Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hustle Khatimah, Meninggal dalam Keadaan Overwork

2 Desember 2021   08:08 Diperbarui: 2 Desember 2021   09:07 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hustle Khatimah, Mati Dalam Keadaan Overwork

Seseorang hustler akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memenuhi desakan pekerjaan baik insitusi atau perusahaan maupun pribadi. Akibatnya, terdapat perubahan dari yang semula bekerja untuk hidup kini menjadi hidup untuk bekerja; bekerja yang semula adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan memiliki fondasi finansial yang kokoh serta stabil, justru dalam hustle culture hal ini tidak lagi berlaku karena yang kemudian berlaku adalah bekerja menjadi gaya dan tujuan dari hidup itu sendiri.

Overwork Death adalah istilah resmi yang digunakan oleh Medical Subject Heading (MeSH). MeSH sejak 1980 juga menggunakan istilah Karoshi-Death, terminologi yang berasal dari Bahasa Jepang untuk menyebutkan Kasus Kematian akibat Kelelahan Kerja. Sebuah studi dalam jurnal Occupational Medicine mengatakan bahwa orang dengan jam kerja yang lebih panjang, berapapun usianya, cenderung mengalami gangguan kecemasan, depresi, serta gangguan tidur. Melansir laman Forbes, terdapat 55% pekerja di Amerika Serikat mengalami stres karena pekerjaannya yang merupakan 20% lebih tinggi dibandingkan angka keseluruhan di dunia. Menurut Mental Health Foundation UK, di Inggris 14,7% pekerjaanya mengalami gangguan kesehatan mental akibat pekerjaan. Tak hanya di Amerika Serikat dan Inggris, di Jepang pun jumlah pekerja yang mengalami penyakit jantung, stroke, hingga gangguan mental meningkat 3x lipat akibat kelelahan bekerja. Mengutip IDN Times, korban Karoshi di Jepang pada tahun 2015 telah mencapai angka sebanyak 1.456 kasus kematian mendadak yang disebabkan gila kerja.

Dalam menjalankan hustle culture, para pekerja mungkin tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda masalah jantung atau otak yang jelas, tetapi dapat terlihat dengan depresi atau sindrom kelelahan. Menurut Dr. Tifauzia Tyassuma, dikutip dalam Medcom, penjelasan ilmiah mengapa bisa terjadi kematian akibat kelelahan adalah pada kondisi kerja dengan durasi terlalu panjang dengan tidur sangat sedikit, banjir hormon kortisol akibat lelah dan stres berkepanjangan. Hal ini menyebabkan otot jantung menegang, pembuluh darah vasokonstriksi terus-menerus, kondisi malnutrisi karena pembongkaran lemak dan protein otot mengakibatkan banjirnya keton bodies dan asam urat dalam jumlah banyak secara terus-menerus, kemungkinan juga dehidrasi, atau dalam artian lain terjadi pembentukan sumbatan dalam pembuluh darah secara cepat dan hambatan dalam penghancuran sumbatan tersebut. Sumbatan yang terjadi di jantung dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di jantung dan retaknya otot jantung (infark myocard). Jika sumbatan terjadi di otak maka dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak (stroke).

Menjadi hustler bukanlah perkara benar atau salah karena itu menjadi preferensi pribadi; pun sebenarnya bekerja keras juga bukanlah hal yang salah. Namun, akan amat disayangkan jika kemudian kita mengabaikan kesehatan fisik dan psikis kita, apalagi sampai kita tidak sempat meluangkan waktu untuk diri sendiri dan/atau hanya untuk berinteraksi dengan orang terdekat seperti kekasih, orang tua atau anak karena begitu padat dan cepatnya ritme produktivitas kita. Pada akhirnya, burnout, stres, depresi, akibat overwork malah hanya akan menjadikan kualitas dari produktivitas kita menurun bahkan dapat menjadikan kita tidak produktif, kan?

Komitmen, loyalitas, serta konsistensi dalam dunia professional itu memang penting namun harus ingat untuk selalu memberikan batasan-batasan tertentu, karena yang pasti akan sedih dengan kepergian kita adalah orang-orang terdekat kita. Suka atau tidak, terima atau tidak, pada kenyataannya perusahaan hanya akan memberi apresiasi (mungkin kompensasi juga jika ada hak yang belum terbayarkan), mengenangmu selama beberapa bulan saja (mungkin juga hanya beberapa hari). Perusahaan akan sesegera mungkin mencari pegawai baru dan melupakanmu setelahnya.

Tidak mengapa kalau kamu memilh untuk menjadi hustler asal jangan sampai hustle khatimah, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun