Mohon tunggu...
Rizky Hidayat
Rizky Hidayat Mohon Tunggu... Ilustrator - Perluas Sudut Pandang, Persempit Memandang Sudut.

Ghostwriter

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Salaman Online, Solusi Maaf Gaya Baru

13 Mei 2021   22:11 Diperbarui: 13 Mei 2021   22:13 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salaman kok online? Mohon maaf kok tanpa jabat tangan?

Hal receh seperti ini baru saja pagi tadi menjadi bahan diskusi saya dan kawan-kawan grup whatsapp.

Pasalnya bagaimana tidak, lebaran hari ini rasanya seperti di cekik oleh tirani-tirani kepentingan yang alibinya mengatasnamakan prokes dan aturan ba bi bu lainnya.

Dari sholat yang tidak sesuai sunnah Rasulullah (bab shaf dalam sholat), kemudian aturan pembatasan kunjungan atau silaturahmi ke tetangga dan sanak saudara serta larangan mudik tapi ke Mall boleh. Recehkan? Hehehe.

Hal-hal yang dibatasi tersebut sebetulnya sudah dirasakan sejak tahun lalu juga, tapi rasa-rasanya masa iya harus terus begini sih?

Padahal, jika kita mengikuti Teologi Al-Qur'an, sebetulnya Allah SWT sendiri sudah menjelaskan secara rinci jika setiap penyakit (wabah bahkan copad copid yang terjadi hari ini) itu diturunkan bersamaan dengan penawarnya. Termasuk sebetulnya sudah ada solusi yang muncul bersamaan dengan batasan-batasan yang secara sengaja bermaksud untuk dibatasi.

Contohnya seperti, sholat berjamaah jika tidak dibolehkan maka dicoba untuk sholat streaming saja dari rumah (tapi online).

Kemudian mudik jika tidak dibolehkan maka dicoba untuk video call saja orang yang ada di kampung halaman (tapi online).

Serta bersalaman jika tidak dibolehkan maka dicoba saja tetap bersalaman kemudian pakai handsanitizer. Bereskan?

Kalau masih dilarang juga, ya salaman virtual saja (tapi online).

Contoh-contoh solusi yang saya sebutkan di atas itu tadi, bisa menjadi salah satu oase atau tradisi gaya baru dalam menjalankan lebaran Idul Fitri di tengah pandemi yang tetap terjadi hari ini (bahkan mungkin pandemi bisa saja abadi sesuai perintah kepentingan).

Hanya saja, solusi itu bukan sebagai acuan syar'i jika menyangkut ibadah yang urusannya sudah mutlak berkaitan dengan ibadah Mahdo (seperti sholat).

Intinya, kembali pada lokus terkait memaafkan atau dimaafkan. Sebetulnya normatif jika dipandang harus memilih memaafkan apa dimaafkan. Sudah pasti semua memilih memaafkan.

Nah, jika memang memaafkan menjadi pilihan terbanyak dari kita. Maka mari saling memaafkan meski dilarang untuk berjabat tangan.

Mudah-mudahan amalan kita selama Ramadan tahun ini di ijabah oleh Allah SWT serta dosa-dosa yang pernah kita lakukan sebelumnya di ampuni oleh-Nya. Amiin.

Selamat merayakan Idul Fitri 1442 H.

Taqobalallahu Minna Wa Minkum, Taqobal Yaa Karim.

Mohon maaf lahir dan batin (tapi online).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun