Mohon tunggu...
Rizky Aji Saputra
Rizky Aji Saputra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Suka sains dan ingin Jadi pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Timang, Penguji Andrenalin

7 Januari 2015   23:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_389147" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Timang"][/caption]

Menuju Pantai Timang

Siang itu matahari tertutup oleh awan dan menyisakan sedikit cahaya, namun dengan tekad yang kuat untuk berpetualang membawa kendaraan melaju dari Jogja menuju Gunung Kidul yang memakan waktu sekitar 3 jam. Tujuannya adalah menelusuri Pantai Timang. Pantai yang terletak diantara pantai siung dan pantai sundak ini berlokasi memang relatif terpencil dan aksesnya cukup sulit. Pantai ini sepertinya belum banyak dikembangkan sebagai obyek wisata. Ini terlihat dari jalan yang menuju pantai Timang yang lumayan berat. Kami harus melewati jalan berbatu yang tajam dan besar sejauh kurang lebih 3 Km. Pantai Timang berada di Pedukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Akses menuju pantai ini dapat melalui jalur utama Jepitu – Tepus dan mulai masuk jalan kampung di pertigaan Wingangun /Nangun (pertigaan ini 50 meter sebelah barat dari pertigaan kalau mau ke pantai Siung), kemudian nanti ada papan petunjuk kecil menuju Pantai Timang.

[caption id="attachment_389153" align="aligncenter" width="300" caption="Kondisi Jalan Menuju Pantai Timang"]

14206219791819302925
14206219791819302925
[/caption]

Potensi Ekowisata Pantai Timang

Pantai ini menyuguhkan keindahan yang mampu melunasi rasa lelah selama perjalanan. Pantai Timang memiliki pemandangan yang sangat menawan dengan pasir putih yang terhampar bersih disepanjang pesisir pantai ini. Tumbuhan pandan berderet tumbuh subur disekitar pantai ini menambah keindahan panoramaPantai Timang. Pengunjung pantai ini belum sebanyak pantai lainnya yang sudah terkenal sebelumnya sehingga bila anda perhatikan suasana di pantai ini masih terkesan alami. Pantai Timang yang terletak di Gunungkidul ini sebenarnya dibagi menjadi dua area yang berbeda, pada bagian pertama berada di sebelah Timur yang merupakan pantai dengan pasir yang berwarna putih bersih sama dengan kebanyakan pantai putih lainnya. Sedangkan pada bagian kedua yang berada pada sisi bagian Barat berupa perbukitan batu-batuan yanng cukup terjal yang berbatasan langsung dengan laut. Pada pantai berbatu ini pemandangan akan sangat indah karena terdapat batu yang cukup besar berdiri kokoh di pinggir pantai. Batu besar atau pulau tersebut dikenal dengan nama Batu Panjang atau Pulau Panjang dan Pulau Timang.

[caption id="attachment_389163" align="aligncenter" width="300" caption="Menjaring Ikan Diantara 2 Pulau"]

1420622314840686326
1420622314840686326
[/caption]

Untuk mencapai Pulau Timang ini wisatawan harus menggunakan semacam gantola tradisional atau kereta gantung yang terbuat dari kayu dan bambu yang dirangkai dengan tambang tali plastik yang sangat kuat sehingga dapat menopang berat badan dari seseorang dan selanjutnya ditarik oleh beberapa orang sehingga gantole tersebut akan bergerak ke arahPulau Timang. Gondola tradisional tersebut berada di salah satu tebing setinggi 50 sampai 60 meter. Menurut masyarakat di sekitar, gondola tersebut pertama kali dibuat di tahun 1997. Tujuannya untuk membantu nelayan mencari lobster dalam karang besar yang ada di tengah laut. Karang besar tersebut berada sekitar 50 meter dari pantai. Dulunya, para nelayan mencari lobster ke karang dengan berenang melewati arus laut yang tinggi dan ganas. Akhirnya di tahun 1997, gondola tersebut dibuat. Dengan adanya gondola itu, para nelayan memang tidak perlu berenang. Jarak luncur dari gantole ini sekitar 50-100 meter kearah barat dari Pantai Timang.

Gondola kayu yang ada di Pantai Timang bukanlah fasilitas penunjang wisata yang disediakan oleh pemerintah Gunung Kidul. Pada awalnya untuk menyeberang menggunakan kereta gantung ini gratis, namun melihat potensi yang ada, kemudian warga setempat mengkomersilkannya. Untuk sekali menyeberang, warga mematok biaya sebesar Rp 200.000. Lumayan mahal sih, namun harap dimaklumi untuk menarik kereta gantung diperlukan tenaga yang banyak serta keahlian khusus. Dijamin, pengalaman yang didapat lebih berharga dari nominal uang yang dibayarkan tersebut

[caption id="attachment_389158" align="aligncenter" width="300" caption="Gondolan Yang Digunakan Untuk Menyebrang"]

14206221361310484702
14206221361310484702
[/caption]

Walau banyak yang meragukan kekuatan gondola tersebut, namun banyak pengunjung yang penasaran ingin menaiki gondola yang terbuat dari kayu dan digantung di tambang plastik. Talinya dikaitkan ke tiang kayu yang ditancapkan pada karang-karang. Dibutuhkan mental yang kuat bila ingin mencoba menyeberang kesana, karena sepanjang jarak tersebut anda akan meluncur sendirian menaiki gantole diatas lautan yang dalam dengan ombak yang besar. Biasanya pengunjung menaikinya untuk menyeberang ke karang di tengah laut. Lama perjalanan dari tepi pantai ke karang ternyata tidak lama, hanya memakan waktu sekitar tiga menit di perjalanan. Di tengah perjalanan, para pengunjung yang naik akan diguyur air laut.

Banyak pengunjung yang datang kesana sekedar menikmati pemandangan atau beberapa wisatawan dari luar negeri sengaja duduk sambil berjemur disana karena cuaca di siang hari disana sangat panas. Jalan ke karang-karang kecil di bawah karang besar tersebut, Anda dapat menggunakan tangga kayu untuk turun. Disanalah para nelayan mencari lobster-lobster. Setelah puas melihat laut di karang besar tersebut, saatnya pulang ke tepi Pantai Timang. Para pengunjung akan berkumpul menunggu gondola tradisional dan besar tersebut. Mereka akan kembali ke tepi pantai dengan menaiki gondola tersebut, namun untuk menjaga keamanan para pengunjung menaikinya secara perseorangan. Memang, tidak ada jaminan ataupun pihak yang bertanggungjawab atas keselamatan Anda ketika naik kereta gantung sederhana ala nelayan setempat ini. Tapi jika berani mengambil risiko untuk menjajal, sensasinya luar biasa.

[caption id="attachment_389160" align="aligncenter" width="300" caption="Nelayan Yang Sedang Menyebrang"]

1420622220387993621
1420622220387993621
[/caption]

Kehidupan Masyarakat Sekitar

Jika anda beranggapan bahwa banyak masyarakat sekitar Pantai Timang berprofesi sebagai nelayan, maka anggapa n itu salah. Karena faktanya tidak banyak warga sekitar yang menjadi nelayan. Walaupun memiliki daerah di dekat pantai, masyarakat sekita Pantai Timang kebanyakan berkerja sebagai petani. Hal ini terlihat dari pemandangan yang tersaji sepanjang jalan terjal menuju Pantai Timang, banyak sekali terhampar lahan pertanian berupa sawah. Ini dikarenakan lahan pencarian ikan yang tidak luas dan kurangnya sarana dalam pencarian ikan menyebabkan masyarakat lebih memilih memanfaatkan lahan-lahan kosong sebagai tempat mencari nafkah.

Ini juga terjadi karena masyarakat dan pemerintah belum mengembangkan salah satu tujuan wisata yang menguji adrenalin ini, ini terbukti dengan akses menuju Pantai Timang yang masih tergolong sulit karena jalan yang terjal dan berbatu. Dan untuk di pantai sendiri tidak ada penjual makanan dan minuman sehingga jika anda kesini, maka siapkanlah bekal sendiri untuk mengantisipasi rasa lapar dan haus.

[caption id="attachment_389175" align="aligncenter" width="300" caption="Persawahan di Sekitar Pantai Timang"]

14206230031348629002
14206230031348629002
[/caption]

Pengembangan Pantai Berbasis Masyarakat

World Tourism Organization (WTO) pada 1995 menunjukkan bahwa telah muncul perkembangan pariwisata alternatif yang dipandang lebih menghargai lingkungan dan juga kebudayaan masyarakat lokal. Kenyataan tersebut memicu kesadaran pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan sebagai "alternative tourism". Pariwisata alternatif dimengerti sebagai pariwisata yang mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya alam saat ini untuk generasi mendatang, seperti green tourism, soft tourism, low-impact tourism, eco-tourism, responsible  tourism, sustainable tourism, dan lain-lain. Orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta di atas sebagai pertimbangan pokok dalam menumbuhkembangkan kapasitas dan kapabilitas pada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan pelayanan sekaligus merealisasikan peran sentral masyarakat dalam aktivitas pembangunan kepariwisataan sesuai dengan harapan dan kemampuan yang dimiliki. Partisipasi masyarakat dirasa sangat penting untuk mengambil keputusan dalam pembangunan kepariwisataan maupun manfaat yang akan diterima sebagai implikasi berlangsungnya aktivitas wisata di kawasan pedesaan., Di Indonesia pengembangan desa wisata lebih banyak difasilitasi negara, sedangkan masyarakat cenderung pasif. Akibatnya, kapasitas lokal di dalam merespon inovasi yang disponsori negara melalui pembangunan desa wisata masih menghadapi sejumlah persoalan krusial.

Keterlibatan warga dalam pengembangan desa wisata menjadi hal yangkrusial, sebab dari merekalah akan diketahui dan dipahami sejauh mana potensi wilayahnya. Selain itu, keterlibatan  dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan memastikan bahwa hal yang akan diperoleh berkaitan dengan kebutuhan dan keuntungan warga setempat. Akhirnya, peran warga dalam pembangunan pariwisata sangat mendesak untuk dikembangkan dan ditempatkan sebagai bagian yang terintegrasi. Partisipasi masyarakat hakekatnya bukan semata mendorong terjadinya proses penguatan kapasitas masyarakat lokal, namun dapat berlaku sebagai sebuah mekanisme guna meningkatan pemberdayaan bagi warga untuk terlibat dalam pembangunan secara bersama. Dalam proses pembangunan ekonomi di wilayah pedesaan warga hendaknya tidak saja dijadikan objek, melainkan sebagai subyek dalam menentukan arah perkembangan masyarakat, sehingga jika warga masyarakat menolak investasi yang masuk, maka pemerintah juga tidak dapat memaksakan kehendaknya.

Hingga akhirnya pembangunan yang melibatkan masyarakat secara utuh ini dapat memberikan peluang sebagai sumber ekonomi yang didapat dengan penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk (home stay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Karena semua hal tersebut belum terdapat di Pantai Timang. Akhir kata, setidaknya masyarakat dapat merasakan sedikit kekayaan alam yang dimiliki walaupun di sisi lain banyak sekali eksploitasi besar-besaran oleh bangsa asing dan oknum dalam negeri yang tidak bertanggung jawab.

Cari tau Pariwisata Indonesia lainnya di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun