Makanan yang sudah ada sejak lama ini merupakan penggabungan dari janur dan nasi yang drebus hingga padat seperti lontong. Ketupat biasa dihidangkan saat hari ketujuh hari raya idul fitri.
Siapa yang tidak tahu tentang ketupat, terkhusus oleh masyarakat jawa. ÂSejarah Kupatan
Ternyata kupatan atau lebaran ketupat sudah ada sejak Wali Songo yaitu Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga.
Tokoh Sunan Kalijaga adalah sosok yang memperkenalkan lebaran ketupat kepada orang -- orang, kemudian di jadikan simbol untuk perayaan hari raya idul fitri pada masa kerjaan demak saat itu dipimpin oleh Raden Patah.
Hadirnya Lebaran Ketupat menjadi ajang silahturahmi oleh sanak saudara dan sebagai ajang mempererat persaudaraan, karena kebersamaan memasak dan mengantar ketumpat ke orang terdekat.
Kupatan juga memanfaatkan acara slametan yang ada di masyarakat dan sudah melekat pada tradisi Nusantara. Â Tradisi pun saat ini ada untuk mengingatkan kita kepada ALLAH SWT, mengenalkan ajaran Islam, terutama untuk bersyukur kepada ALLAH SWT, dan ajang silahturahmi di hari raya idul fitri.
Filosofi Perayaan Kupatan
Tak jauh berbeda dari arti perayaan kupatan dan filosofi dari sebuah ketupat, apalagi bagi masyarakat jawa.
Tradisi Kupatan selalu melekat dengan ketupat yaitu makanan dengan bahan beras yang dibungkus oleh janur kuning berbentuk segi empat.
Memiliki arti mendalam pada filosofi jawa, Ketupat yaitu " Ngaku Lepat " artinya mengakui kesalahan. Dengan arti tersebut Ketika orang memberikan ketupat kepada orang lain bertujuan untuk mengakui kesalahan dan dimaafkan oleh orang yang menerima ketupat.
Ketupat tak bisa lepas oleh hidangan disampingnya, seperti opor ayam, semur tahu dan. Berbagai menu disamping ketupat memiliki makna tersendiri didalamnya yaitu "pangapunten" berarti memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Adanya filosofi yang terkandung pada setiap hal didalam tradisi lebaran ketupat. Bertujuan untuk mengingatkan kita untuk tidak syirik, dan melestarikan syiar Islam melalui akulturasi budaya terkhusus di Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H