Mohon tunggu...
Rizky Amalia
Rizky Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

220910101140

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Moneter Melanda Asia Tahun 1997

29 Maret 2024   14:30 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:53 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem Moneter Internasional merupakan salah satu instrumen yang berperan penting dalam ekonomi. Sistem moneter sangat memberikan pengaruh dalam setiap kegiatan perekonomian yang terjadi di dunia. Pasalnya, sistem moneter hadir sebagai struktur, perjanjian dan institusi yang menentukan besaran nilai juga kurs berbagai jenis mata uang yang ada di dunia. Penentuan kurs akan berkaitan dan mempengaruhi terhadap kegiatan perdagangan internasional, penyesuaian aliran modal dan neraca pembayaran (Eiteman et.al., 1995). Secara garis besar, krisis moneter bukanlah pertanda baik melainkan pertanda buruk. Krisis moneter menunjukkan kondisi perekonomian yang sedang turun atau terpuruk oleh suatu negara. Maka dari itu, krisis moneter akan berdampak sekalipun pada hal terkecil dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Jika suatu negara mengalami krisis moneter, maka kegiatan perekonomian dalam negara akan terhambat dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perekonomian merupakan aspek inti dalam kehidupan, maka jika terjadi ketidaksesuaian fungsinya akan menimbulkan kekacauan bahkan konflik dalam negara. 

Krisis moneter dapat terjadi karena beberapa faktor tertentu yang dapat mempengaruhi stabilitas negara. Krisis moneter dapat dipicu oleh beberapa hal diantaranya, keuangan yang tidak stabil, ketidakseimbangan neraca perdagangan, krisis ekonomi secara global dan kebijakan moneter yang tidak efektif dan tingginya hutang luar negeri. 

Sebagaimana hutang adalah uang milik orang lain yang kita pinjam, maka sudah semestinya untuk dikembalikan. Suatu negara dapat terjerat krisis moneter karena tingginya hutang luar negeri yang tidak disertai pengukuran kemampuan untuk membayar hutang di kemudian hari. Tentunya negara melakukan hutang luar negeri dengan maksud tujuan untuk menyediakan pinjaman dana sebagai upaya memudahkan rakyatnya melakukan kegiatan ekonomi seperti membuka usaha untuk meningkatkan penghasilan. Dengan harapan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri akan memberikan penghasilan banyak. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi menjadi kurang tepat dan malah menjadi trap jika tidak disertai kebijakan yang mengatur jumlah besaran pinjaman. Mudahnya, krisis moneter ini dapat diumpamakan dengan mobil yang dipacu dengan cepat, tetapi tidak mempertimbangkan apakah bensin tersebut dapat cukup untuk sampai pada tujuan sesuai rencana. Upaya pembangunan usaha selalu dikebut, tetapi tidak memperkirakan apakah dapat mengembalikan tepat waktu. Alhasil, negara memiliki hutang tinggi belum terhitung bunga yang selalu berjalan. 

Hutang yang dimiliki negara akan berpengaruh pada stabilitas perekonomian negara. Hutang yang terlalu banyak akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian khususnya sektor keuangan dan perbankan. Hal ini tentu tidak berdampak baik karena para investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia akan ragu dan berujung pada dicabutnya modal atau dikurang besaran modal. Investor akan ragu jika negara destinasi bisnisnya mengalami ketidakstabilan atau krisis moneter karena sangat memungkinkan negara tersebut mengalami collapse, karena tujuan mereka adalah mendapat keuntungan. Jika investor benar-benar hengkang, akan memunculkan tekanan baru lainnya.

Krisis moneter pernah terjadi di tahun 1997 yang melanda beberapa negara di Asia khususnya Asia Tenggara sebagai negara yang paling terdampak. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 2 Juli 1997 merupakan periode krisis keuangan yang terjadi secara global dan pertama kali terjadi di Thailand. Penyebab krisis moneter yang melanda Asia khususnya Indonesia terjadi karena beberapa hal seperti merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Krisis ini merupakan salah situ krisis yang sangat parah karena menimbulkan situasi politik yang tidak terkontrol. Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya inflasi parah yang membuat terjadinya kenaikan harga kebutuhan bahan pokok sehingga menyulitkan masyarakat untuk melakukan pemenuhan kebutuhan. Penyebab utama dari terjadinya krisis moneter adalah rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Sistem devisa bebas terjadi tanpa adanya pengawasan yang mencukupi. Spekulatif yang dimunculkan juga mempengaruhi terhadap depresiasi nilai tukar rupiah.

Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya krisis moneter adalah akumulasi utang yang tidak terkendali. Ketidakmampuan devisa negara dalam membayar utang luar negeri swasta serta bunga yang setiap saatnya akan selalu naik. Utang yang tinggi tetapi tidak disertai kemampuan membayar memperburuk krisis yang terjadi. Peran pemerintah dalam memberikan arahan serta spekulasi juga berpengaruh dalam peristiwa konflik moneter. Ketidaktepatan pemerintah dalam memberikan arahan atau sinyal dianggap tidak tepat sehingga membuat pelaku ekonomi tidak dapat mempertahankan nilai tukar rupiah di tingkat normal. Nilai rupiah yang terlalu tinggi berimbas pada tingginya nilai suku bunga sehingga membuat nilai pinjam rupiah relatif naik lebih mahal tetapi pinjaman mata uang luar menjadi lebih mudah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun