Mohon tunggu...
Rizky Hermawan
Rizky Hermawan Mohon Tunggu... -

Anak betawi asli yang berjuang meraih masa depan dan cita-citanya.kuliah di IPB Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan dan minornya agribisnis. Bismillah... SEMANGAT!!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian di Ufuk Senja

30 Juli 2010   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah satu jam mereka menunggu hasil diagnosa Dokter di UGD, akhirnya Dokter pun memberikan gambaran tentang keadaan Bu Azizah saat ini.

“Ehm...Betul kalian keluarga Bu Azizah?” Tanya Dokter.

“Betul Dok! Kami keluarga Bu Azizah.” Jawab Tami dan Bu Yani serempak.

“Hasil dari diagnosa di UGD tadi, ternyata Bu Azizah pelipis kanannya mengalami benturan yang cukup keras dengan benda tumpul sehingga membuat Beliau tidak sadarkan diri dan mengalami amnesia ringan. Kami juga menemukan terjadinya pergeseran letak tulang pada bagian Sendi Plana Bu Azizah. Tapi kalian jangan terlalu panik, hal ini masih bisa disembuhkan dengan melakukan terapi-terapi secara berkala dan Insaya Allah peluang untuk sembuh dan sehat seperti sedia kala masih terbuka lebar. Akan tetapi, terapi tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya dan waktu yang lama, paling cepat satu tahun Bu Azizah pulih seperti sedia kala.”

“Astagfirullah, mengapa harus jadi seperti ini? Kira-kira berapa biaya yang saya perlukan untuk pengobatan ibu saya, Dok?” Tanya Tami.

“Ya, lebih kurang tujuh jutaan. Itu pun belum termasuk biaya obat-obatan, Dik.” Jawab Dokter.

“Masya Allah, darimana uang sebesar itu bisa aku dapatkan Bu Yani?! Sedangkan pendapatan bapak per bulan ditambah dagangan warung nasi ibu sepertinya masih belum cukup membayar pengobatan dan terapi itu. Ditambah lagi aku belum menuntaskan administrasi di kampus karena aku belum mendapatkan beasiswa di IPB.” Tami terisak-isak menangis sambil memeluk Bu Yani erat-erat.

“Sabar Mi, ambil hikmahnya saja dari semua kejadian ini. Mungkin Allah sedang menguji kesabaran dan keikhlasanmu sebagai anak yang salihah. Allah akan menaikan derajatmu lebih tinggi bila kamu mampu melewati ini semua. Ingatlah sekenario Allah itu lebih indah, Allah akan menggantinya dengan yang terbaik pula untuk orang-orang yang bertawakal pada-Nya. Ibu rasa kamu lebih paham hal seperi ini daripada ibu.”

“Iya bu, aku jadi teringat firman Allah : Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan (ba’saaun), penderitaan (dhorroun) dan dalam peperangan (usaha). Mereka itulah orang yang benar-benar imannya dan mereka itulah orang yang bertakwa (Al-Baqarah : 177) .”

“Mi, kamu sudah kabari bapakmu kalau ibumu tertimpa musibah?” Tanya Bu Yani.

“Oia Bu! Tami lupa, ya sekarang tami telepon bapak dulu” Jawab Tami sembari mengambil hp-nya di dalam tas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun