Mohon tunggu...
Rizky Arya Kusuma
Rizky Arya Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar nulis.

Butiran debu dari jagad buana, sekadar berusaha bermanfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukti yang Berbicara

13 Juni 2023   08:01 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:05 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ruang Kelas (Freepik)

Suasana ruang kelas mendadak tegang sore itu. Telinga para murid dikejutkan dengan pengumuman yang disampaikan guru BK lewat speaker sekolah ihwal kasus hilangnya dompet sang kepala sekolah. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat Pagi Bapak/Ibu guru dan murid-murid yang sedang ada jam pelajaran. Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar karena ada pengumuman yang amat penting. Saya mendapat laporan dari kepala sekolah bahwa beliau telah kehilangan dompetnya tadi siang. Kronologinya ketika hendak membeli makan siang setelah mengajar sejarah di kelas 12B, dompet beliau tidak ada di tas. Kemudian beliau kembali ke kelas 12B untuk bertanya dan mencari dompetnya, tetapi tidak ada. Beliau juga sudah mencari di ruang kerjanya, hasilnya juga nihil. Jadi, melalui pengumuman ini, saya menghimbau kepada siapapun yang barangkali menemukan dompet kepala sekolah agar segera melapor ke ruang BK. Apabila sampai besok siang tidak ada yang melapor, maka dengan terpaksa kasus ini akan diserahkan ke pihak berwajib. Sekian, pengumuman dari saya, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sontak, murid-murid di kelas 12B terkejut. Suasana tegang berubah menjadi gaduh, ada yang berteriak tidak percaya, ada yang prihatin, ada yang berbisik-bisik barangkali menebak siapa pelakunya, dan ada pula yang bodo amat lah bukan dompet saya yang hilang!

Keesokan harinya, tepatnya pagi hari tanggal 1 Juni, suasana kelas 12B kembali riuh. Sebuah rumor semakin santer beredar di antara murid-murid ihwal siapa sosok yang diduga mencuri dompet kepala sekolah. Kabar itu pun menyebar cepat, menolak terbendung tebalnya tembok ruang kelas dan melesat sampai akhirnya sampailah ke telinga guru BK.

Seorang siswa bernama Cipung baru saja datang ke ruang kelas dan langsung berjalan menuju bangku favoritnya. Seperti biasanya, ia datang membawa satu buku di tangannya. Cipung duduk di kursi pojok kanan depan dan tanpa nengok kanan-kiri langsung asyik membaca buku yang dibawanya. Kali ini ia membaca buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang sangat melegenda: Hujan Bulan Juni. Dilihat dari sampul bukunya yang sudah buluk, sepertinya buku itu sudah berkali-kali ia baca. Lalu apa yang membuat Cipung membaca buku itu lagi pagi ini? Barangkali ia ingin 'memaknai' awal bulan Juni dengan puisi-puisi romantis karya Sapardi.

"Pung, baca Hujan Bulan Juni lagi?" tanya Fathur, teman dekatnya sejak TK.

"Iya, hehe. Pas banget sekarang, kan, awal bulan Juni!" jawab Cipung dengan senyum ceria di wajahnya.

Namun, siapa sangka hari itu menjadi awal dari ujian terberat yang harus dihadapi Cipung semasa SMA. Cipung yang tengah asyik membaca Hujan Bulan Juni, dikagetkan dengan sosok guru BK yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Dengan ekspresi yang bingung dan bertanya-tanya, ia berjalan manut mengikuti langkah sang guru menuju ke ruang BK.

"Cipung, saya mendapat laporan dari beberapa orang kalau kamu yang mencuri dompet kepala sekolah. Bisa kamu jelaskan ini?" tanya guru BK dengan nada penasaran.

Cipung jelas terkejut dan segera membantah kabar itu, "Tidak, Bu! Saya tidak mungkin melakukan hal sejahat itu. Saya kira ini hanya fitnah yang disebarkan oleh orang tidak bertanggungjawab."

"Bagaimana saya bisa percaya dengan pernyataanmu itu?" tanya guru BK lagi.

Cipung mengusap keringat yang tanpa ia sadari telah membasahi dahinya, kemudian menjawab, "Begini, Bu. Waktu itu selama bapak kepala sekolah mengisi jam mata pelajaran sejarah di kelas saya, beliau sama sekali tidak mengeluarkan dompetnya. Tas yang dibawa beliau pun ditaruh di sebelah kanan meja guru, sedangkan tempat duduk saya ada di sebelah kiri meja guru dan itu jauh. Kalaupun dompet beliau ada di tas itu, tidak mungkin saya bisa mengambilnya, pastilah ada teman yang melihat saya. Dan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun