Rentetan kabar gembira sedang menyelimuti dunia sepakbola tanah air. Euforia keberhasilan Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas Sea Games 2023 belum surut, datang kabar kunjungan kerja PSSI ke Federasi Sepakbola Jepang untuk menjajaki kerjasama demi kemajuan sepakbola nasional. Terkini, kabar kepastian FIFA matchday antara Timnas Indonesia vs Argentina sedang ramai diperbincangkan. Timnas Indonesia akan menjajal kekuatan sang juara dunia Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, pada 19 Juni 2023.
Wacana laga ujicoba melawan Argentina memang sudah santer didengar pasca dibatalkannya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 tahun 2023. Hal tersebut sempat mendapat kritikan tajam dari Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Maharli. Pasalnya, biaya mendatangkan Timnas Argentina bisa dibilang cukup besar antara Rp 70-90 miliar.Â
Menurut Akmal, akan lebih baik jika biaya itu digunakan untuk membayar utang gaji wasit dan match commissioner apabila menggunakan uang PSSI. Selain itu, menurutnya, biaya sebesar itu juga bisa dalokasikan untuk pembinaan dan peningkatan kualitas kompetisi. Lalu, mengapa PSSI tetap ngotot mendatangkan Timnas Argentina kendati biayanya mahal? Berikut saya mencoba menganalisisnya:
Belajar dari Tim Besar
Pengalaman adalah guru terbaik. Apabila kita ingin memiliki Timnas dengan kualitas dunia, maka harus belajar dari negara-negara yang timnasnya kelas dunia pula. Oleh karenanya, penting bagi Timnas Indonesia sering-sering melakoni laga melawan tim-tim besar. Sebab, dengan bertanding melawan tim yang lebih kuat, para pemain akan semakin terpacu untuk belajar meningkatkan skill, mental, dan taktik permainan. Mereka juga akan 'diajari' secara tidak langsung, di lapangan permainan, bagaimana permainan dari tim kelas dunia. Jauh berbeda apabila kita hanya 'terjebak' melawan tim-tim dari Asia Tenggara saja, maka kualitas para pemain kita ya hanya sebatas level Asia Tenggara. Maka, di FIFA Matchday mendatang, PSSI mungkin berkeinginan agar timnas Indonesia belajar permainan nan indah yang lekat dengan filosofi sepakbola Amerika Latin. Sehingga dipilihlah Argentina sebagai calon lawan Timnas Indonesia yang diprediksi akan menurunkan skuad terbaiknya. "Kami akan mempersiapkan tim terbaik karena melawan Argentina tidak hanya bermain, tetapi juga belajar dan meningkatkan mental," kata Erick Thohir dikutip dari kompas.com.
Ada Tendensi Membuktikan Diri
Terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI membawa optimisme baru dalam perkembangan sepakbola Indonesia. Erick seakan menjadi antitesis dari kepengurusan PSSI sebelum-sebelumnya. Sempat dicibir akibat beberapa janji yang gagal terealisasi seperti janji melanjutkan Liga 2 dan Liga 3, dan yang paling telak tentu gagalnya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 (meskipun itu bukan murni kesalahan Erick). Nyatanya, kini, berbagai gebrakan satu per satu mulai dilakukan seperti sarasehan dengan klub-klub peserta liga, menggandeng pihak eksternal untuk mengaudit keuangan PSSI, dan yang terbaru mendatangkan Timnas Argentina sebagai lawan ujicoba Timnas Indonesia. Dalam konferensi pers di Media Center SUGBK, Rabu (24/5/2023), dengan bangganya Erick Thohir memastikan bahwa Timnas Argentina akan menjadi lawan tanding Timnas Indonesia karena sudah mendapat persetujuan dari FIFA, AFC, dan tentu saja Federasi Sepakbola Argentina (AFA).Â
Erick juga menuturkan bahwa keberhasilan tersebut adalah murni komunikasi antar federasi dengan dibantu rekan lamanya Javier Zanetti mantan pemain Inter Milan dan Maria Cristina Russo yang kini menjabat sebagai Oltre Consulting Account AFA. Bahkan, tak hanya Argentina, PSSI kedepan juga bakal mendatangkan negara-negara besar untuk bisa menghadapi Skuad Garuda pada laga FIFA Matchday. "Dulu banyak yang pesimis bahwa PSSI tidak bisa dan tidak yakin, kita buktikan salah, bahwa PSSI yang sekarang sangat serius bangun sepakbola Indonesia. Ini kita buktikan dengan FIFA Matchday yang teratur dan kedatangan tim juara dunia, Argentina," ujar Erick dikutip dari tribunnews.com. Dari sini terlihat jelas ada tendensi dari Erick Thohir untuk membuktikan diri bahwa PSSI dibawah kepemimpinannya adalah PSSI yang beda, yang siap berbenah dan berprogres demi kemajuan sepakbola Indonesia.
Pelipur Lara
Langit mendung sempat menyelimuti dunia sepakbola Indonesia ketika status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023 resmi dicabut oleh FIFA. Sebelumnya, banyak pengamat dan warganet berteori Indonesia berpotensi disanksi oleh FIFA dan dikucilkan dari pesepakbolaan dunia. Namun, syukurnya, kekhawatiran itu tidak terjadi. Indoneisa hanya diberi sanksi 'ringan' dan justru FIFA masih sangat baik kepada Indonesia dengan berkomitmen bersama-sama PSSI melanjutkan transformasi sepakbola nasional pasca tragedi Kanjuruhan. Tetap saja tak bisa dipungkiri, banyak pecinta sepakbola tanah air yang sedih, kesal, dan marah atas gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Para pemain, official timnas, pengurus PSSI, bahkan sang ketum Erick Thohir juga tak malu menunjukkan kesedihan itu lewat postingannya di media sosial.Â
Dalam keterangan persnya, Erick Thohir menyelipkan secercah optimisme, "Ini saatnya kita harus membuktikan kepada FIFA untuk bekerja lebih keras untuk melakukan transformasi sepak bola, menuju sepak bola bersih dan berprestasi," ujar Erick Thohir dikutip dari tribunnews.com. Kini, persis dua bulan pasca konferensi pers yang menyedihkan itu, Erick kembali dihadapan kamera wartawan dengan kabar yang menggembirakan, seakan ingin menyampaikan, "Kita memang gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, tapi kita berhasil mendatangkan juara satu Piala Dunia!". Begitulah kiranya laga persahabatan lawan Argentina layaknya sebuah pelipur lara gagalnya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 yang lalu.