Mohon tunggu...
Rizky Hidayat
Rizky Hidayat Mohon Tunggu... Ilustrator - Perluas Sudut Pandang, Persempit Memandang Sudut.

Ghostwriter

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Warna Klasik Lebaran: Dari Arisan Soda hingga Tradisi Tinjau dan Isi Kado Lebaran yang Kurang Surprise

13 Mei 2020   22:13 Diperbarui: 13 Mei 2020   22:38 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan tinggal menyisahkan 10 sampai 11 hari ke-depan. Dan aktivitas yang paling sering penulis lakukan adalah menjaga posko zakat, berbelanja bahan kue dan bongkar-muat soda.

Hehe, maklum di keluarga kami, Ibu saya adalah pelaku bisnis arisan lebaran di kampung sehingga di akhir-akhir Ramadan akan selalu disibukkan dengan bongkar-muat minuman soda yang selalu jadi barang utama arisan.

Tak hanya minuman bersoda, kadang kue kaleng dan sarung juga menjadi bahan pelengkap di arisan lebaran. Lalu, jika berdiskusi seputar kado lebaran. Bagi penulis pribadi sih, kado lebaran merupakan tradisi khas yang terus dilestarikan di lingkungan keluarga hingga kini.

Namun, tradisi tersebut selalu bernuansa kurang surprise. Sebab yaitu, meski ada momen bersilaturahmi dan saling maaf-memaafkan, juga akan selalu ada momen untuk saling bertukar bingkisan. Nah, bingkisannya ini yang bikin kurang surprise.

Tradisi tersebut bernama Tinjau. Berbeda dari tradisi unjung rumah tetangga, pada tradisi tinjau ada momen dimana kerabat atau tetangga dekat datang ke rumah untuk bersilaturahmi dan meninjau sekaligus memberi kado lebaran berupa bingkisan atau parcel.

Awalnya, waktu kecil dulu mungkin telinga saya yang kurang mencerna dengan betul nama tradisi tersebut, sehingga dulu saya selalu menyebutkannya dengan Tinju atau Tinjo. Terkesan ekstrim ya namanya, hehe.

Dari tradisi tinjau ini, setiap kerabat atau tetangga yang datang bersilaturahmi ke rumah akan memberikan bingkisan. Begitupun sebaliknya saat kami yang bersilaturahmi juga begitu. Namun yang jadi kurang menarik itu, bingkisannya selalu isinya hampir melulu ada minuman sodanya. Yang mana bahan tersebut dapatnya dari arisan yang diadakan Ibu saya sendiri pula.

Selain itu tampilan bingkisannya juga flat, isinya kadang mie instan, soda, sirup. Kadang juga isinya diisi beberapa isi bingkisan dari yang sudah kita berikan terus diberi lagi ke kita. Hehe, keselkan jadinya. Itu juga, kadang tampilannya kurang nyeni atau kurang kreatif. Cuma pakai kantong plastik biasa.

Tapi, dari tradisi tersebut ada pelajaran yang dapat dipetik. Yakni bukan tampilan dan isi bingkisan yang kurang suprise yang dicari dari lebaran Idul Fitri. Tapi lebih daripada itu, yakni saling memaafkan dan tetap menjaga silaturahmi-lah yang paling utama.

Maka dari itu jika berbicara seputar pro-kontra kado lebaran pilih online apa offline, bagi saya sih sudah ketebak. Ya pasti offline. Dari hasil bahan arisan pula isinya. Hehe.

Cuma nantinya belum tau juga bingkisan tinjau akan seperti apa isinya mengingat lebaran nanti masih akan dihadapkan dengan kondisi wabah covid19 yang sepertinya akan masih berjalan. Mudah-mudahan lebaran nanti akan terasa spesial meski ditengah kondisi yang tidak memungkinkan. Amin.

Salam hangat. Selalu bijak beraktivitas ditengah pandemi, dan. Salam Ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun