Tak lama dari itu, aku mendapat panggilan lagi. Kawan sejawat berkata, "Udah koma ya, kenapa gak ikut?," ujar Rahmad.
Jawabku dengan santai, "Emang aku siapa, bukan siapa-siapa, cuma warga saja," ucapku sambil tertawa.
Pertemuan itu memang singkat, tak lama lagi Syaridin sudah pergi dari Kota Langsa. Entah bagaimana nantinya.
Dari berita yang beredar kunjungan Syaridin menuju Langsa Timur, banyak hal yang dapat dipetik.
Salah satunya, ternyata masih banyak perlu dibenahi oleh setiap Gampong. Memang rasaku, permasalahan pendataan ini sudah jadi penyakit sejak lama.
Mungkin ucapan yang sangat tendesius, tapi perlu dicatat dan bisa dipertanyakan juga kesetiap Gampong yang ada. Apakah warga yang sakit di setiap Kecamatan sudah didata oleh Pemerintah Gampongnya, misalnya contoh orang sudah Udzur tak sanggup berdiri dan sedang dalam masa pengobatan.
Atau warga yang masuk dalam kategori miskin dan tak berpenghasilan, hanya bergantung dengan dermawannya tangan orang-orang hebat. Penting dari itu semua, memang semuanya ada kurangnya dan kelebihannya. Pikiran seorang Pemimpin tak hanya tentang warga saja, banyak lagi seperti mensejahterakan warganya.
----
Kunjungan Syaridin ke Timbang Langsa, Kecamatan Langsa Timur memang sedang menjadi sorotan terbuka.
Asiknya aku melihat ketika foto itu berbicara, Ia menyapa hingga kedalam kamar. Tapi rasaku tak elok sekali, bukan Syaridinnya melainkan padatnya, rasaku cukup Syaridin, Perwakilan Baitul Mal dan pihak keluarga saja. Sisanya eloknya menunggu diluar ruangan tak perlu ada didepan pintu.