Bekasi. Salah satu pasien RS Anna Pekayon IK (67) diduga menjadi korban salah diagnosa oleh akhirnya melakukan mediasi dengan pihak keluarga pasien. (02/06/2024)
Mediasi antara pihak RS Anna (AN) Selaku anak dari (IK) yang mendampingi sang ayah saat mediasi dengan pihak Rumah Sakit juga dihadiri oleh Huden Kerbala, SH. (Tim Legal RS Anna), Dokter Tedi (Spesialis penyakit dalam) dan Dokter Yunus. Namun dari hasil pertemuan tersebut masih belum mendapatkan hasil yang berarti.
AN menjelaskan "hasil pertemuan tersebut saya nilai cukup menggelitik, karena Dokter Tedi memberi statemen yang berbelit-belit dan tidak jelas arah dari pembicaraan nya. Awalnya Dokter Tedi bilang hanya terjadi miss komunikasi, intinya beliau tidak mendengarkan keluhan pasien hanya sibuk membela diri dengan dalih kalau penyakit batu empedu atau radang. Namun logikanya selama ayah saya berobat disana mengapa tidak terdiagnosa selama ayah saya berobat selama hampir 2 tahun di RS Anna Pekayon," ujar AN
AN menambahkan, "saya  bingung dengan jawaban Dokter Tedi, karena setahu saya Dokter Tedi merupakan Spesialis Penyakit Dalam. Berarti seharusnya beliau melakukan tindakan dengan pemeriksaan organ dalam pasien IK (67) dan hasil rujukan dari Klinik Cemara tidak dilihat sama sekali, jawaban dari Dokter Tedi hanya "aman pak ini hanya penyakit tua" sebagai seorang pakar dibidang medis seharusnya Dokter dapat menjelaskan secara rinci penyakit yang diderita pasien, bukannya memberi jawaban yang tidak etis dilontarkan oleh seorang Dokter,"
Dari hasil pertemuan mediasi tersebut Husen Kerbala, SH (Tim Legal RS Anna Pekayon) dan Dokter Yunus selalu memberi penjelasan yang cenderung membela Dokter Tedi, seharus dua orang ini menjadi mediator yang netral antara pasien dan Dokter Spesialis Penyalit Dalam tersebut (Dokter Tedi).
"Jadi selama ayah saya IK (67) berobat di RS Anna Pekayon ternyata ayah saya terjangkit Tyfus dengan angka 300 lebih, yang seharusnya mendapatkan perawatan, namun nyatanya ayah saya tidak mendapat perawatan atau tindakan apapun justru Dokter menyuruh ayah saya untuk pulang dan lebih parahnya ayah saya mengetahui jika dirinya terjangkit Tyfus dan dengan angka setinggi itu pihak RS Anna Pekayon tidak memberitahukan hal tersebut kepada pasien. Jadi intinya pihak RS Anna Pekayon saya nilai kurang baik dalam penamganan dan pelayanan, karena banyak juga pasien dari Dokter Tedi yang berobat selama 4 tahun hanya diberi obat terus menerus tanpa adanya tindakan berarti hingga pasien tersebut frustasi dan memutuskan untuk berhenti berobat di RS Anna Pekayon karena tak kunjung sembuh," tutupnya. / (Akbar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H