Manchester United (MU) sepertinya memang dipaksa harus terus membumi. Bagaimana tidak, setelah "terbang ke langit" dan larut dalam euforia kemenangan absolut 2-0 atas tetangga berisik, Manchester City di Etihad Stadium, skuad Setan Merah dan pendukungnya harus kembali menelan pil pahit.
Seakan tidak mau kalah dengan saudaranya, Manchester City yang juga terseok-seok, United pun begitu. Rentetan kekalahan demi kekalahan terus diterima dan sebagai hadiahnya, United saat ini tetap kokoh bercokol di posisi 13 klamesen Liga Premier Inggris. Terbaru, anak asuh Ruben Amorim dipermalukan 3 gol tanpa balas di kandang sendiri oleh Bournemouth, Minggu (22/12/24).
MU Kekalahan ini tidak dapat dilepaskan dari individual error para pemainnya. Gol pertama Bournemouth terjadi karena kelalaian Zirkzee dalam melakukan penjagaan saat tendangan bebas. Gol kedua diinisiasi oleh Mazraoui yang melakukan pelanggaran di kotak penalti. Sedangkan gol ketiga berasal dari lepasnya penguasaan bola oleh Mainoo karena dipress oleh pemain Bournemouth. Namun bukan berarti MU tanpa peluang pada pertandingan ini. Hal ini dapat terlihat dari statistik Man United yang melepaskan total 23 shoot dengan 7 shoot on target. Tetapi, masalah finishing selalu menjadi momok United dalam upayanya meraih kemenangan.
Sorotan dan kritik tajam langsung mengarah pada sang nahkoda, Ruben Amorim. Pelatih yang baru menukangi Setan Merah pada November lalu ternyata belum mampu memberi hasil yang memuaskan dalam sembilan laga yang dijalani, dengan rincian empat kemenangan, sekali imbang, dan empat kekalahan. Amorim sebagai pelatih kepala tentu yang paling bertanggung jawab atas kondisi saat ini.
"Tentu saja kami ingin berkembang. Saat ini, semuanya sangat sulit. Klub seperti United kalah telak di kandang sendiri, itu sangat sulit bagi semua orang. Tentu saja para penggemar sangat kecewa dan lelah. Anda dapat merasakannya di stadion. Saya mengerti itu, tetapi kami harus menghadapinya," ujarnya.
Bukan lagi badai cidera, tapi set-piece
Sama tapi berbeda. Sama mimpi buruk tapi berbeda jenisnya. Ya, Manchester United sama-sama menghadapi mimpi buruk tetapi sedikit berbeda dari musim lalu. Mimpi buruk kali ini bukan badai cidera, tapi eksekusi bola mati atau set-piece. Sudah menjadi rahasia umum, kelemahan Manchester United musim ini adalah "alergi bola mati". Dalam tiga laga terakhir, mereka dibobol dengan skema corner kick atau sepak pojok.
Hal ini sebenarnya sudah mulai terlihat saat Man United harus tertunduk lesu di hadapan salah satu contender juara Premier League musim ini, Arsenal dengan skor 2-0. Saat itu, gol yang disarangkan oleh Timber dan Saliba bermula dari sepak pojok yang gagal dihadang oleh para pemain Man United.
Masalah ini berlanjut saat United bersua City di Derby Manchester (16/12/2024). City membuka skor setelah mendapatkan sepak pojok. De Bruyne tidak langsung mengarahkan bola ke depan kotak penalti, tapi di kesempatan kedua umpannya berhasil ditanduk Gvardiol. Namun, Setan Merah bereaksi dan berhasil comeback 1-2 hingga peluit akhir ditiup.
Masih belum terselesaikan, masalah set-piece masih menghantui Man United kala bertemu Tottenham Hotspurs saat Quarter Final Carabao Cup. Kali ini, sepak pojok fantastis dari Heung-Min Son langsung menghujam gawang United yang saat itu dikawal oleh Altay Bayindir. United harus kembali menelan kekalahan dengan skor 4-3 dan tersingkir dari Carabao Cup.
Terakhir, tandukan Dean Huijsen yang memanfaatkan lemahnya koordinasi pertahanan Man United lewat sepak pojok Ryan Christie membuka pesta gol The Cherries di Old Trafford, disusul dua gol selepas jeda melalui Justin Kluivert (penalti) dan Antoine Semenyo. Bagaikan dejavu seperti musim lalu, skor 3-0 untuk Bournemouth membuat United semakin terpuruk di papan tengah klasemen Liga Inggris.
Tercatat United telah kebobolan 17 kali dari situasi bola mati sepanjang gelaran Liga Inggris sepanjang tahun 2024. Hal ini menjadi yang terbanyak dalam satu tahun kalender dalam sejarah klub. Jelas Amorim beserta tim kepelatihannya harus segera membenahi pekerjaan rumah pertahanan set-piece. Jika tidak, ini akan menjadi malapetaka terus menerus yang berpotensi menyulitkan Man United bersaing dalam perebutan posisi atas di klasemen Liga Inggris maupun Europa Legue.
Kesulitan Mengimplementasikan Sistem Baru
Setelah menjalani beberapa musim yang fantastis bersama Sporting, termasuk membantai Manchester City 4-1 di Champions League, Ruben Amorim, yang dinilai sebagai salah satu pelatih muda paling berbakat di Eropa memutuskan "mempertaruhkan" karir kepelatihannya yang baru seumur jagung dengan menerima tawaran dari Manchester United. Terlebih lagi, pria Portugal berusia 39 tahun tersebut harus memulai karir di tengah jalan dengan tim yang sedang carut marut sepeninggal Erik Ten Haag.
Hingga Sembilan pertandingan yang telah dilakoni, terlihat jelas hasil yang didapat belum maksimal. Persentasi kemenangan dibawah 50% menunjukkan para pemain Man United masih kesulitan beradaptasi dengan sistem permainan yang dibawa Amorim, yakni formasi 3-4-2-1 dengan pressing tinggi. Harus diakui, kebanyakan pemain peninggalan Ten Hag belum mampu dan fasih mengakomodir strategi yang diinstruksikan. Hal tersebut semakin diperjelas dengan banyaknya individual error oleh para pemain yang berujung blunder sehingga merugikan tim.
Pelan tapi pasti, Amorim juga mulai menyingkirkan pemain-pemain yang dirasa tidak mampu menerapkan sistem permainannya. Salah satu pemain tersebut adalah si anak kesayangan kota Manchester, Marcus Rashford. Dalam beberapa pertandingan terakhir, Rashford "disingkirkan" dengan tidak dibawa ke dalam skuad yang akan bertanding. Sang pemain pun juga seakan mengamini hal tersebut dengan menyebut bakal meninggalkan Theatre of Dreams dalam waktu dekat.
Amorim memiliki kesempatan untuk merubah sedikit skuadnya saat bursa transfer musim dingin nanti. Akan tetapi, nampaknya INEOS tidak akan mengeluarkan banyak uang, bahkan pelit, mengingat kebijakan penghematan yang diterapkan manajemen yang baru serta INEOS nampaknya "kapok" telah memanjakan Ten Haag dengan mengeluarkan budget sekitar 200 juta euro namun hasilnya nihil.
Apa selanjutnya, Amorim?Â
Walaupun sudah melakukan pergantian pelatih, performa Man United masih saja inkonsisten. Sorotan dan tekanan tentu mengarah tajam kepada sang nahkoda baru. Namun harus diingat, Amorim datang di tengah musim dengan kondisi tim yang compang camping. Fans tentu harus memahami bahwa pelatih asal Portugal tersebut memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan skuad dan liga yang baru.
Meski terlihat menjanjikan dengan tidak terkalahkan di tiga pertandingan, terutama saat United mampu melibas Everton. Namun sepekan setelahnya, United kembali ke setelan awal setelah secara beruntun dikalahkan Arsenal dan Nottingham Forest di liga. Sempat memunculkan asa dengan mengalahkankan Victoria Plzen dan Manchester City, United kembali dibuat malu dengan disingkirkan Spurs di kompetisi domestik dan dilumat tim kuda hitam, Bournemouth. Hasil ini membuat tim berlogo Setan ini tertahan di papan tengah klasemen Liga Inggris (13) dan Europa League (7).
Situasi pun semakin tidak ideal bagi Amorim di bursa transfer musim dingin nanti karena pembatasan budget. Selain absen di Liga Champions, belanja jor-joran di zaman Ten Hag telah menguras ratusan juta euro dari anggaran belanja klub. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, Amorim perlu memutar otak dengan memanfaatkan sumber daya yang seadanya.
Problem lain seperti pola permainan yang belum seutuhnya dipahami, krisis mental dan kepercayaan diri, cidera, bahkan tudingan pemain toxic di ruang ganti juga menjadi masalah yang belum bisa terselesaikan, bahkan sebelum Amorim datang. Masalah-masalah ini harus segera ditemukan jalan keluarnya oleh tim kepelatihan. Jika tidak diperbaiki, harapan untuk finish di empat besar atau setidaknya meraih satu gelar musim ini akan semakin pudar dan nasib Amorim bisa jadi akan berakhir seperti pelatih-pelatih United terdahulu pasca Sir Alex Ferguson.
Dalam waktu dekat, kelihaian Amorim diuji untuk melewati periode boxing day yang cukup keras. United akan bersua Wolves dan Newcastle setelah Natal, dan harus bertandang ke Anfield melawan calon kuat juara, Liverpool saat awal tahun 2025. Semoga beruntung, Amorim!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H