satunya faktor input produktifitas sebuah organisasi, namun hanya salah satunya. Bukan ingin mengerdilkan faktor input produktifitas lainnya apalagi sekedar memperbandingkan dengan faktor input lainnya karena memang banyak sekali faktor-faktor input yang membuat sebuah organisasi menjadi produktif. Tentunya bukan hanya uang, dalam terminologi klasik, sebuah output, kuantitas atau produktifitas dipengaruhi setidaknya 2 faktor yakni kapital dan tenaga kerja (SDM).  Uang hanya salah satu jenis kapital, dan kapital itu banyak macamnya seperti aset (tanah, sekretariat (bangunan), insfrastruktur sarana dan prasarana), dan yang kita pikir sesuatu yang dianggap penting di dalam menciptakan produktifitas baik yang berwujud (tangible) ataupun yang tidak terwujud (intangible seperti ide, etos kerja, konsistensi, tepat janji dan sejenisnya). Dan sekali lagi uang hanya menjadi salah satu dari sekian banyak faktor-faktor input di dalam menciptakan organisasi yang produktif. Diluar kapital dan tenaga kerja ada juga teknologi, human capital (modal sosial, kekerabatan), dan faktor input lainnya.

Pos-Pos Sumber Strategis

Dalam merencanakan agenda-agenda yang mencerminkan produktifitas, hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap organisasi adalah pemetaan pos-pos sumber strategis. Setidaknya ada 4 pos strategis.

Pertama, Dana Alokasi Kemahasiswaan (DAK). Sumber pertama yang biasanya menjadi salah satu sumber penting bagi organisasi menjalankan segala bentuk program kerjanya. DAK biasanya bersumber dari rektorat ataupun dekanat. DAK rektorat atau dekanat juga sebenarnya bersumber dari dana lain seperti hal yang mungkin seringkali tidak disadari adalah dana dari mahasiswa juga, sumber lainnya misalnya hibah diknas. Salah satu kelemahan menggunakan DAK adalah seringkali program-program yang sudah teragendakan melalui raker-raker selama berbulan-bulan harus ‘disesuaikan’ atau bahkan seringkali sengaja diperlambat penurunan DAK. Kadang, ketergantungan yang berlebihan terhadap dana DAK membuat organisasi tidak lagi progresif dan berani menentang ketidakberesan dari rektorat ataupun dekanat.

Kedua, Dana Alokasi Alumni (DAA). Alumni menjadi salah satu sumber dana penting lainnya. Alumni biasanya menjadi andalan ketika setiap penyelenggaraan program kekurangan dana atau defisit. Tidak ada yang salah sebenarnya berusaha mendapatkan dana dari pos DAA. Hanya saja proses dan cara berkomunikasi dengan alumni harus memiliki cara dan strategi tersendiri.

Ketiga, BUMO (Badan Usaha Milik Organisasi). Sumber dari BUMO tidak sebesar sumber dana dari rektorat atau dekanat karena secara umum, setiap organisasi belum, enggan dan tidak benar-benar mengoptimalkan potensi sumber dana dari BUMO. Jikapun sudah melihat dan mencoba menggali potensi sumber dana ini, masih perlu perbaikan managemen, aturan, eksekusi lapangan, dan marketing. Mungkin memang secara realistis pembelajaran mengejar sumber dana dari BUMO bukan agenda utama dari agenda organisasi mahasiswa disamping itu pemikiran bahwa organisasi mahasiswa bukan perusahaan. Sekiranya memang perlu dibahas lebih mendalam tentang potensi sumber dana ini. Coba bayangkan jika setiap organisasi memiliki unit bisnis yang sebagian dananya bisa digunakan untuk kelancaran roda organisasi. Tidak perlu membuat PT, cukup dibuat social enterprisedengan SOP dan the rules of the game yang setiap pengurus intinya perlu tandatangan di atas materai.

Keempat, Sponsorship. Pos sumber ini yang seringkali menjadi andalan setiap organisasi untuk mendukung kelancaraan proses pelaksanaan agenda-agenda kerja organisasi. Sulit sekali membayangkan setiap harinya berapa proposal sponsorship yang masuk ke meja kepala humas bagian sponsorship dan csr (corporate social responsibility)? Mengoptimalkan dana ini kadang faktor hoki juga seringkali mempengaruhi untuk mendapatkan dana sponsor. Namun ada faktor lainnya yang menjadi poin utama mengoptimalkan untuk mendapatkan dana sponsor.

3 Langkah Strategis

3 langkah strategis ini bukan untuk menurunkan pos Dana Alokasi Kemahasiswaan (DAK) karena DAK akan turun dengan sendirinya hanya perlu mengajukan proposal ke rektorat atau rapat keluarga mahasiswa di fakultas. Tidak terlampau rumit dan setiap organisasi sudah terbiasa menggantungkan kepada pos anggaran ini. Lalu bagaimana dengan mobilisasi sumber strategis dana lainnya seperti DAA (Dana Alokasi Alumni) khususnya pos dana sponsorship. Sedangkan pengoptimalan sumber dana Badan Usaha Milik Organisasi (BUMO) akan dibahas ditulisan lainnya. Lalu langkah strategis apa yang harus dipersiapkan?

Pertama, rapat kerja. Sekarang saatnya agenda rapat kerja bukan lagi menjadi agenda basa-basi tanpa perencanaan dan tanpa agenda evaluasi organisasi tahun sebelumnya. Disinilah sebenarnya proses pembelajaran bagaimana mengevaluasi kepengurusan dan program kerja yang lalu dan mempersiapkan perencanaan untuk agenda mendatang. Belajar membaca LPJ, belajar mengevaluasi, belajar mengambil manfaat dan belajar membuang kemudharatan dari program sebelumnya. Setelah itu, perlu ada pengoptimalan rapat kerja agar tidak terkesan berbasa basi. Rapat kerja harus dilaksanakan dalam satuan waktu tertentu, yang pasti tidak cukup satu hari jika diperlukan waktu 1 bulan rapat kerja akan terasa ideal. Rapat kerja harus bisa menyusun agenda kerja selama satu tahun kepengurusan. Setiap ketua dan pengurus harian harus bisa menyusun agenda kerja satu tahun ke depan, minimalisir menyusun agenda di pertengahan tahun atau diakhir tahun. Kalaupun terpaksa yang terpenting agenda-agenda isidental tidak boleh mendominasi program-program kerja organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun