Mohon tunggu...
Rizky Amantha
Rizky Amantha Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Hobi Memancing Ikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal Melalui Edukasi Digital Marketing di Desa Mojokembang"

15 Januari 2025   20:29 Diperbarui: 15 Januari 2025   20:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                             

Era digital telah mengubah secara fundamental cara masyarakat berinteraksi, berkomunikasi, danmelakukan transaksi ekonomi. Di tengah perubahan ini, desa-desa di Indonesia menghadapi tantangansekaligus peluang besar untuk mengembangkan potensi ekonomi lokalnya. Desa Mojokembang menjadi contoh nyata bagaimana edukasi digital marketing dapat menjadi katalis dalam meningkatkan
daya saing produk lokal dan memberdayakan masyarakat desa.
Kami Mahasiswa KKN R15 Untag Surabaya melakukan Program pendampingan pembuatan konten marketing yang dilakukan di Desa Mojokembang, dengan dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Bapak Zida Wahyudin,S.Pd.,m.Si. Program kerja ini dijalankan oleh Mahasiswa Sub kelompok 3 yang beranggotakan 5 orang mahasiswa yakni Rizky A.P.Santoso, Renaldi A.Zhafero,Febyana S.Kurniati,Bunga Soraya dan Markus A.S. Makin. Program pendampingan pembuatan konten marketing ini
merupakan langkah strategis dalam menjembatani kesenjangan digital yang masih terjadi di wilayah
pedesaan. Inisiatif ini tidak hanya sekadar memberikan pelatihan teknis, tetapi juga membuka
wawasan masyarakat desa tentang potensi pasar yang lebih luas melalui platform digital. Keterlibatan
aktif ibu-ibu PKK dalam program ini menunjukkan bahwa transformasi digital bukan lagi menjadi
domain eksklusif kaum muda atau masyarakat urban.
Aspek paling menarik dari program ini adalah pendekatannya yang komprehensif dan berbasis
praktik. Penggunaan aplikasi CapCut untuk pembuatan konten visual, serta pemanfaatan platform
media sosial populer seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp, mendemonstrasikan bahwa teknologi
digital dapat diakses dan dipelajari oleh siapa saja. Pendekatan ini sangat relevan mengingat
konsumen saat ini lebih responsif terhadap konten visual yang menarik dan autentik.
Namun, keberhasilan program ini tidak lepas dari beberapa faktor kritis yang perlu digarisbawahi.
Pertama, adanya kesadaran dan kemauan dari masyarakat desa untuk beradaptasi dengan perubahan.
Ibu-ibu PKK Desa Mojokembang menunjukkan antusiasme tinggi dalam mempelajari teknik-teknik
baru pemasaran digital, yang mencerminkan keterbukaan mereka terhadap inovasi. Kedua, dukungan
infrastruktur dan akses internet yang memadai menjadi fondasi penting dalam implementasi strategi
digital marketing.


Lebih dari sekadar pelatihan teknis, program ini membawa dampak transformatif yang lebih luas.
Masyarakat desa tidak lagi hanya berperan sebagai produsen yang pasif, tetapi menjadi pelaku usaha
yang aktif dalam memasarkan produknya. Kemampuan membuat konten marketing yang menarik. memberi mereka kendali lebih besar atas narasi produk mereka dan cara produk tersebut dipresentasikan kepada konsumen. Peningkatan literasi digital juga membawa dampak multiplier effect bagi ekonomi desa. Ketika pelaku usaha lokal mampu memasarkan produknya secara lebih efektif, hal ini tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga mendorong inovasi produk dan layanan. Mereka menjadi lebih responsif terhadap feedback konsumen dan tren pasar, yang padagilirannya mendorong peningkatan kualitas produk lokal.

Aspek penting lainnya adalah pemberdayaan perempuan dalam ekonomi digital. Keterlibatan ibu- ibu PKK dalam program ini menunjukkan bahwa teknologi digital dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif. Mereka tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga kepercayaan diri untuk berpartisipasi aktif dalam ekonomi digital. Hal ini sejalan dengan upaya pengentasan kesenjangan gender dalam akses dan pemanfaatan teknologi digital.

 
 

Program pendampingan ini juga mendemonstrasikan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi,
pemerintah desa, dan masyarakat. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya telah menunjukkan peran
pentingnya dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat desa. Model kolaborasi
ini dapat menjadi blueprint bagi program-program serupa di desa-desa lain.
Namun, keberlanjutan program menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Diperlukan mekanisme
pendampingan berkelanjutan untuk memastikan bahwa keterampilan yang telah diperoleh dapat terus
dikembangkan. Pembentukan komunitas digital marketing di tingkat desa bisa menjadi solusi untuk
memfasilitasi pembelajaran berkelanjutan dan berbagi pengalaman antar pelaku usaha.
Lebih jauh, program ini juga membuka peluang untuk pengembangan ekonomi kreatif di desa.
Kemampuan membuat konten digital yang menarik dapat menjadi modal bagi munculnya industri
kreatif baru di desa, seperti jasa pembuatan konten digital atau konsultasi pemasaran digital. Hal ini
dapat menciptakan lapangan kerja baru dan diversifikasi ekonomi desa.
Di era dimana diferensiasi produk semakin sulit dilakukan, kemampuan bercerita melalui konten
digital menjadi keunggulan kompetitif yang penting. Produk-produk lokal Desa Mojokembang kini
memiliki kesempatan untuk menceritakan kisah unik mereka, nilai-nilai tradisional yang melekat,
serta proses produksi yang authentic kepada konsumen yang lebih luas.
Kesuksesan program di Desa Mojokembang ini dapat menjadi model bagi pengembangan program
serupa di desa-desa lain. Beberapa pembelajaran kunci yang dapat diambil antara lain pentingnya
pendekatan praktis dalam pelatihan, fokus pada platform digital yang relevan dengan target pasar,
serta pentingnya membangun kepercayaan diri peserta dalam menggunakan teknologi digital.
Ke depan, tantangan yang perlu dihadapi adalah bagaimana memastikan bahwa keterampilan digital
marketing ini dapat berkontribusi pada peningkatan pendapatan yang signifikan dan berkelanjutan
bagi pelaku usaha desa. Hal ini membutuhkan pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek
pemasaran, tetapi juga pengembangan produk, manajemen kualitas, dan strategi penetapan harga yang
kompetitif.
Program edukasi digital marketing di Desa Mojokembang telah menunjukkan bahwa transformasi
digital di pedesaan bukan sekadar angan-angan. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan
berbagai pihak, masyarakat desa dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan daya
saing produk mereka dan menciptakan kesejahteraan yang lebih baik. Inisiatif ini menjadi bukti nyata
bahwa pembangunan ekonomi digital yang inklusif adalah sebuah keniscayaan yang perlu terus
didorong dan dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun