Pandemi covid 19 yang menjadi di sebuah bencana Global membawa pengaruh yang sangat besar dalam berbagai aspek kelangsungan hidup manusia. Hampir seluruh aktivitas serba dibatasi dan dilakukan dari rumah mulai dari pendidikan yang yang dilaksanakan secara daring, pekerjaan yang dilakukan dari rumah atau work from home, ibadah, dan masi banyak lagi aktivitas yang dilakukan di rumah.Â
Pembelajaran jarak jauh merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar pelajar di Indonesia. Pembelajaran dilaksanakan dari rumah masing masing dengan memanfaatkan teknologi digital seperti laptop dan smartphone yang terhubung dengan internet dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, pembelajaran secara tatap muka hanya dilaksanakan beberapa kali dalam seminggu, biasanya hanya 3 pertemuan dengan waktu yang relatif singkat dengan kegiatan meliputi pengumpulan dan pengecekan tugas-tugas yang tentu saja guru tidak dapat mengkontrol secara maksimal terkait perilakunya ataupun tindakan dari siswanya. Ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring, pelajar dapat mengakses materi pembelajaran melalui internet yang dipandu oleh seorang guru tanpa harus pergi ke sekolah. Kondisi tersebut tentu saja membuat waktu di rumah para remaja atau pelajar ini ini menjadi lebih banyak. Sayangnya para remaja yang umumnya memasuki usia transisi dari anak-anak menuju dewasa dan sedang dalam fase pencarian jati diri, tidak sedikit dari mereka belum mampu mengatur waktunya ke hal positif ataupun memanfaatkan waktu luangnya untuk mengembangkan diri dalam mempersiapkan masa depan. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan pada aspek psikis fisik maupun psikososial, menurut Gisell, dkk (dalam Hurlock, 1900: 213) remaja pada usia belasan tahun cenderung mudah marah, mudah dirangsang, emosi yang tidak stabil dan terkadang meledak-ledak, dan tidak berusaha mengendalikan perasaannya
Banyak remaja yang mengaku merasa sangat bosan dalam beraktivitas di keseharian mereka yang hanya dilakukan di rumah saja, banyak dari mereka yang mengalami kejenuhan atau kebosanan akibat kegiatan yang dilakukan di rumah saja hingga terkadang melampiaskan kejenuhan tersebut dengan cara-cara yang salah dan dan dapat memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.Â
Situasi dan kondisi pada saat pandemi ini memang menjadi kondisi yang tidak biasa bagi semua orang yang dan tidak semuanya dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan cepat, khususnya pada remaja dimana masa-masa tersebut menjadi masa yang yang dianggap menyenangkan karena pada saat itu itu merupakan masa pencarian jati diri, kehadiran pandemi ini sangat mempengaruhi perkembangan remaja dalam mencari jati dirinya. Dikala melangsungkan kegiatan pembelajaran dari rumah para remaja kurang mendapat kontrol dari guru dan pihak sekolah, Selain itu para orang tua juga terkadang terlalu sibuk dengan urusannya sehingga kurang memperhatikan mendampingi masa tumbuh kembang remaja akibatnya banyak remaja yang melakukan perilaku menyimpang akibat sosialisasi yang kurang faktor-faktor lainnya.Â
Penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran jarak jauh yang tidak diimbangi dengan pengawasan dan pengarahan oleh orang tua dan guru juga dapat menimbulkan sebuah permasalahan baru, melalui internet mereka dapat mengakses berbagai situs tidak hanya situs-situs yang yang mengandung konten positif namun mereka juga dapat mengakses segala sesuatu yang ending-nya dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain akibat self control yang kurang. Isu sosial yang ditimbulkan oleh perilaku irasional remaja Bukankah sesuatu yang baru namun sudah terjadi sejak lama, berbagai penyimpangan tersebut justru jumlahnya semakin besar ketika laju pertumbuhan industrialisasi dan urbanisasi meningkat khususnya di masa pandemi covid 19 ini, oleh karena itu isu sosial berupa kiris moral berserta kenakalan yang dilakukan oleh remaja harus terus digali akar permasalahannya dan diperlukan solusi yang badan tepat dalam menanggulangi tingkah laku menyimpang tersebut karena tidak dapat dipungkiri bahwa remaja memiliki peran yang sangat besar sebagai generasi penerus bangsa, permasalahan ini dapat dikaji secara cara ilmiah dengan menggunakan pendekatan ke IPS an. Rasa keingintahuan para remaja yang sangat tinggi seharusnya diarahkan pada aktivitas yang bersifat positif dalam mempersiapkan masa depannya.Â
Masih berhubungan dengan kenakalan remaja, salah satu isu sosial yang harus segera diatasi karena dampaknya yang luar biasa adalah krisis moral yang sekarang ini marak terjadi di kalangan pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Banyak anak dengan usia belasan tahun yang belum mencakup kematangan mental dan emosional sosial seringkali tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dan melakukan tindakan buruk. Budaya Indonesia yang mana memiliki nilai-nilai luhur, adab, serta sopan santun ini semakin tidak tercermin pada generasi muda di zaman sekarang. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ternyata menjadi salah satu pemicu terjadinya krisis moral pada pelajar terutama di masa pandemi ini dengan kondisi para pelajar yang , yang manaintens menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi dapat dengan mudahnya menyajikan berbagai informasi dan berperan besar terhadap pembentukan kebiasaan dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral pelajar. Kaum muda merupakan generasi emas penerus bangsa yang akan menjadi penentu maju atau tidaknya suatu bangsa, tentu saja fenomena krisis moral pada remaja merupakan isu atau masalah sosial yang harus segera diselesaikan karena hal ini jika dibiarkan terus-menerus akan semakin merusak kaum remaja terutama mengancam masa depannya. Permasalahan ini merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan strategi untuk menanganinya.Â
Hal ini mendorong semangat penulis untuk melaksanakan penelitian mengenai isu sosial berupa kenakalan dan krisis moral pada pelajar Indonesia.
Di masa pandemi covid 19 kini para pelajar yang melangsungkan kegiatan pembelajaran dari rumah tentu memerlukan arahan dan sokongan moral serta semangat agar tetap berada di jalan yang benar sesuai dengan hal-hal yang mendukung cita citanya. Berbagai media menyebutkan bahwa kini krisis moral dan kenakalan pelajar akibat stres ketika pembelajaran daring semakin marak, banyak pelajar melakukan berbagai aksi yang tidak layak mereka lakukan seperti tindak kriminal, bilangnya adab sopan santun, perilaku menyimpang pada pelajar, dan masih banyak lagi.Â
Degradasi atau krisis moral kini memang sedang naik kasusnya terutama di masa pandemi yang mana para pelajar tidak mendapat kontrol secara maksimal oleh pihak sekolah atau guru dan kurang mendapat pendidikan moral dari sekolah maupun orang tua. Hal ini didorong juga oleh digitalisasi yang mewarnai berbagai aspek kehidupan, moral para belajar semakin buruk ketika ia tidak memiliki benteng yang kuat karena melalui teknologi digital mereka dapat mengakses apa saja yang mempengaruhi pola pikir serta tindakannya. Krisis moral merupakan sebuah fakta pilu yang menjadi tamparan bagi dunia pendidikan di Indonesia, kasus kasus dengan perilaku seorang pelajar semakin banyak terjadi.
Jika ditinjau menggunakan pendekatan sosiologi maka fenomena krisis moral dan kenakalan yang terjadi pada pelajar Indonesia dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya proses sosialisasi nilai dan norma yang tidak sempurna di mana seorang anak tidak paham akan nilai dan norma yang harus ditaati di dalam kehidupan, ketika seorang anak tidak menerima sosialisasi yang sempurna akan nilai dan norma yang berlaku maka anak tersebut bisa saja tidak paham apa saja hal yang seharusnya mereka lakukan dan hal-hal apa saja yang tidak boleh mereka lakukan. Faktor lain yang juga menjadi pemicu adalah lingkungan bergaul yang tidak baik, seorang anak remaja yang ada pada fase pencarian jati diri seringkali salah arah ketika memilih lingkungan bergaul akibatnya mereka bertindak sesuai dengan apa yang yang dilakukan di dalam lingkungan pergaulannya. Lingkungan keluarga yang toxic juga dapat menjadi pemicu rusaknya moral remaja, banyak remaja yang hidup di dalam keluarga yang tidak harmonis, pola asuh yang tidak benar, orang tua yang tempramental, dsb sehingga menyebabkannya terjebak dalam berbagai permasalahan yang bertubi-tubi hingga untuk melampiaskan kekesalannya seorang anak dapat melakukan berbagai tindakan tidak terpuji yang sebenarnya mereka tunjukkan hanya karena untuk mencari perhatian.
Krisis moral dan kritis identitas yang terjadi pada pelajar Indonesia juga merupakan akibat negatif dari adanya globalisasi yang berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Globalisasi merupakan sebuah ancaman bila sumber daya manusia yang ada tidak mampu memanfaatkan kondisi kemajuan ini dengan positif, baliknya globalisasi menjadi di sebuah ancaman besar karena globalisasi memicu hilangnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, nilai dan norma ketimuran, dan sopan santun yang digantikan oleh budaya ke barat-baratan.Â