Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pohon Hampir Mati

6 Maret 2021   15:19 Diperbarui: 6 Maret 2021   15:23 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaulah semangat jalani hari

Pelita di kala dunia mulai meredup

Pembangkit serpihan hati yang sedang layu

Membuncah bergerak hadapi kenyataan

Dulu rindang daunmu sejukkan siapa saja yang numpang berteduh

Duduk nikmati langit biru belai lembut pipi di wajah sayu

Akar kuatmu bertahan di riuhnya badai bahkan hujan berhari-hari sejukkan segala yang berjiwa

Sebut saja pemanasan global yang terus menyiksamu tiada ampun

Kau tetap teguh di tempatmu kukuhkan pendirian kuatkan ketenangan yang menjadi sumber kekuatanmu

Anginpun iri padamu, sehingga ditiupkannya kekuatan yang dahsyat untuk meruntuhkanmu

Namun hanya sekedarnya bagai hembusan tipis kau tetap diam biarkan sekelilingmu terus merongrong hidup yang puas kau jalani

Bertahun-tahun kau berdiri menjadi saksi siapa saja yang tak sadari mata tajammu

Tiap detik kau serap segala kejadian sebagai bekal persaksian saat ditanya Rabb-Mu nanti

Cukuplah kau melihat dan mendengar  segala kejadian yang bergulir

Manusia itu tak pernah tau

Mereka terus melakukan hal yang dilarang

Suatu hari Awan hitam memuntahkan kilatnya tepat di jantungmu yang semakin menua

Sesak tak tertahankan

Panas menjalar ke seluruh sendi yang selama ini terus menopang dengan kuatnya

Perih tak tertahankan namun tak ada seorangpun mendengar teriakan

Malam itu begitu panjang dilewati seakan tertimpa beban beratus-ratus kali lipat tak terbayangkan sebelumnya

Namun akarmu tetap memberi isyarar

Teruslah bertahan meski daun-daunmu telah banyak yang berguguran

Tangismu semakin terisak, tetap tak ada seorangpun yang mendengar

Inikah yang dinamakan seleksi alam itu?

Yang lemah sebentar lagi akan musnah

Yang jatuh akan semakin menjauh

Dan teriakanmu berhenti dengan sendirinya

Tak ada guna sepertinya karena kau sadari ada yang lebih berhak atas hidupmu

Kau mulai tersenyum, tak ada keluh kesah lagi

Kau bersyukur dan semakin menyadari

Biar sakit lumpuh pada kaki, namun kekayaan penuh ada pada hati

Dan akhirnya kaupun mengerti

Hidupmu sangat berarti

RHome06Maret2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun