Mohon tunggu...
Rizky Amanah
Rizky Amanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hallo, Sahabat kyan. Semoga kalian senang dengan tulisan-tulisan aku ya. Terima kasih sudah bersedia membaca nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tulisan Rindu

26 Juni 2023   20:53 Diperbarui: 26 Juni 2023   21:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haruskah kita se-asing ini?

Malam semakin larut dengan air mataku yang kembali menetes melihat foto-foto kita pada album ponselku. Aku masih tidak mampu menghapus beberapa cerita yang pernah terjadi, baik itu pada bentuk fisik ataupun dalam bentuk bayangan dipikiranku. 

Ardia, maaf aku gagal melupakanmu. Meskipun pada pertemuan terakhir kita kamu bicara. "Aku tetap milikmu sampai nanti", tetapi aku tidak tahu arti nanti itu kapan. Dan kamu tidak mengizinkan aku bertanya kata "kapan?". Kamu mengatakan aku akan tetap menjadi milikmu tetapi memang pada hakikatnya wanita adalah penunggu paling hebat di bumi. 

Baca juga: Kyanardia

Aku sudah berusaha mengisi waktu kosong ku dengan semua kegiatan baru. Namun tetap saja hanya kamu yang ada dalam pikiranku. Padahal sudah seremuk itu kamu berikan aku luka-luka yang sama. Aku tidak tahu ardia kapan aku benar-benar lupa. 

Jika katamu kamu akan kembali kepadaku, aku tetap disini ardia. Semoga jika waktu mengizinkan kita kembali bersama aku tidak ingin lagi bicara kata kembali. aku ingin kita memulai dari awal. Seperti bunga yang dihinggapi dengan kupu-kupu di taman, pertemuan sebagai perkenalan seolah kamu dan aku tidak saling mengetahui sebelumnya. 

Aku tahu saat ini kita masih saling berkomunikasi, masih saling berkirim pesan. Namun aku merasa ini salah ardia. Karena aku tahu kamu masih bersama bunga itu disana. Tapi kamu meminta aku untuk tidak memblokir akses untuk berkomunikasi. Aku bingung ardia, aku kalut dalam pikiranku saat menahan rindu ini. Rindu ini selalu mengamuk pada saat yang tidak tepat, saat aku sendiri di kamar ku.

Baca juga: Rumah Bernyawa?

Tidak tahu apa yang perempuan itu lakukan terhadapmu, aku tidak tahu juga apa alasan kamu mengucapkan hal terakhir tentang perempuan itu kepadaku. Aku tidak bisa menyebutkannya disini, itu terlalu privasi. 

Pada dinding kamar yang bisu, aku masih sering menyebut nama-mu dalam do'aku padanya. Mungkin jika boneka yang ada disamping kasurku bisa bicara pasti dia sudah ingin sekali teriak mendengar cerita-ceritaku yang selalu tentang kamu. Kamu yang pergi meninggalkan aku, Kamu kembali dengan aku, Kamu pergi lagi, Kamu datang lagi. Ahh sudahlah banyak sekali pertemuan yang membuat aku gagal melupakanmu. 

Jaga dirimu ardia,

Kyan0220-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun