Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fauzan
Muhammad Rizky Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ingin menjadi jurnalis olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ambisi Gila Xi Jinping: Cina Kuasai Sepak Bola Dunia pada 2050, Realistis?

2 Juni 2024   19:56 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Nasional Cina. Foto: Tirto.id

Siapa yang tidak tahu sepak bola? sepak bola merupakan olahraga terbesar di dunia. Olahraga ini telah menjadi hiburan bagi segala kalangan umat sejak dahulu, baik untuk disaksikan maupun dimainkan. Sepak bola tak memandang umur, ras, agama, gender, strata, dan sejenisnya. Oleh karena itu, sepak bola dapat menjadi magnet dan alat pemersatu suatu komunitas atau kelompok untuk bersama saling mendukung tim yang mereka cintai.

Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, sepak bola pun juga ikut berkembang. Kini, sepak bola bukan hanya dilihat sebagai sebuah hiburan semata. Namun, telah berubah menjadi sebuah industri yang sangat besar dan menghasilkan banyak keuntungan, baik secara komersil maupun non komersil, salah satunya adalah popularitas. 

Oleh sebab itu, hampir semua klub dan negara sepak bola di dunia kini berlomba-lomba tidak lagi hanya mengejar sebatas dari sisi prestasi di dalam lapangan, tetapi keuntungan yang dihasilkan dari luar lapangan juga sama pentingnya. Hal ini pun diamini oleh salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia yaitu Cina.

Prestasi Medioker Sepakbola Cina

Tim Nasional Cina. Foto: Tirto.id
Tim Nasional Cina. Foto: Tirto.id
Perlu diketahui, prestasi Cina dalam sepak bola tidaklah mentereng, bahkan tertinggal jauh dari cabang olahraga lainnya. Mereka pun baru satu kali mentas dalam ajang paling akbar sepak bola, yaitu Piala Dunia pada 2002 yang digelar di Jepang-Korea. Kala itu, Cina pun jadi bulan-bulanan dalam fase grup, bahkan kalah dari negara kecil seperti Kosta Rika.

Cina pun tidak pernah mendulang kesuksesan di level Asia. Prestasi terbaik mereka hanyalah sebagai runner-up dalam Piala Asia tahun 2004 setelah ditumbangkan oleh Jepang di babak final. Saat ini, Cina menduduki peringkat 79 dunia dan peringkat 11 dalam zona Asia (AFC). Hal ini terpaut sangat jauh dari saudara tirinya yakni Jepang yang menempati peringkat 17 dunia serta peringkat 1 di zona Asia.

Mediokernya prestasi sepak bola Cina bukan tanpa sebab. Kemerosotan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya seperti masifnya korupsi yang terjadi di tubuh federasi sepak bola Cina. Bayangkan, untuk bisa masuk kedalam tim nasional saja bisa dilakukan dengan menyogok. Sebuah ekosistem yang sangat busuk dan bobrok.

Gebrakan Sepakbola Cina

Oscar dos Santos, mantan pemain Chelsea yang saat ini merumput bersama klub Cina, Shanghai Port. (Foto: Bola.com)
Oscar dos Santos, mantan pemain Chelsea yang saat ini merumput bersama klub Cina, Shanghai Port. (Foto: Bola.com)
Berkaca dari hal tersebut, Republik Rakyat Cina (RRC) melalui presidennya, Xi Jinping, siap melakukan beberapa gebrakan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang guna  membenahi prestasi sepak bola Cina. 

Adapun beberapa langkah mereka dalam jangka pendek adalah getol mendatangkan pemain dan pelatih bintang serta kelas dunia seperti Carlos Tevez, Oscar, Hulk, Marcelo Lippi, Luiz Felipe Scolari, dan lainnya pada jendela bursa transfer. Selain itu, banyak taipan Cina yang juga membeli kepemilikan klub-klub top Eropa. Tujuannya ialah untuk mendongkrak serta mengangkat liga Cina di kancah sepak bola dunia.

Sedangkan beberapa langkah mereka dalam jangka pendek adalah membangun minimal belasan kota sepak bola pada tahun 2025, dengan setiap kota memiliki dua klub profesional. Xi Jinping pun berencana membangun sekitar 70 ribu lapangan sepak bola. Tak hanya itu, dalam segi pendidikan, ia merencanakan untuk menambah pelajaran sepak bola pada sekitar 30 juta anak sekolah di Cina.

Xi Jinping sadar beragam rencana tersebut sangat sulit untuk direalisasikan. Selain memerlukan anggaran biaya yang sangat besar, tetapi juga perlu kesiapan dalam sumber daya manusia yang banyak serta berkompeten dalam bidang sepak bola. Target yang ingin dicapai pun bukan main-main. Sepak bola Cina mematok target menjadi juara Asia pada tahun 2030, menggelar Piala Dunia dan menjadi juara, serta menjadi kiblat sepak bola dunia pada tahun 2050.

Upaya yang Berakhir Manis?

Keseriusan Cina dalam mengejar hal prestise sudah mulai terlihat dalam beberapa kesempatan. Kini, banyak perusahaan Cina menjadi sponsor di pinggir lapangan, salah satunya adalah Tiktok yang tampil di beberapa klub sekaliber liga Inggris atau Premier League.

 Alasan klub-klub tersebut berminat untuk investasi serta bekerja sama dengan berbagai perusahaan Cina tersebut dilandasi oleh beberapa hal, seperti market atau pasar di Cina sangat besar serta fans sepak bola yang fanatik. Hal tersebut ditambah dengan potensi sepak bolanya yang saat ini belum maksimal. Oleh karena itu, banyak klub besar Eropa membuat fanbase di Cina serta rutin melakukan tur pramusim ke negeri ginseng tersebut.

Xi Jinping berharap Cina tidak hanya hadir sebagai penikmat maupun penonton, tetapi juga dapat menjadi pemain, bahkan raja yang mendominasi sepak bola. Ia ingin menjadikan Cina sebagai destinasi sepak bola dunia seperti Premier League saat ini. Apakah berbagai upaya Cina ini dapat membuahkan hasil? Hanya waktu yang bisa menjawab. 

Namun melihat kondisi saat ini, nampaknya hal tersebut sulit tercapai. Banyaknya pemain dan pelatih top yang hengkang meninggalkan liga, bangkrutnya taipan Cina yang pada akhirnya menjual kepemilikan klub mereka, ditambah sensasi liga Arab Saudi yang juga berhasil merekrut nama-nama besar di sepak bola semakin memperparah laju proses Cina menjadi kiblat sepak bola dunia pada tahun 2050.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun