Namanya Arif Setiawan, tetapi lebih sering disapa Bang Jack oleh orang-orang di sekitar. Usianya 35 tahun, dengan tinggi badan sekitar 168 cm, kulit putih, dan rambut lurus yang selalu rapi. Dari penampilannya, tidak ada yang menyangka bahwa ia adalah seorang pengusaha tangguh di balik warung sederhana nasi kucing yang ia kelola dengan penuh kegigihan.
Perjalanan hidup Bang Jack tidaklah mudah. Sebelum menjadi pengusaha nasi kucing seperti sekarang, ia menghabiskan lima tahun hidupnya di Kalimantan. Di sana, ia merintis usaha roti bakar dan nasi kucing, bekerja keras dari pagi hingga malam untuk bertahan hidup. Pada waktu itu, selain menjadi pengusaha kuliner, Bang Jack juga bekerja di suatu perkebunan milik warga lokal. Kalimantan memberikan pelajaran berharga baginya—tentang kerja keras, ketekunan, dan bagaimana menahan diri ketika keberhasilan seolah-olah terasa jauh. Namun, meski telah berjuang keras, usahanya di sana tidak berkembang sesuai harapannya. Banyak hambatan yang menghampiri, mulai dari Premanisme yang sering mengganggu hingga persaingan antar pedagang yang kurang sehat. Dengan hati yang berat, Bang Jack memutuskan untuk pulang ke Jawa, membawa serta pengalaman berharga dan semangat yang tak pernah padam.
Setelah kembali ke Jawa, Bang Jack tidak menyerah. Ia memulai kembali dari nol, membuka usaha nasi kucing di sudut kota, di mana ia kini dikenal sebagai penjual nasi kucing yang tekun dan selalu ramah. Setiap hari, ia menjual 60 hingga 80 bungkus nasi kucing. Mungkin terlihat sedikit, tapi bagi Bang Jack, setiap bungkus nasi kucing yang terjual adalah langkah kecil menuju impiannya. Dengan omzet sebesar tiga juta rupiah per bulan, usahanya terus berjalan, meski penuh dengan tantangan dan rintangan.
Bang Jack mengerti bahwa kesuksesan tidak datang dalam sekejap. Sebelum membuka usahanya, ia pernah bekerja paruh waktu di berbagai tempat, mengumpulkan modal dan pengalaman. Setiap kali gagal, ia belajar, setiap kali terjatuh, ia bangkit. Prinsip yang dipegangnya sederhana: selama ada niat dan usaha, tidak ada yang mustahil. Bahkan, usaha nasi kucing yang terlihat sederhana ini telah menjadi tumpuan hidupnya selama tujuh tahun.
Di balik senyumnya yang ramah dan sapaan hangatnya, tersimpan kisah perjuangan panjang seorang pengusaha kecil yang berusaha mengubah nasibnya melalui kerja keras. Meski hasilnya belum melimpah, Bang Jack tidak pernah menyerah. Baginya, usaha nasi kucing ini bukan sekadar bisnis. Ini adalah wujud dari ketekunan dan semangatnya, lambang dari perjuangan hidup yang terus ia jalani dengan hati yang teguh.
Bang Jack memulai persiapan dagangannya siang hari, dengan telaten menyiapkan nasi kucing yang akan ia jual. Setelah Maghrib, ia membuka lapaknya dan berjualan hingga pukul 2 pagi, saat banyak orang mencari makanan setelah seharian beraktivitas. Meski harus berdiri di sudut jalan hingga larut malam, Bang Jack tetap teguh. Setiap bungkus nasi kucing yang terjual bukan hanya memberi penghasilan, tetapi juga menjadi simbol ketekunan dan kerja kerasnya dalam merintis usaha yang kini telah ia jalani selama bertahun-tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H